.
.
.
.
.
Lintang masih tidak percaya pada Ares yang dengan santai nya menerima Astra dan Erik untuk bekerja di cafe, alasan keduanya adalah butuh kegiatan untuk mengisi waktu selama menunggu renovasi bengkel selesai. Lintang juga ikut bekerja di cafe saat ini, dengan ada nya Astra, Erik dan Lintang membuat Candra lebih sering tidak memiliki pekerjaan."Huft..." Alden yang sedang menjaga kasir tersenyum saat mendengar hembusan nafas Candra yang sedang duduk di samping kasir, pemuda itu tidak sedang bekerja karena Ares melarang nya, jadi yang bisa dilakukan Candra hanya duduk diam di samping kasir.
"Kamu kenapa sih Can? Bosen?" Candra menatap Alden dan mengangguk.
"Candra gak punya kerjaan om, gabut." Alden kembali tersenyum.
"Mau jalan-jalan aja? Biar di temenin Jojo?" Candra menggeleng.
"Gak deh om, mas Jojo lagi deketin Lintang, jangan di ganggu." Alden tertawa kecil saat mendengar ucapan Candra.
"Om, ini beneran gak ada yang bisa Candra kerjain?" Alden menggeleng.
"Gak ada kerjaan buat kamu Can, mending kamu ikut yanda sama papa." Candra menoleh saat Ares menepuk pundak nya.
"Mau kemana?" Ares dan Igel tidak menjawab justru hanya tersenyum.
"Den, titip dapur ya, bantuin Alta sama Rius di sana. Biar kasir di jaga Rion aja." Alden mengangguk.
"Hati-hati loh a' bawa mobilnya, kalau capek gantian aja sama Igel." Ares mengangguk dan segera mengajak Candra pergi.
"Tutup jam tujuh aja kalau sepi dek."
.
.
.
.
.
Candra hanya bisa menurut saat Ares dan Igel justru mengajak nya ke surabaya, bahkan mereka juga menjemput Damar dan Azka. Azka yang meminta mereka membawa Candra ke surabaya untuk mulai kemo, karena Alta sudah memastikan Candra tidak akan menolak pengobatan."Kamu ngantuk mas?" Candra menggeleng saat Ares bertanya, saat ini Ares memang duduk di sebelahnya sedang kan Damar duduk di belakang.
"Apa harus aku kemo nda?" Ares menepuk tangan Candra beberapa kali.
"Kamu mau sembuh kan?" Candra mengangguk.
"Pengobatan yang pertama kita lakukan kemo nak, memang sakit awal nya, tapi Candra harus kuat buat sembuh." Candra menunduk, selama ini dia sudah berhasil menolak tawaran kemo, tapi saat sang bunda yang meminta Candra sama sekali tidak bisa menolak.
"Candra takut nda." Area merangkul pundak Candra
"Gak usah takut, ada yanda, ada papa juga. Kamu gak sendirian, yanda pasti temenin kamu." Candra terdiam, pemuda itu tidak tau harus melakukan apa lagi kecuali menurut.
"Jangan tinggalin Candra nda." Ares hanya mengangguk, dia sangat tahu ketakutan yang di rasakan Candra, karena dia dulu juga merasakan hal yang sama.
"Yanda janji."
.
.
.
.
.
Rius yang sedang menjaga kasir tersenyum saat melihat Jeje menatap tajam pada Astra, remaja itu baru saja tahu dari Lintang jika Astra menyukai Candra. Memang Jeje sudah mendapat penolakan dari Candra tapi dia belum ingin berhenti, siapa tau jika di masa depan Candra akan luluh."Jangan ngelamun, kerja!" Jeje merengut saat Regi menepuk pundak nya.
"Yang lain pada sibuk mondar-mandir kok kamu malah bengong." Rius menggeleng heran saat mendengar sindiran halus Regi.
"Apa sih? Kan masih ada yang lain, capek nih." Lintang yang kebetulan berdiri tidak jauh dari kedua nya langsung mendekat saat mendengar keluhan Jeje, Lintang masih suka kesal pada Jeje.
"Namanya kerja itu ya capek, kamu sendiri kemarin yang minta kerja di sini, jadi gak usah manja dan banyak ngeluh!" Jeje makin cemberut saat Lintang menyentak nya, hingga Rius harua menarik tangan remaja itu sedikit menjauh.
"Udah-udah, Lintang mending bantuin ibun sama om di dapur yuk." Rius mengelus punggung Lintang, berjaga-jaga jika Lintang akan emosi pada Jeje.
"Bang Rion, udah selesai kan? Aku tinggal ke dapur." Rion yang baru kembali dari toilet hanya mengangguk.
"Ayo yang lain balik kerja, cafe rame nih!"
.
.
.
.
.
"Candra kemana Gi?" Regi yang sedang berdiri di sebelah tangga langsung menoleh pada Astra yang ada di sebelahnya."Mas Candra ikut om Ares sama om Igel ke surabaya mas, ada urusan keluarga." Astra mengangguk paham. Regi yang dulu nya selalu kesal pada Astra sekarang harus bisa menerima jika kemungkinan besar Candra suka pada Astra, apa lagi Candra juga sudah mengeluarkan penolakan pada nya maupun Jeje.
"Candra orang surabaya?"
"Om Ares yang asli surabaya, om Alta asli jogja, tapi mas Candra sama Lintang lahir di pare." Astra tersenyum lembut pada Regi.
"Sama kayak kamu ya?" Regi kembali menoleh dan mengangguk.
"Iya sama kayak aku, tapi kalau aku jakarta blitar." Astra tertawa melihat wajah imut Regi.
"Kamu lucu loh Gi, aduh pingin aku unyel-unyel." Regi merengut sambil bergeser menjauh dari Astra.
"Mas jangan ngeselin kayak bang Jojo deh!" Astra tetap tertawa saat wajah Regi berubah kesal.
"Kamu ngetawain apa sih As?" Astra langsung berhenti tertawa saat Erik menghampiri mereka.
"Ngetawain Regi, kenapa dia bisa lucu banget." Erik menatap Regi dan Astra bergantian sebelum menggeleng.
"Kamu di panggil om Alta di dapur As, sana cepetan." Astra mengangguk dan langsung bergegas ke dapur.
"Mas Erik, sepupu mu itu kenapa ngeselin banget?!" Erik mengedikan bahunya.
"Gak tau juga Gi, aku aja yang dari kecil sama di capek liat tingkah Astra."
.
.
.
.
.
Ares menahan ringisannya saat tangannya di remas erat oleh Candra, Ares hanya diam karena dia tahu jika rasanya sangat menyakitkan saat obat-obatan itu masuk kedalam tubuh. Igel berjalan mendekati Ares dan Candra, mengelus punggung Candra saat melihat pemuda itu meringkuk di atas ranjang ruangan Azka. Beruntung Azka merupakan pemilik rumah sakit ini, jadi mereka bisa bebas menemani Candra."Huh...huh...huh..." Ares ikut menggenggam tangan Candra saat mendengar putra sulung nya itu mengatur nafas nya, tidak ada satu rintihan pun yang keluar dari bibir Candra, pemuda itu menahan semua nya.
"Candra, kamu bisa ngeluh kalau sakit, jangan di tahan." Candra yang mendengar itu hanya menggeleng pelan, bahkan dengan perlahan pemuda itu melonggarkan remasannya pada tangan Ares.
"Y-yan-da...m-maaf." Ares menggeleng dan kembali menggenggam tangan Candra.
"Gak papa nak, yanda tau rasanya sakit, yanda gak keberatan kamu remas tangan yanda." Igel melihat mata Ares memerah dan berkaca-kaca, dia sangat tahu jika Ares tidak akan pernah tega melihat Candra seperti ini.
"Ares, tenang aja sebentar lagi selesai, dan tinggal menunggu efek kemo nya. Mau nginep apa pulang?" Ares menatap Igel dan menggeleng kecil, Igel jelas menangkap penolakan kecil Ares itu.
"Setelah efek nya selesai, bisa pulang kan mas?" Azka mengangguk.
"Bisa."
"Pulang aja mas, Candra lebih baik ada di pare. Dan lagi kita juga gak tenang karena ninggalin mereka di sana sendirian." Azka hanya menganggu paham.
"Ok kalau gitu nanti setelah selesai kita pulang."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat malam....Ada yang kangen Candra Lintang?
Selamat membaca dan semoga suka...
See ya...
-Moon-
![](https://img.wattpad.com/cover/316166501-288-k464356.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Candra Lintang
Hayran KurguMereka meninggalkan kota tempat mereka dibesarkan, menuju tempat mereka dilahirkan, kembali menyusuri jalan dimana kisah kedua orang tua mereka terjalin. Mencari keberadaan sisa konstelasi bintang yang dahulu sangat berharga untuk kedua orang tuany...