61. Nostalgia

618 111 0
                                        


.
.
.
.
.
Rumah bintang hari ini terlihat sepi, karena memang semua penghuni nya memiliki acara sendiri di luar. Yang tersisa hanya anak-anak mereka, tidak ingin ikut dengan alasan tidak ingin mengganggu waktu orang tua mereka.

Seperti Hadar dan Alden yang memilih pergi ke gereja tempat mereka melangsungkan pernikahan dulu, gereja yang menjadi saksi bisu ikrar janji suci mereka.

"Meskipun setiap minggu kita ke sini, rasa tetap berbeda jika mengingat hari itu." Hadar tersenyum dan mengangguki ucapan Alden.

"Kamu bener bby, rasanya masih gak nyangka kalau ternyata kita sudah menikah dua puluh dua tahun." Alden tertawa kecil.

"Jojo bahkan sudah besar sekarang, anak itu sudah tau dan sudah merasakan cinta." Hadar menggenggam tangan Alden erat.

"Eyang pasti udah lega kan sekarang karena bang Ares sama mas Alta udah pulang." Alden membalas genggaman tangan Hadar saat suami nya itu mengatakan hal itu.

"Iya, eyang pasti sudah bahagia dan tenang di sana, cucu nya udah pulang bahkan udah kumpul sama keluarga nya." Hadar menghela nafas panjang, mengusir sesak yang selalu datang setiap kali dia mengingat sang nenek. Baik Hadar maupun Rius memang selalu emosional jika membahas tentang nenek mereka yang sudah pergi tujuh tahun lalu.

"Andai aja waktu itu kita lebih cepet temuin mas Alta bby, mungkin eyang bisa lebih seneng di saat terakhirnya." Alden tersenyum sendu mendengar gumaman Hadar.

"Jangan ngomong gitu Dar, semua udah takdir dan memang udah tertulis kayak gitu." Hadar mengangguk dan merangkul tubuh tinggi Alden.

"Bby, kamu udah soal bang Ares sama mas Alta ke nenek, ibu sama ayah?" Alden mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menggeleng, laki-laki itu menatap Hadar dengan tatapan terkejut.

"Aku belum bilang ke mereka Dar, aku lupa!" Hadar tertawa kecil mendengar pekikan panik Alden.

"Ya udah sekarang kamu kasih tau mereka, nenek pasti juga pingin lihat cucu kesayangannya selain kamu." Alden mengangguk dan langsung mengirim pesan pada ibu nya, mengatakan jika Ares dan Alta sudah pulang ke pare.

"Udah,sekarang ayo pulang. Anak-anak sendirian di rumah." Hadar menghela nafas panjang.

"Anak-anak itu udah besar bby, mereka bahkan udah bisa bikin anak sendiri haha."

Plak

"Hadar omongannya!"
.
.
.
.
.
Jika Hadar dan Alden memilih pergi ke gereja, Rion dan Igel justru memilih pergi ke cafe. Untuk mereka selain rumah bintang, galaxy's cafe adalah tempat bersejarah untuk mereka.

Karena galaxy's cafe mereka bisa bertahan hingga sekarang, cafe itu adalah tempat pertama mereka bekerja saat tiba di pare. Almarhummah ibu Ares yang menawarkan pekerjaan pada mereka, wanita itu sudah seperti ibu bagi kedua nya. Amel hanya seorang ibu yang merindukan kehadiran putra nya saat itu, dan kehadiran Igel juga Rion sedikit mengobati rasa rindu itu.

Saat Amel meninggal, Igel dan Rion sudah siap jika akhirnya cafe itu akan di jual oleh putra dari Amel, seorang laki-laki mungil yang baru pertama kali mereka temui saat Am meninggal. Tapi ternyata semua di luar bayangan mereka, Ares justru menawarkan mereka kembali bekerja di cafe yang akan dia buka kembali dengan nama berbeda.

"Gel, aku inget dulu waktu pertama kali cafe ini di buka setelah delapan bulan tutup." Igel tersenyum, saat ini mereka sedang duduk di meja sebelah kasir.

"Kita bertiga yang ngecat bahkan ngelukis dekorasi nya, bli Ares benar-benar ada di luar ekspetasi kita." Rion megangguk setuju.

"Dari awal aku udah tau, bli Ares pasti sebaik tante Amel, dan itu terbukti. Bli Ares nerima pegawai tanpa melihat latar belakang, ngajak kita semua tinggal di rumah bintang, bahkan menjaga kita dengan baik." Igel mengelus kepala Rion.

Candra LintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang