09. Dijemput siapa?

740 116 2
                                    


.
.
.
.
.
Sudah hampir dua minggu Candra membawa motor saat ke cafe, karena Lintang tidak ingin membawa motor dan memilih diantar oleh Candra dengan alasan malas. Sudah hampir dua minggu pula Candra dibuat tidak nyaman dengan tatapan Leo yang tajam padanya, bukan karena apa hanya saja Leo menatapnya tajam setiap kali mereka berpapasan dan menatapnya dari ujung kepala hingga kaki dengan intens, tentu saja Candra takut jika ditatap seperti itu.

"Candra, bisa bantu om Igel di dapur?" Candra yang semula baru saja kembali dari mengantar pesanan mengangguk dan langsung masuk kedapur seperti permintaan Rion.

"Om Igel, ada yang perlu saya bantu?" Igel yang sibuk membuat roti bakar mengangguk saat mendengar suara Candra.

"Ada pesenan nasi goreng, bisa kamu buatin? Itu catatan pesanan nya." Candra mengangguk, dan segera melihat catatan pesanan yang tertempel diatas meja.

"Tiga porsi nasi goreng." Candra bergumam sebelum akhirnya mulai memasak nasi goreng pesanan pelanggan.

Gerakan Candra yang lincah saat memasak membuat Leo yang baru saja masuk kedalam dapur tertegun, Candra memang pintar memasak, tapi saat melihat Candra ada didapur juatru membuat mereka semua seperti melihat Ares saat sedang memasak, karena cara memasak Candra yang berisik.

"Gel, kalau pesanan udah beres semua istirahat. Rion nutup cafe nya barusan jadi gak akan ada pesenan masuk lagi." Leo yang puas melihat cara kerja Candra langsung mengatakan tujuan awalnya pada Igel. Leo tidak bisa tidak mengulum senyum saat melihat bagaimana tubuh Candra berjingkat kaget karena suaranya.

"Iya, sana keluar aja, bantu yang diluar." Igel mendorong Leo keluar setelah memberikan dua piring ayam geprek dan memintanya untuk mengantar itu.

"Ini buat meja delapan, tanya minumannya ke Rion." setelah memastikan Leo keluar dari dapur, Igel menatap kearah Candra yang baru saja selesai mencuci peralatan dapur.

"Berhenti dulu Can, nanti lagi kalau pelanggan udah pada pulang aja, biar sekalian." Candra mengangguk, kali ini dia menurut karena dia tidak melihat hal yang perlu dia lakukan didapur.

"Ayo keluar aja." Candra mengikuti Igel berjalan keluar dapur, begitu keluar Candra sudah dihadapkan dengan pegawai cafe yang mengobrol.

"Candra udah makan?" Candra menggeleng saat mendengar pertanyaan Alden.

"Makan dulu ih." Candra kembali menggeleng dan tersenyum.

"Nanti aja om, saya udah janji mau makan sama adek saya dirumah." Rion mengernyit tidak suka.

"Jadi kalau cafe tutup normal kamu juga makan waktu pulang dari cafe gitu?" Candra mengangguk. Tanpa Candra tau jika anggukannya itu membuat para orang tua itu kesal.

"Candra, kalau cafe tutup normal, kamu makan disini aja, nanti kalau pulang kamu bisa makan lagi." Candra tertawa canggung saat mendengar ucapan Hadar.

"Saya kalau udah makan disini, gak akan bisa makan lagi om." Rion yang mendengar itu hany bisa menghela nafas panjang.

"Iya iya, tapi besok-besok kalau kita semua lagi makan kamu juga harus ikut makan!" Candra yang ditatap galak oleh Rion hanya bisa mengangguk, terutama saat dia mendengar tawa dari yang lain.

"Udah ayo mulai beres-beres, terus pulang." Leo menepuk pundak Candra sedikit kencang.

"Bisa om ngobrol sama kamu? Ada yang mau om tanyain." Candra yang bingung hanya mengangguk, sedangkan Leo mengabaikan tatapan penasaran yang lain dan mengajak Candra untuk pergi ke rooftop cafe.

Candra melongo melihat rooftop cafe yang dihiasi banyak bunga, bahkan ada beberapa kursi dan satu meja yang diletakan disana. Cocok untuk bersantai sebenarnya, tapi kenapa dia baru tau jika rooftop cafe ini sangat bagus.

Candra LintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang