.
.
.
.
.
Rion tidak bisa tidur malam ini, ingatannya kembali berputar pada cerita Candra tadi sore. Laki-laki manis itu menatap ke sisi ranjang, suami nya sudah tertidur pulas setelah kegiatan gila mereka tadi. Rion menatap jam di atas meja, pukul satu malam. Laki-laki itu memutuskan untuk keluar kamar, sepertinya berdiam di balkon dengan menatap langit berbintang bisa mengurangi gundah nya.Rion terpaku saat melihat punggung seseorang tengah berdiri di balkon lantai dua, selama ini hanya dia dan Rius yang sering menghabiskan malam dibalkon tapi sepertinya mulai saat ini akan ada yang menemaninya menatap langit berbintang.
"Candra?" Candra sedikit tersentak saat mendengar namanya dipanggil. Pemuda itu menoleh dan tersenyum canggung saat melihat Rion berdiri di ambang pintu balkon.
"Om Rion." Rion tersenyum kecil dan melangkah mendekati Candra.
"Kenapa gak tidur?" Candra sedikit menunduk, menghindari tatapan Rion padanya.
"Gak bisa tidur om." Rion ikut memandang kearah langit malam.
"Kamu suka bintang?" Candra kembali tersentak mendengar pertanyaan Rion. Pemuda itu hanya bisa mengangguk.
"Iya om, saya suka bintang." Rion tersenyum.
"Om lebih suka kalau kamu menyebut diri mu sendiri Candra, di banding menggunakan kata saya." Candra tertegun, biasanya dia hanya bicara seperti itu jika pada ibu nya.
"Kalau om lebih suka seperti itu Candra akan bicara seperti itu."
"Kamu mirip bli Ares, sifat dan semua kebiasaan mu." Candra menoleh dan menatap lekat pada Rion.
"Ibun juga bilang gitu om, padahal wajah Candra lebih mirip ibun." Rion kembali tertawa kecil.
"Kebalik ya? Lintang mirip sama ibun?" Candra mengangguk, entah mengapa Candra bisa sangat santai saat berbicara dengan Rion.
"Ngantuk gak Can?" Candra menggeleng.
"Om memang gak tau apapun soal bintang, tapi om punya cerita soal konstellasi bintang, mau denger?" mata Candra langsng berbinar saat mendengar hal itu, secara spontan Candra langsung mengangguk.
"Mau om." Rion tersenyum melihat respon Candra yang antusias.
"Om ceritain di bawah yuk, kayaknya mendung, dari pada kehujanan." Candra mengangguk dan mengikuti Rion untuk turun ke lantai satu. Laki-laki itu berhenti didapur dan membuat teh hangat sebentar sebelum mengajak Candra pergi ke kamar belakang.
"Oh aku baru tahu kamar ini." Rion kembali tersenyum, entah kenapa kepolosan Candra yang ini malah terlihat seerti Alden. Apa karena dulu saat hamil Candra, Alta selalu saja ingin berdekatan dengan Alden ya.
"Masuk Can, ini ruangan biasanya kita gunakan buat tempat curhat atau hanya sekedar nonton saat tengah malam gini." Candra hanya mengangguk-angguk.
"Persis kayak yang ibun ceritain om." Rion menepuk tempat di sisi nya dan meminta Candra untuk duduk di sana, di saat dia sendiri sibuk memutar lagu-lagu ballad dari ponselnya.
"Kalau ngantuk, tidur aja disini nanti." Candra mengangguk, dia sudah siap mendengarkan cerita Rion.
"Ayo cerita om, Candra dengerin." lagi-lagi Rion di buat tersenyum karena tingkah Candra.
"Om itu memang gak ngerti banyak soal mitologi rasi bintang kayak Rius atau bli Ares, Can, yanda kalian itu satu-satu nya orang yang ngerti banyak soal perbintangan. Dan cerita ini om dapat dari yanda kalian, cerita tentang Antares yang menyatukan Altair, Orion, Rigel, Aldebaran, Hadar, Sirius dan Leo untuk rumah bintang juga galaxy's cafe." Rion dapat melihat Candra terdiam, serius mendengarkan ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candra Lintang
Fiksi PenggemarMereka meninggalkan kota tempat mereka dibesarkan, menuju tempat mereka dilahirkan, kembali menyusuri jalan dimana kisah kedua orang tua mereka terjalin. Mencari keberadaan sisa konstelasi bintang yang dahulu sangat berharga untuk kedua orang tuany...