.
.
.
.
.
Igel memeluk erat tubuh Rion sambil mengelus punggu sempit suami nya itu, setelah membaca semua surat yang ditulis Alta laki-laki itu kembali menangis. Mereka sama sekali tidak menyangkah bahwa kehidupan Alta dan anak-anak nya akan seperti itu, mereka hidup seperti pelarian yang harus menyembunyikan identitas mereka.Igel ingat dengan pasti bahwa Alta mengatakan mereka akan baik-baik saja sebelum meninggalkan rumah bintang, Alta mengatakan bahwa hidup anak-anak nya akan aman jika mereka terpisah sementara. Itulah kenapa mereka diam saat Alta pamit untuk membawa Candra yang saat itu masih berusia dua tahun juga Lintang yang baru berusia satu bulan untuk pergi ke jogja. Alta pamit untuk pulang ke rumah orang tua nya, namun nyatanya laki-laki itu sama sekali tidak pernah menginjakan kaki nya ke jogja.
"Mas Alta gak usah khawatir, kita akan jaga anak-anak itu dengan baik. Kita gak tau mas ada dimana sekarang, tapi melihat cara yang digunakan orang itu, mas pasti ada di sana. Semoga mas selalu baik-baik saja, kita tunggu mas buat balik ke sini." Igel bergumam lirih, tidak ingin suaranya membangunkan Rion yang baru saja terlelap.
"Kita butuh papa sama ayah di sini yang, kita butuh mereka buat jaga Candra sama Lintang. Dan lagi mereka pasti seneng kalau tau cucu mereka sudah pulang, gimana pun ayah sama papa sayang banget sama bli Ares."
.
.
.
.
.
Igel memutuskan keluar kamar pukul lima pagi, dia sudah mengecek keadaan Candra sebelum melangkah turun. Igel bersyukur saat demam Candra sudah sedikit turun meskipun belum sepenuhnya."Gel?" Igel tersentak saat Alden menepuk pundak nya.
"Ngagetin aja!" Alden tertawa pelan, hal itu membuat Hadar yang baru saja keluar dari kamar menatap bingung.
"Kamu ngetawain apa bby?" Alden hanya menunjuk Igel yang sukses membuat Igel mendengus kesal.
"Gak usah masak ya? Kita beli aja." Alden mengernyit, kenapa Igel tiba-tiba tidak ingin memasak?
"Kenapa? Kamu baik-baik aja kan?" Igel mengangguk, laki-laki itu menatap lekat pada Hadar juga Alden.
"Aku baik, cuma lagi gak bisa mikir mau masak apa. Kita beli aja, nanti juga gak usah ke cafe ada yang mau aku omongin sama kalian semua." Hadan dan Alden mengangguk, karena hanya itu yang bisa mereka lakukan.
"Oh bagus deh kalau cafe tutup hari ini, Jojo lagi perjalan ke sini semalem. Mungkin nanti siang dia sampai pare." Igel tersenyum, lebih aman jika mereka berkumpul disini. Jojo pasti bisa menjaga adik-adik nya itu.
"Bagus, aku kangen sama Jojo." Hadar tersenyum jahil mendengar ucapan Igel.
"Duh makanya bikin sendiri Gel, kan bisa lo uyel-uyel tiap hari!" Igel kembali mendengus kesal.
"Tanpa gue bikin pun, gue udah punya dua sekarang." Hadar terdiam, sepertinya dia lupa jika Igel dan Rion meminta Candra dan Lintang menjadi anak nya.
"Udah-udah malah debat gak jelas ih, sana atuh katanya mau beli sarapan." Hadar dan Igel berhenti berdebat saat mendengar suara kesal Alden.
"Rion belum bangun Gel?"
"Udah, tadi waktu aku turun dia masih mandi. Mungkin sekarang dia lagi di kamar Candra sama Lintang." penjelasan Igel sukses membuat Hadar mengernyit bingung.
"Sepagi ini? Mau bangunin Candra sama Lintang?" Igel menggeleng.
"Bukan, ngapain bangunin mereka sepagi ini. Candra demam sejak kemarin." mendengar kata demam membuat Alden khawatir.
"Terus gimana? Candra udah baik-baik aja kan?" Igel hanya mengulas senyum, dia mencari waktu yang tepat untuk mengatakan semua nya.
"Aku boleh lihat Candra kan?" Igel menggangguk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Candra Lintang
FanfictionMereka meninggalkan kota tempat mereka dibesarkan, menuju tempat mereka dilahirkan, kembali menyusuri jalan dimana kisah kedua orang tua mereka terjalin. Mencari keberadaan sisa konstelasi bintang yang dahulu sangat berharga untuk kedua orang tuany...