33

466 85 6
                                    

Setelah berhari-hari mencari dahyun, jeongyeon tak juga mendapatkan kabar, dahyun menghilang bagai ditelan bumi. Entah kemana adik bungsunya itu berada, dahyun lah satu-satunya orang yang dapat mempertemukannya dengan nala.

Jeongyeon membaringkan tubuhnya di dalam kamar, matanya menatap langit-langit, pikirannya hanya tertuju pada satu nama yang selalu terukir indah di hatinya, nala...

Tidak lama kemudian, sayup-sayup terdengar suara ketukan pintu. Pria itupun bangkit dari pembaringan empuknya dan keluar membuka pintu. Tampak mina berdiri di depan pintu dengan wajah kesal.

"Kau? Mau apa kau kemari?" tanya jeongyeon

Mina pun melengos dan masuk ke rumah itu tanpa permisi, lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu.

"Aku mau protes!" ucap mina. Jeongyeon mengerutkan alisnya mendengar ucapan asisten sekaligus sahabatnya itu, lalu ikut duduk di sana.

"Kau mau protes apa?" tanya jeongyeon

"Aku tidak mau satu tim dengan orang seperti Chaeyoung. Dia itu sangat menyebalkan dan bodoh. Kau tahu, dia bilang aku sudah tua tapi belum menikah. Aku benar-benar ingin menembak kepalanya." mina bersungut-sungut kesal mengingat ucapan Chaeyoung yang seolah menginjak harga dirinya.

Jeongyeon pun keheranan dengan sikap asistennya itu. Tidak biasanya mina banyak bicara saat sedang kesal dengan seseorang. Jeongyeon mulai menebak dengan pikirannya sendiri.

"Kau tidak sedang jatuh cinta dengannya, kan?" tanya jeongyeon yang merasa curiga, membuat mina terperanjat.

"Apa? Kau bilang apa?" mina seolah tidak percaya dengan ucapan bosnya itu, emosinya yang dia tahan sejak tadi kembali meluap-luap.

"Kau sangat bersemangat menyinggung tentang Chaeyoung. Biasanya semarah apapun dirimu, kau hanya diam dan mengancam dengan senjatamu. Kenapa hanya dengan kalimat sepele seperti itu kau seolah terbakar?"

"Hentikan omong kosongmu!" bentak mina

Jeongyeon tertawa kecil, "Bahkan kau berani membentakku karenanya."

Mina pun menjadi gelagapan menyadari sikapnya yang tidak biasa, dia seolah kedapatan mencuri. Wanita itu segera mengalihkan pembicaraan itu, untuk menghindari kecurigaan jeongyeon

"Dimana Nayeon?" tanya mina seraya memutar bola matanya mengelilingi rumah itu.

"Sepertinya dia pergi ke pasar. Entahlah... Aku tidak peduli dia mau kemana," ucap jeongyeon seraya memainkan ponselnya.

Raut wajah mina pun kembali serius, "Kau sudah menemukan dahyun?"

Jeongyeon menghela napas panjang lalu mengurut langkal hidungnya. Sudah beberapa hari ini dia tidak bisa tidur dengan nyenyak memikirkan nala

"Belum. Entah kemana dia. Dia satu-satunya petunjuk agar aku bisa menemukan nala."

"Bersabarlah, setidaknya sekarang kau semakin dekat dengannya. Setelah dahyun di temukan, kau bisa menemui nala."

"Iya... memang aku bisa apalagi selain menunggu?" tanya jeongyeon frustasi.

"Jika kau menemukan nala, apa kau akan langsung menunjukkan dirimu di hadapannya?" tanya mina membuat jeongyeon mengernyitkan alisnya.

"Mungkin Tidak, ini belum saatnya. Aku akan menunggu sampai aku selesai dengan gadis bodoh itu. Baru setelah itu akan menemui nala dan memintanya menikah denganku," ucap jeongyeon dengan wajah berbinar. Sejak mengetahui nala masih hidup, dia seakan menemukan alasannya untuk bahagia.

"Lalu bagaimana dengan Nayeon? Kau akan membuangnya begitu saja?" Raut wajah mina terlihat sedih menanyakan hal itu. Baginya Nayeon tidak seburuk yang jeongyeon pikirkan.

[END] PRISON OF LOVE || 2yeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang