16. Pindah

830 120 17
                                        


.
.
.
.
.
Pagi ini Lintang bangun lebih dulu di banding Candra, remaja mungil itu sengaja membiarkan Candra agar tidur lebih lama. Semalam Candra telat meminum obatnya yang akhirnya membuat pemuda itu tidur sedikit terlambat.

Lintang menatap jam di layar ponsel nya, masih pukul enam, dan dia baru akan berangkat kerja pukul tujuh nanti. Kemarin Astra meminta nya datang lebih awal karena mereka akan menata ulang stok barang yang baru datang.

"Loh udah bangun Tang?" Lintang tersenyum saat netranya bertemu dengan netra hidap Leo.

"Iya om, hari ini aku berangkat kerja jam tujuh." Leo tersenyum, sifa Lintang sedikit mengingatkan dia pada putra tunggalnya.

"Ya udah, ayo turun." Lintang hanya bisa mengikuti Leo untuk turun ke bawah.

"Kok udah bangun Tang?" Lintang kembali tersenyum saat Alden yang baru saja keluar dari dapur bertanya.

"Iya om, aku harus berangkat pagi." Alden tersenyum dan mengacak rambut Lintang.

"Candra belum bangun?" Lintang menggeleng.

"Mas Candra masih tidur om, mas baru tidur subuh tadi, gak bisa tidur katanya." Alden mengangguk paham. Sudah dikatakan bukan jika Candra itu mewarisi sifat Ares, jadi bukan hal yang sulit bagi Alden dan yang lain untuk memahami sifat pemuda itu.

"Ya udah biarin istirahat dulu, kamu sarapan dulu Tang, baru nanti om anter kerja nya." Lintang mengangguk dan menurut saat Alden memintanya duduk disebelah Hadar dan meminta nya makan.

"Lintang nanti kerja sampai jam berapa?" Lintang yang sedang mengunyah makanannya langsung menatap Igel.

"Kalau hari ini sampai jam tujuh om, biasanya jam lima." Igel mengangguk tanpa bertanya lagi pada Lintang.

"Nanti kalau pulang kerja kamu bisa hubungi kita, biar kita jemput. Jangan khawatirin Candra, nanti kita yang bantu dia buat beres-beres barang kalian." Lintang hanya mengangguk. Sebenarnya remaja itu tengah berfikir, kapan dia bisa memberitahukan kondisi Candra pada Igel atau Rion. Karena sang bunda hanya memintanya mengatakan kondisi Candra pada kedua orang itu.

"Makasih ya om, makasih udah mau di repotin Lintang sama mas Candra."
.
.
.
.
.
Candra bangun dengan rasa sakit dikepalanya, entah karena dia tidur terlalu pagi atau karena dia telat meminum obatnya. Rasa sakit itu membuat Candra kembali memejamkan matanya dan segera meraih tabung obat nya yang ada di saku jaketnya, membawanya kedalam kamar mandi setelah meminumnya.

"Candra, udah bangun?" Candra segera beranjak membuka ointu kamar mandi saat mendwngar suara Rion di dalam kamar.

"Maaf om, saya baru selesai mandi." Rion tersenyum lembut melihat Candra keluar dari kamar mandi.

"Gak papa, ayo cepet turun, kamu harus sarapan." Candra mengangguk, dia ingat hari ini dia harus pulang untyk membereskan barang-barangnya.

"Iya om sebentar lagi saya turun." Rion menepuk pundak Candra sebelum keluar kamar. Lebih baik menunggu pemuda itu di lantai bawah.

Tidak sampai sepuluh menit Candra sudah turun ke bawah, dia melihat semua om nya sudah duduk di ruang tamu sambil menonton televisi.

"Candra, sini duduk sini." Candra hanya bisa menuruti panggilan Rius yang memintanya duduk di sebelahnya.

"Makan dulu, habis itu kita ke rumah kamu." Candra hanya tersenyum canggung dan mengangguk. Di tambah lagi Rion melayaninya hanya untuk makan.

"Om Candra kan bisa ambik sendiri makan nya." Rion hanya menggeleng kecil.

"Gak gak, selama masih ada om, kamu harus terima di ambilin."
.
.
.
.
.
Candra sedang memindahkan koper miliknya juga Lintang kedalam mobil, pemuda itu sudah menghubungi ibu pemilik rumah kalau mereka akan pindah, karena mereka sudah bertemu dengan adik-adik dari orang tua mereka. Namun sang pemilik rumah meminta Candra tetap membawa kunci rumah nya hingga masa sewa habis, seperti perjanjian semula. Maka dari itu Candra sengaja membiarkan beberapa barang yang baru dia beli di pare tetap di sana, siapa tahu mereka berdua ingin menginap di sana.

Candra LintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang