27. Dia siapa?

793 108 8
                                        


.
.
.
.
.
Candra masih menatap tidak percaya pada laki-laki yang saat ini bersimpuh dihadapannya, setelah acara pelukan yang terjadi tadi, Igel membawa Candra untuk duduk diatas sofa, karena dia tau keponakannya itu sangat terkejut.

"I-ini beneran yanda?" Candra menyentuh wajah laki-laki yang serupa dengan milik sang adik itu dengan tangan gemetar, setelah delapan belas tahun mereka bahkan tidak pernah lagi bertemu.

"Iya ini yanda nya Candra." air mata kembali menetes dari kedua netra hitam Candra, dengan cepat Ares menghapus air mata itu dengan lembut.

"Jangan nangis, maafkan yanda yang bisa nya bikin Candra nangis ya." Candra menggeleng, melihat hal itu Ares langsung merengkuh Candra dengan erat.

"Candra kangen...hiks...t-tapi...yanda g-gak ada di deket Candra." Ares memejamkan matanya saat mendengar suara terbata Candra.

"Maafkan yanda yang belum bisa melindungi kalian ya, bahkan yanda membuat kalian harus hidup bertiga hanya dengan ibun." Ares mengelus punggung Candra, semalam dia sudah mendengar semuanya dari Azka juga Rehan, termasuk dengan penyakit Candra.

"Candra istirahat dulu ya, tadi baru aja habis melakukan pemeriksaan sama om Azka kan?" Candra mengangguk, namun pemuda itu sama sekali tidak melepaskan pelukannya dari Ares.

"Res, mending kamu temenin dia. Biarin dia tidur di kamar kamu." Ares mengangguk mendengar ucapan Rehan.

"Iya mas." Ares mengajak Candra untuk masuk kedalam kamar nya, menemani putra sulung nya itu istirahat.

"Yanda kapan mau pulang? Bantu Candra buat cari ibun." Ares tersenyum sendu.

"Sebentar lagi yanda pulang, Candra bisa tunggu yanda sebentar kan? Nanti kita cari ibun sama-sama." Candra mengangguk, pemuda itu membiarkan Ares mengelus rambutnya, membawanya mengalah pada rasa kantuk.

"Aku udah ketemu Candra Ta, anak kita ini bener-bener mirip kamu. Tunggu aku sebentar lagi ya Ta, habis ini aku pasti jemput kamu."
.
.
.
.
.
Lintang tengah menatap aneh pada Jojo yang sedari tadi hanya diam tanpa mengucapkan apa pun, biasanya pemuda itu selalu mempunyai bahan obrolan untuk memecah kesunyian.

"Bang Jojo." Jojo tersentak saat Lintang menepuk bahunya. Pemuda itu menoleh dan tersenyum saat mengetahui bahwa Lintang lah yang menepuknya.

"Ada apa Lin?" Lintang menggeleng, remaja itu memutuskan untuk duduk di sebelah Jojo, beruntung saat ini mereka ada di balkon lantai dua.

"Bang Jojo kenapa ngelamun disini?" Jojo menggeleng.

"Gak ngelamun Lin, cuma lagi mikirin sesuatu." Lintang mengangguk paham, tapi tak lama remaja itu menatap Jojo jahil.

"Bang Jojo lagi mikirin orang yang abang suka ya?" Jojo terkejut mendengar ucapan Lintang, bagaimana mungkin remaja itu mengerti isi pikirannya.

"Bener kan? Lintang bener kan? Bang Jojo lagi suka sama seseorang?" Jojo menghela nafas, apa dia harus jujur pada Jojo saat ini.

"Kamu baca pikiran abang ya?" Lintang menggeleng imut.

"Gak dong, cuma biasanya Regi gitu lagi mikirin mas Candra." lagi-lagi Jojo di buat menghela nafas panjang oleh Lintang.

"Kasih tau Jojo siapa yang mas suka dong? Ganteng? Manis? Cantik?" Jojo menatap lekat pada wajah Lintang, menatap netra hitam remaja itu yang tampak berbinar cantik.

"Cantik." mendengar jawaban Jojo membuat Lintang kembali tersenyum jahil.

"Orang pare bang?" Lintang menggeleng.

"Bukan, tapi sekarang dia tinggal di pare."

"Regi tau orang nya?" Jojo mengangguk.

"Tentu aja Regi tau, abang udah lama suka sama dia." Lintang langsung merengut kesal saat mendengar itu.

Candra LintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang