Bab 2 - Mengurus Daftar Ulang -

48 22 0
                                    

Hari-hari berikutnya pun menjadi lebih berwarna bagiku, setelah dinyatakan sebagai siswi dengan nilai tertinggi satu jurusan. Aku menjadi lebih bersemangat dalam menjalani hari.


Kini, aku harus mulai mengurus berkas perkuliahan.

SKHU yang sebelumnya ku ambil beberapa hari lalu, kini tengahku bawa di sebuah map dengan berbagai berkas lain sebagai pendukung.

Informasi yang aku dapat, khusus MABA (MAhasiswa BAru) FEB (Fakultas Ekonomi dan Bisnis) dijadwalkan hari ini untuk mendaftar ulang.

Pendaftaran ulang yang dilakukan ini pun memiliki tujuan untuk mengetahui siapa saja yang benar-benar memilih Universitas A+ sebagai kampusnya karena ada juga menolak untuk masuk ke Universitas A+ padahal sudah lolos SNMPTN.

Sebenarnya hal seperti itu sudah biasa dan terus terjadi di setiap tahunnya. Mungkin mereka berubah pikiran atau juga memiliki masalah lainnya sebagai alasan menolak untuk masuk ke Universitas A+.

Beberapa temanku pun seperti itu, ada yang mencoba dibeberapa Universitas lain dan lolos. Kemudian, mereka harus merelakan kampus lain dan hanya memilih satu dari beberapa pilihan tersebut.

Aku dan Feni pun sampai di kampus tepatnya di gedung serbaguna yang berada tepat di belakang gedung Rektorat.

Bangunannya cukup luas. Namun ternyata kami tidak bisa langsung masuk begitu saja. Kami harus mengambil nomor antrian dan masuk sesuai nomor tersebut.

Aku dan Feni pun menunggu diluar gedung, tepatnya di parkiran. Kami duduk di pinggiran jalan seperti MABA lainnya.

"Kamu nomor berapa?" tanya seseorang wanita yang tengah duduk di sampingku.

Aku menyodorkan kertasku ke hadapan wanita itu, "Aku nomor 105. Kalau kamu?"

"Nomor 100."

"Wah, dekatan ya kita hehe. BTW, nama kamu siapa?" tanyaku dengan ramah sembari menjulurkan tangan.

"Nama aku Bona. Nama kamu?" jawab Bona sembari menerima salamanku.

"Nama aku Deena, panggil aja Dee hehe."

Memang, aku sangat gampang bergaul dengan orang baru dan hal itu berbanding terbalik dengan sahabatku, Feni.

Aku memang banyak bicara dan lebih senang diajak bicara. Maka dari itu, ketika bertemu orang baru. Aku akan banyak bertanya dan hal itu membuat kami semakin akrab.

Aku melirik ke arah Feni yang tengah sibuk bermain ponsel dan tiba-tiba aky menarik tangannya untuk bersalaman dengan Bona, "Oh iya, kenalin juga. Ini sahabat aku, Feni."

"Salam kenal ya, Aku Bona."

"Iya," jawab Feni dengan pelan sembari lepaskan salamannya dengan Bona.

"Hmm, kalian bareng?" tanya Bona padaku.

"Iya, kami temenan dari SMP sampai sekarang deh hehe. Cuman sekarang beda jurusan gitu," jelasku dengan semangat.

"Wah, enak banget dong. Aku malah sendirian aja nih ngurus-ngurus."

"Iya hehe. Nggak papa kok, tapi kamu bisa bawa motor kan?"

"Bisa dong, emangnya kamu enggak bisa?" tanya Bona.

Aku menggeleng pelan, "Enggak hehe."

"Ehh, seriusan?"

"Iya."

"Maaf ya, aku nanya begitu. Kirain kamu bisa bawa motor," ucap Bona dengan wajah kikuknya.

Mungkin dia merasa tidak enak setelah berbicara seperti itu padaku.

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang