.
.
.
.
.
Rehan mengira saat akan membangunkan Candra untuk makan siang dia akan menemukan pemuda itu tertidur, nyatanya saat Rehan membuka pintu kamar Candra, Rehan melihat pemuda itu duduk termenung dengan bersandar pada kepala ranjang. Rehan tidak bodoh untuk melihat tatapan kosong milik Candra, bahkan Candra tidak sadar saat Rehan mendekatinya dan duduk di pinggir ranjang."Candra."
Sret
Candra secara spontan menarik tangannya menjauh saat merasakan elusan tangan Rehan di tangannya, Candra menggeser tubuhya sedikit menjauhi Rehan bahkan pemuda itu menggenggam erat tabung obatnya dengan nafas memburu.
"Candra ini om Rehan, jangan panik." Rehan adalah psikiater, bertahun-tahun berkutat dengan orang-orang yang menderita trauma, phobia dan penyakit mental lainnya membuat Rehan tanggap jika Candra tengah panik karena bayang-bayang trauma nya.
"Candra rilex sayang, ambil nafas. Ini om Rehan, gak akan ada orang yang bisa nyakitin kamu." dengan perlahan Candra sedikit melemas, ucapan lembut Rehan juga elusan tangannya di kepala Candra membuat pemuda itu berani melirik Rehan.
"O-om Rehan?" Rehan memberikan senyum manis pada Candra saat pemuda itu memanggil namanya.
"Iya ini om, jangan panik." Candra mengangguk kecil, dengan perlahan Candra tidak lagi menolak sentuhan Rehan, dan hal itu membuat Rehan bisa memeluk Rehan.
"Gak papa, semua baik-baik saja. Gak ada yang bisa nyakitin kamu di sini." lagi-lagi Rehan memberikan kalimat penenang pada Candra. Candra yang mendengar itu akhirnya bisa bernafas dengan benar dan mulai memejamkan matanya.
"Apa yang bikin kamu trauma Candra? Seperti nya om harus tanya Lintang." Rehan merebahkan tubuh Candra, berharap saat ini pemuda itu bisa tertidur sebentar.
"Informasi apa yang kita semua lewati soal Candra?"
.
.
.
.
.
Candra menghindari semua orang di rumah bintang, bahkan Lintang sekali pun. Pemuda itu tidak keluar kamar dan memilih meringkuk di atas ranjang, Lintang yang mengetahui hal itu saat dia pulang kerja menjadi batal pergi ke cafe. Sikap Candra yang seperti ini mengingatkan Lintang pada Candra tiga tahun lalu, tepat setelah kejadian itu, dimana Candra tengah berjuang melawan trauma nya.Ares memutuskan menutup cafe setelah acara yang diadakan di cafe selesai, laki-laki itu tentu saja khawatir pada Candra, terutama saat Rehan mengatakan bahwa Candra menghindari dia dan Lintang.
"Mas, Candra dimana?" Ares yang baru saja masuk kedalam rumah langsung bertanya pada Rehan, bahkan Ares meninggalkan yang lain di luar.
"Di kamar nya, ada Lintang disana. Res, kalau mau deketin Candra pelan-pelan, jangan dipaksa." Ares mengangguk dan segera naik ke lantai dua.
"Mas Rehan, ada apa sebenarnya?" Rehan menggeleng, dia juga belum tau pasti apa yang membuat Candra seperti itu.
"Om Rehan, apa mimpi buruk bisa mancing kembali nya trauma?" pertanyaan dari Regi membuat semua menatap nya lekat, termasuk Rehan.
"Bisa, terutama jika mimpi buruk itu tentang hal yang membuat trauma. Kenapa kamu nanya gitu?" Regi menatap kearah tangga lekat.
"Mas Candra." Regi menjeda ucapan nya sebelum menatap para orang tua itu.
"Mimpi buruk nya pasti lebih sering datang om, makanya mas Candra kayak gini." Rehan meminta Regi untuk duduk di sebelahnya.
"Kamu tau soal trauma Candra?" Regi mengangguk kecil.
"Bukan hanya tau om, tapi Regi bahkan ada disana saat mas Candra prtama kali mengalami trauma karena kejadian itu, Regi juga tau gimana mas Candra berjuang untuk sembuh dari trauma nya." ucapan lirih Regi membuat Jojo menatapnya lekat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Candra Lintang
FanfictionMereka meninggalkan kota tempat mereka dibesarkan, menuju tempat mereka dilahirkan, kembali menyusuri jalan dimana kisah kedua orang tua mereka terjalin. Mencari keberadaan sisa konstelasi bintang yang dahulu sangat berharga untuk kedua orang tuany...