08. Ingatan masa lalu

723 112 3
                                    


.
.
.
.
.
Igel masuk kedalam kamar Ares tepat tengah malam, dia tidak bisa tidur karena memikirkan ucapan Candra tentang ibunya tadi. Igel baru saja meminta bantuan papa dan ayahnya untuk mencari tahu tentang Candra, nama belakang pemuda itu yang membuat Igel melakukan semuanya.

Sahasya.

Selama hidupnya dia hanya mengenal satu orang dengan nama belakang itu, hanya Ares. Nama belakang bli kesayangannya juga Sahasya, dan yang membuat Igel semakin yakin jika Candra adalah putra dari bli juga mas nya adalah nama pemuda itu. Ares dulu meminta pendapatnya tentang nama untuk putranya saat Alta tengah hamil.

"Aku udah ketemu sama Candra bli, tapi kenapa gini?" Igel mengusak rambutnya kasar. Bagaimana bisa dia menjalankan permintaan Ares jika yang dikatakan Candra benar.

"Aku bingung bli, gimana aku jelasin ke yang lain soal Candra."

Igel ingat apa yang dikatakan Ares setelah kabar gembira tentang kehamilan Alta disampaikan padanya, tentang segala ketakutan Ares juga tentang semua kegelisahannya.

"Bantu kita bli, tunggu ya, biar aku dapet bukti dulu biar bisa bawa Candra sama adeknya buat ketemu sama bli."
.
.
.
.
.
Igel baru keluar dari kamarnya karena spam telfon dari Ares, bahkan Rion yang baru saja selesai mandi ikut keluar kamar.

"Bli." Ares menoleh, laki-laki itu menggeleng saat melihat rambut basah dari kedua adik kesayangannya itu.

"Haduh kenapa kalian gak sabar nunggu nikah dulu sih." Rion yang mendengar itu langsung menyembunyikan wajahnya di punggung Igel.

"Masih tahun depan kalau gitu bli." Ares tertawa saat mendengar gerutuan Igel.

"Gel, ambil jaket ikut aku ke surabaya." Igel yang tadinya sibuk menggerutu langsung melotot tidak percaya pada Ares.

"Ke surabaya? Sekarang?" Ares mengangguk.

"Iya sekarang, masa tahun depan." Rion dan Igel tampak tidak setuju dengan keinginan Ares.

"Bli ini udah tengah malem, bli mau ninggalin mas Alta ke surabaya?" Ares terdiam dan tersenyum sendu, membuat Igel dan Rion sadar ada yang tengah dipikirkan oleh bli nya itu.

"Ada apa bli? Ketempat mas Rehan?" Ares mengangguk.

"Tunggu sebentar, aku ambil jaket sama dompet." begitu melihat Igel masuk kedalam kamar nya, Rion berjalan mendekati Ares.

"Bli, ada apa?" Ares menggeleng kecil, namun Rion tau ada yang mengganggu Ares.

"Yon, begitu aku sama Igel berangkat kamu temenin Alta dikamar ya, di belum tidur kok." Rion hanya mengangguk, sebelum bergerak memeluk tubuh mungil Ares.

"Kalau ada apa-apa cerita bli, jangan diem aja, aku takut." Ares menepuk pundak Rion.

"Iya, nanti pasti aku ceritain ke kalian, tapi buat sekarang aku butuh mas Rehan."

"Bli, ayo."  Ares tersenyum saat melihat Igel mendekati mereka berdua.

"Dah Yon, Igel nya aku pinjem dulu, kamu tidur sama Alta dulu. Tapi awas perutnya jangan ditindihin kaki, anak ku kegencet nanti." Rion langsung cemberut waktu dengar omongan Ares.

"Bli Ares ngeselin!"
.
.
.
.
.
"Igel?" Igel tersentak saat pundaknya di tepuk oleh Leo, hanya mendengar suaranya saja Igel bisa tau siapa yang ada dibelakangnya saat ini.

"Hm."

"Kamu ngapain? Gak bisa tidur?" Igel mengangguk, mungkin dia bisa cerita pada Leo tentang ini.

"Kangen bli Ares." Leo terdiam, karena bukan hanya Igel yang merindukan kakak random mereka tapi dia juga.

Candra LintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang