FS || 47

633 62 4
                                    

Jam delapan pagi Mark sudah berada didalam kamar hotel Y/n, dia memang sengaja datang lebih awal agar sempat sarapan dahulu sebelum melakukan fitting baju nanti.

Sedangkan wanita si pemiliki kamar masih berpenampilan khas orang bangun tidur dengan piyama satin yang dia gunakan dan duduk di sebelah Mark yang sedang menonton televisi.

"Jam 11 kan, kok udah dateng aja sih?" ujar Y/n masih dengan rasa kantuknya, jelas, semalam Mark mengantarnya ke hotel sekitar jam 1 malam setelah mengajakanya keliling kota New York.

Mark terkekeh sesaat kala melihat Y/n yang sekarang sudah bersandar pada sandaran sofa dengan mata terpejam, lengan Mark di ulurkan ke belakang tubuh Y/n marik tubuh itu untuk mendekat pada dada bidangnya.

Jemari Mark tidak tinggal diam dia memainkan pucuk rambut Y/n kemudian dielusnya secara perlahan, sedangkan Y/n melingkarkan lengannya pada pinggang Mark dan hal itu membuat Mark terkejut buat main. Dia memang akan selalu terkejut dengan apapun yang Y/n lakukan untuk dirinya.

Satu jam berlalu tubuh yang ada didalam pelukannya seakan menjauh dan Mark tersadar karena dirinya merasa kehilangan, Mark memejamkan matanya sesaat menormalkan penglihatannya. Dia melihat Y/n berjalan memasuki kamar bersamaan dengan suara pintu tertutup.

Tubuhnya yang tadi bersandar pada sofa Mark regangkan, lalu dia melirik jam yang melihat pada pergelangan tangannya yang sekarang menujukan pukul sembilan.

Mark kembali menonton TV yang sejak tadi mungkin TV yang menonton mereka berdua, lalu suara pintu terbuka secara otomatis Mark menolehkan kepalanya disana sudah ada Y/n yang sudah rapih dengan dress yang membungkus tubuhnya, Mark tersenyum dia selalu merasa bahagia saat melihat Y/n berdiri didepannya.

"Sarapannya jadi kan?" Y/n berjalan melewati Mark menuju meja bar untuk mengambil air kemasan.

Mark berdiri mengikuti Y/n, menopangkan dagunya di meja bar dan menatap Y/n yang sedang berdiri didepannya, "Kamu mau makan apa? Di luar atau di hotel aja?"

Y/n sempat berpikir beberapa saat yang dimana membuat Mark gemas dengan cara berpikir wanita ini walaupun yang di lakukan Y/n hanya diam tanpa melakukan ekpresi apapum. Dengan secara tiba-tiba Mark memajukan kepalanya mengecup bibir Y/n sesaat.

Y/n menarik tubuhnya menjauh dan. "Mark!" seru dengan terkejut.

Mark terkekeh, mengulurkan tangannya mengusap pipi Y/n. "Gemes... jangan gemes-gemes dong." Serunya.

"Di hotel aja, makan di hotel." Jawab Y/n tanpa memperdulikan Mark yang masih di berdiri di meja bar.

Mark membalik tubuhnya berjalan mendekati meja televisi, menghubungi resto hotel melalui telpon kamar.

Sepuluh menit kemudian orang hotel datang, Y/n keluar kamar saat semua makanan sudah tersusun rapih diatas meja,

"Kok banyak banget sih?" Tanya Y/n melihat beberapa menu makanan yang di sediakan didepannya.

Mark menaikan kedua bahunya, "Kamu engga bilang mau makan apa kan, jadi aku pesen aja yang ada."

Y/n hanya menggelengkan kepalanya pelan, lalu mulai menyantap ayam teriyaki yang Mark pesan.

***

Suasana butik terasa begitu nyaman bagi Y/n yang baru pertama kali memasuki butik di New York ini, saat sampai di sana Sofia langsung mengandeng lengan Y/n untuk masuk kedalam butik. Wanita paruhbaya itu terlihat begitu excited, ia sudah memilih beberapa baju yang akan Y/n kenakan. Walaupun pengukuran badanpun tetap di lakukan Sofia hanya ingin mencocokan beberapa model yang pas saat berada di tubuh Y/n.

Sementara Mark, dia melakukan dengan cepat untuk fitting tuxedo untuk dirinya jadi saat staff sudah mencatat hasil dari pengukuran ditubuhnya Mark hanya tinggal duduk menunggu Y/n dan Mama yang masih sibuk diruang fitting.

Setelah menganti beberapa model, Sofia menemukan gaun yang bagus untuk tubuh Y/n dia juga memilih warna yang sangat cocok. Yaitu pearl peach, warna yang sangat anggun.

Fitting baju selesai saat jam makan siang berakhir, Mark membawa Y/n dan Mamanya untuk makan siang terlebih dahulu sebelum mengantar orang tuanya itu pulang.

Pilihan yang Mark ambil adalah salah satu restoran steak yang tak jauh dari kawasan butik tadi, mereka semua menikmati makan siang dengan begitu baik.

Sampai tiba-tiba ponsel milik Mark bedering membuat pria itu menjauh dari meja, Y/n dan Sofia membalikan sendok dan pisau miliknya tanda kegiatan makan mereka sudah selesai.

"Y/n?" panggil calon ibu meruanya pelan, membuat Y/n mengalihkan kedua matanya untuk melihat kearah wanita paruhbaya itu.

"Terima kasih ya." Ucapnya lagi membuat Y/n menyergitkan dahinya bingung, seakan tahu Y/n kebingungan membuat Sofia kembali melanjutkan ucapannya. "Terima kasih kamu sudah memutuskan untuk kembali bersama Mark, terima kasih karena kamu Mark kembali seperti dahulu lagi,

Y/n... saat hari itu terjadi bukan cuman Mark yang merasa bersalah tapi Mama dan Papa juga."

"Kami merasa gagal mendidiknya sampai membuat hati kamu terluka saat itu, tapi setelah kamu berpikir dan memutuskan untuk kembali membuat kami berdua sangat-sangat berterima kasih pada kamu."

Y/n menggelengkan kepalanya, dia merasa tidak enak seperti ini. Sejujurnya dia juga masih menyanyangi Mark saat itu.

"Mama enggak tau gimana jadinya Mark kalau kamu memutuskan untuk tidak kembali padanya."

"Mah... enggak perlu seperti ini."

Sofia menarik lengan Y/n mengusapnya pelan. "Kamu harus dengar satu hal Y/n, saat ini yang kamu miliki bukan cuman keluarga kamu saja, tapi sekarang ada Mark, ada Mama dan Papa yang kamu miliki." ujarnya.

Y/n merasa tersentuh dengan ucapan Sofia, dia mengapus matanya yang sudah berkaca-kaca. Dan merasa sangat beruntung mendapatkan ibu mertua sebaik Sofia.

"Udah selesai, Ma?" suara Mark tepat berdiri di belakang Y/n membuat dirinya menoleh sekilas lalu tersenyum.

Sofia mengangguk. "Udah, mamah juga masih ada urus lagi." Berdiri dari kursi hal itu diikuti oleh Y/n.

Kurang dari 40 menit mobil yang di kendarai oleh Mark sudah memasuki halaman rumahnya, setelah mengantar Mamanya pulang Mark kembali memundurkan mobilnya dan berjalan meninggalkan rumah itu.

Hanya tinggal Mark dan Y/n yang berada di dalam mobil, sepanjang perjalanan keduanya hanya menikmati musik yang terdengar dari balik radio.

"Capek ngga?" tanya Mark dalam perjalanannya, mobilnya terpaksa berhenti saat lampu lalu lintas berwarna merah.

"Engga terlalu sih, kenapa?" menoleh kearah Mark.

"Ke The Oculus yuk, kita dari kemarin belum sempat jalan-jalan."

"Boleh, aku juga penasaran sih." Balas Y/n hal itu membuat Mark terkekeh.

Beberapa menit kemudian mobil yang mereka tumpangi sudah terparkir rapih mengikuti beberapa mobil lainnya, Y/n berjalan menuju bangunan itu dengan perasaan senang dia tidak menyangka akan datang ketempat ini setelah beberapa tahun lalu hanya tahu nama tempat ini.

Jemarinya pun terus bertautan dengan jemari Mark mereka berjalan beiringan berdua.

Bangunan arsitek, Monumen & Patung yang tertetak di kawasan Downtown Manhattan, tempat wisata yang dibuat di pusat kota New York. Y/n tidak bisa diam saat melihat bangunan ini begitu indah, dia terlalu takjub akan keindahan yang ada didepan matanya sekarang.

Ini seperti mahakarya spektakuler baik dari dalam maupun luar.

Y/n masih menikmati pandangannya pada hal disekelilingnya tanpa memeperhatikan Mark yang sekarang terus tersenyum menatap kearah.

Pandangan Mark tidak di fokuskan pada bangunan itu dia hanya akan fokus melihat ekpresi Y/n yang begitu gemas. Apapun ekpresi yang Y/n berikan membuat Mark tidak berhenti untuk tidak tersenyum.

"Damn, she's too pretty." Gumamnya dalam hati.

First Sight || Mark Lee NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang