.
.
.
.
.
Alta menatap suami, adik-adiknya juga sang putra yang tengah sarapan, laki-laki menggeleng heran melihat porsi makan suami nya sama sekali tidak berubah."Banyakin lagi dong Res, makannya." Ares yang baru saja menghabiskan sarapannya langsung menggeleng.
"Udah cukup Ta, gak akan kuat nampung lagi." Alta berdecak sedangkan Lintang yang melihat itu memasang wajah kesal.
"Bun, udah biarin sih, hemat beras kita." ucapan Lintang jelas membuat semua yang ada di ruang tamu tertawa.
"jleb banget omongan nih bocah sih." Hadar mengelus dada nya sabar mendengar ucapan Lintang.
"Ya udah lanjutin sarapannya, aku mau lihat Candra." mereka mengangguk saat Alta beranjak, namun bukan hanya Alta, karena Damar dan Angga juga ikut mengikuti laki-laki itu naik ke lantai dua.
"Papa sama ayah mau ngecek Candra?" kedua orang tua itu mengangguk, pagi ini memang tugas mereka mengecek keadaan Candra.
"Papa, ayah, boleh aku tau gimana keadaan Candra sekarang?" Angga mengelus pundak Alta.
"Kondisi nya udah cukup stabil Ta, tapi secara keseluruhan penyakit Candra memburuk, penyakit nya sekarang ada di stadium tiga. Kita harus bisa minta dia buat jalanin pengobatan nya dengan kemo, jika tidak ada hasil kita bisa ambil jalan oprasi seperti Ares dulu." Alta tertegun, satu tahun dia tidak menjaga anak-anak nya dan kondisi Candra memburuk.
"Maafin aku yah, kalau saja aku lebih hati-hati dan ketahuan sama mereka dimana aku tinggal, aku pasti gak akan ninggalin mereka setahun ini." Damar yang sedari tadi hanya menyimak akhirnya mendekati Alta dan menepuk pundak menantunya itu.
"Ini semua takdir Ta, kamu udah jaga Candra sama Lintang dengan sangat baik selama ini. Mereka tumbuh jadi anak yang hebat, ya meskipun kalau mereka marah jadi kayak kamu." Alta tersenyum kikuk mendengar itu. Kedua putra nya memang jarang marah, terutama Candra. Tapi sekali nya mereka marah, mereka tidak akan mau mendengarkan sekitarnya.
"Sudah, kita periksa Candra dulu ya."
.
.
.
.
.
"Azka ke ruangan Candra sekarang!"Ares dan penghuni rumah bintang langsung berlari naik ke lantai dua saat mendengar teriakan Angga dari lantai dua. Azka yang merupakan dokter Candra masuk lebih dulu dan membantu Damar juga Angga menangani Candra, Alta hanya menatap ketiganya dari dalam kamar Ares.
Grep
Alta yang sebelumnya hanya menatap kosong pada ruangan Candra langsung menunduk saat merasakan pelukan di tubuhnya, Lintang dan Ares tengah memeluknya bersamaan.
"Mas Candra pasti baik-baik bun." Alta membalas pelukan Lintang yang memang memeluknya dari depan, sedangkan Ares mengelus kepala kedua orang tersayangnya itu. Penghuni rumah bintang hanya bisa tersenyum saat melihat ketiganya.
"Alta kemari." Lintang dan Ares langsung melepaskan pelukannya dari tubuh Alta begitu suara Angga terdengar.
"Ada apa yah? Semua baik-baik saja kan?" Angga hanya tersenyum dan meminta Alta masuk kedalam ruangan Candra.
Damar dan Azka yang menunggu di dalam tersenyum saat Alta masuk, Azka dengan cepat menutup akses masuk kedalam ruangan.
"Papa, ada apa?" Alta semakin takut saat melihat senyum sendu di wajah Damar, laki-laki itu menggeser tubuhnya agar Alta bisa melihat Candra.
"Ibun." Alta terkejut saat mendengar suara lirih putra sulungnya, ditambah dia melihat dengan jelas jika Candra sudah membuka matanya.
"Candra." Alta bergegas menghampiri ranjang Candra dan memeluk tubuh sang putra.
"I-ibun." Alta mengangguk, laki-laki itu mengahapus air mata di pipi Candra.
"Iya sayang, ini ibun. Ibun nya Candra sama adek." Candra kembali menangis, dia tau jika sang ibu masih hidup tapi dia tidak menyangka akan melihat sang ibu begitu dia bangun.
"Ibun...hiks...Jangan pergi..." Alta menggeleng dan kembali memeluk tubuh Candra.
"Ibun akan tetap di sini Candra, ibun gak akan pergi lagi." Candra mengeratkan pelukannya pada Alta.
"Candra takut bun...jangan tinggalin Candra lagi." Damar dan Azka memilih meninggalkan Alta dan Candra, mereka berdua memilih memberitahu yang lain, karena mereka yakin Ares dan Lintang juga menunggu kabar ini.
"Papa, Mas Azka ada apa?" Damar dan Ares tersenyum.
"Kalau mau tau kalian berdua bisa masuk Res, Lintang." mendengar itu Ares menarik tangan Lintang untuk masuk.
"Sabar, biarin mereka ketemu Candra dulu." Damar menepuk pundak Rion, terlihat sekali jika menantunya itu tengah khawatir.
"Gak ada yang perlu di khawatirin, Candra sudah sadar."
.
.
.
.
.
Candra menatap jendela di ruangannya saat ini dengan lekat, melihat kehadiran Damar, Angga dan Azka tanpa sneli sudah membuat dia yakin jika dia tidak berada di rumah sakit. Tapi ruangan itu sama seperti rumah sakit pada umum nya, lebih tepatnya ruang intensive rumah sakit.Candra menghela nafas, dia ingin keluar dari sana, tapi semua serempak menolak dan meminta Candra tetap disana hingga keadaan nya stabil. Tapi saat ini saja dia sudah bosan, Lintang meninggalkannya saat dia sedang tidur tadi.
"Candra kok udah bangun?" Candra menoleh, pemuda itu tersenyum saat melihat Rion berjalan menghampiri nya.
"Candra bosen yah, mau keluar aja ya..." Rion menggeleng.
"Tunggu keputusan kakek sama om Azka ya." Candra menghela nafas untuk kesekian kali nya, Rion yang melihat itu hanya bisa tersenyum.
"Ayah." Rion yang baru saja mendudukan dirinya di pinggir ranjang Candra langsung menoleh.
"Hm, ada apa?" Rion bingung saat melihat wajah bingung Candra.
"Candra tidur berapa hari?" Rion kembali tersenyum dan merapikan rambut Candra.
"Lima hari, capek banget ya?" Candra menunduk, dia pasti membuat semua orang panik.
"Ayah maaf." Rion mengernyit saat mendengar permintaan maaf Candra.
"Kenapa minta maaf?" Candra memainkan jemarinya saat Rion bertanya.
"Candra pasti bikin semua nya panik, maaf." Rion memeluk tubuh Candra.
"Semua panik karena semua nya sayang sama Candra, jadi jangan ngerasa bersalah. Candra itu berharga buat semua nya, bukan cuma buat Lintang, yanda, ibun, papa atau ayah, paham?" Candra menganggu kecil.
"Ayah, ibun kemana?"
"Ibun tidur nak, ibun baru datang semalam, mau ayah bangunin?" mendengar jika sang bunda baru saja datang semalam, Candra menggeleng.
"Jangan yah, biarin ibun tidur." Rion kembali mengacak rambut Candra.
"Ayah, boleh Candra tanya?" Rion mengangguk.
"Mau tanya apa?" Rion kembali bingung saat melihat Candra bimbang.
"Tanya aja, ayah gak akan marah sama kamu." Candra memberanikan diri menatap mata Rion.
"Anu...itu...O-om...R-reska gimana?" Rion terdiam sejenak, dia tidak menyangka jika Candra akan bertanya soal Reska.
"Ada di rumah kakek." Candra kembali menunduk.
"Yanda masih marah sama om Reska? Ayah sama papa juga?" Rion mengangguk.
"Bukan cuma yanda, papa atau ayah tapi semua nya marah ke Reska, bahkan Lintang sama Jojo juga." Candra menggigit bibir bawahnya saat mendengar suara Rion seperti menahan amarah.
"Jangan marah lagi yah, kasian om Reska." Rion menatap Candra tidak suka.
"Kenapa ayah harus gak marah lagi? Dia udah nyakitin kamu, bahkan ngelecehin kamu." Candra menatap tangannya yang bergetar dia sedang mencoba melawat traumanya akan sosok Reska.
"Ta-tapi yah." Rion yang melihat tangan Candra gemetar langsung menggenggam tangan itu erat.
"Candra tolong jangan bahas dia dulu sekarang, kamu harus stabil dulu, sehat biar bisa keluar dari sini. Setelah itu ayah janji akam dengerin semua omongan kamu soal Reska, gimana" Candra mengangguk.
"Makasih ayah."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Candra Lintang
FanfictionMereka meninggalkan kota tempat mereka dibesarkan, menuju tempat mereka dilahirkan, kembali menyusuri jalan dimana kisah kedua orang tua mereka terjalin. Mencari keberadaan sisa konstelasi bintang yang dahulu sangat berharga untuk kedua orang tuany...