46. Bertiga

736 103 17
                                        


.
.
.
.
.
Butuh waktu lebih dari satu minggu untuk membuat Candra tidak lagi ketakutan saat berada di dekat orang lain, pemuda itu sudah mau menerima pelukan dari penghuni rumah bintang, meskipun terkadang sedikit berjengkit saat ada yang tiba-tiba memeluknya. Ares harus menunda rencana nya menjemput Alta karena kondisi Candra, bahkan Lintang juga tidak sedikit pun meninggalkan Candra. Lintang sempat akan ijin dari bengkel saat mengetahui keadaan Candra, tapi Astra mengatakan bahwa Lintang bisa mengambil libur hingga bengkel selesai di renovasi. Astra memang berencana merenovasi bengkel miliknya agar lebih besar.

Reska benar-benar harus menerima jika bukan hanya perhatian dan kasih sayang Ares yang hilang, namun juga perhatian dan kasih sayang Rehan, Azka dan penghuni rumah bintang. Mereka tidak lagi peduli dengan Reska, bahkan sekali pun pemuda itu mencoba meminta maaf.

"Mas Candra." Regi yang melihat Candra ada di balkon lantai dua, mencoba mendekati pemuda itu, namun terlebih dahulu memanggil namanya agar Candra tidak terkejut.

"Regi, ada apa?" Regi menggeleng, hal itu membuat Candra bingung.

"Mas Candra ngapain?" Regi mendekat saat Candra meminta nya mendekat.

"Lihat bintang, aku udah lama gak lihat bintang sejak pindah ke pare." Regi ikut melihat langit malam saat Candra mendongak.

"Iya juga ya, dulu mas Candra sering banget aku lihat lagi diem di halaman belakang sambil lihat langit." Candra tersenyum.

"Mas Candra suka banget sama bintang ya?" Candra mengangguk.

"Aku suka sejak ibun kasih tunjuk soal rasi bintang scorpius, bahkan ibun beliin aku teleskop." Regi mengangguk. Dia ingat jika di rumah Candra di semarang, ada sebuah teleskop yang terletak di sebelah pintu belakang rumah.

"Itu kenapa mas ambil jurusan kuliah itu kan?" Candra lagi-lagi mengangguk.

"Mas kenapa gak lanjutin aja kuliahnya?"

"Nanti deh, kalau ada waktu." Regi merengut kesal, Candra yang melihat Regi merengut hanya bisa tertawa.

"Kuliah lah mas, sayang loh mas seangkatan sama bang Jojo kan?" Candra lagi-lagi mengangguk.

"Iya, tapi lebih baik kamh bujuk Lintang biar mau kuliah deh." Regi semakin merengut.

"Lintang susah mas, udah berkali-kali aku minta dia lanjut kuliah tapi ada aja alasannya. Padahal kan dia bisa masuk teknik, ambil mesin atau apapun itu." Candra mengusak rambut Regi pelan, hal itu membuat Regi terpaku. Candra akhirnya mau melakukan skinsip terlebih dahulu.

"Jangan ambil mesin nanti digebukin warga." Regi mengernyit bingung mendengar ucapan Candra, tapi setelah itu dia mendengus kesal saat tau bahwa Candra justru melawak.

"Ih ngeselin."
.
.
.
.
.
Candra meringkuk di atas ranjang nya sendirian saat ini, Lintang sedang menginap di tempat Astra dan Erik karena adik bungsu Erik ulang tahun dan si kecil itu ingin Lintang menginap di sana, Lintang tentu saja mengajak Regi ikut serta menginap bersama nya, mana mau dia menginap sendiri.

Candra sudah sempat tertidur tadi, tapi kemudian terbangun karena mimpir buruknya datang lagi, bahkan tubuhnya sudah tremor saat ini. Candra mengingat ucapan Rehan saat itu, jika dia bisa mendatangi kamar yang lain jika dia ketakutan karena mimpir buruknya. Candra melangkah pelan kearah kamar Igel dan Rion sambil menggenggam kalung milik Alta yang ada di lehernya, Candra tidak bisa mendatangi kamar Ares karena ayahnya itu tengah pergi ke surabaya bersama Azka.

Tok

Tok

Tok

"Ayah." Candra hanya berani mengetuk dan memanggil Rion pelan, dia benar-benar takut mengganggu tidur kedua orang tua angkatnya itu.

Candra LintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang