Bab 60 - Beda Kelas -

3 0 0
                                    

Hari ini, aku dan Dira dan Bora sama-sama masuk ke mata kuliah Manajemen Akuntansi. Ternyata kami bertiga masuk ke kelas yang berbeda dengan teman-teman pria kami, entah apa yang terjadi sebelumnya sehingga kami mengambil kelas yang lain. Setidaknya kami masih bisa bersama.

Saat masuk kelas, aku langsung di sapa dengan seorang pria yang sebenarnya teman sekolahku dulu. Mukaku berubah kesal karena dulu pria itu suka menggodaku. Ya walaupun hanya bercanda sih sebenarnya.

"Deena!" teriak pria yang bernama Bowo itu.

Aku hanya dapat menghela nafas ketika Bowo berlari ke arahku dan merangkul erat tubuhku. "Masuk kelas ini juga?" tanyanya.

"Enggak, aku ngajar di sini," ucapku asal.

Bowo langsung mengerutkan dahinya. Namun, tak lama kemudian dosen yang mengajar pun datang. Beliau terlihat seperti tengah ada masalah dan kami hanya diam menunggu beliau berbicara.

Tak lama setelahnya, beliau memanggil nama kami satu persatu dan melihat wajah kami. Sepertinya beliau ingin mengingat nama kami semua.

Setelahnya, beliau pun mengajar. Dosen yang bernama Abdi itu mengajar dengan suara yang cukup pelan. Namun, di belakang kelas beberapa mahasiswa malah asik berbincang.

Beberapa kali aku menegur mereka untuk memperhatikan Pak Abdi mengajar, tetapi mereka tetap saja tidak mempedulikanku. Aku akhirnya menyerah dan mulai fokus pada pengajaran beliau. Ya walaupun tidak terlalu pahan setidaknya aku bisa menulis beberapa rumus yang beliau jelaskan.

Mata kuliah kali ini terasa begitu cepat selesai. Kini, selembar kertas putihku sudah penuh dengan segala macam rumus akuntansi.

"Sampai sini dulu ya penjelasan dari saya. Kita ketemu lagi minggu depan."

Pak Abdi keluar dari ruangan kami dan aku juga teman-temanku ikut keluar. Setelah ini kami harus masuk ke kelas lain dan Rai sudah beberapa kali menghubungiku. Aku langsung membalas pesan dari pacarku itu agar dia berhenti menghubungiku untuk sesaat.

Kami bertiga asik berjalan santai ke kelas karena masih memiliki waktu kosong sampai setengah jam lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami bertiga asik berjalan santai ke kelas karena masih memiliki waktu kosong sampai setengah jam lagi. Karena asik berbincang, tak terasa akhirnya kami sampai di tempat tujuan kami yaitu ruang delapan.

Saat sampai di depan pintu masuk, tiba-tiba saja seseorang berjalan di sampingku dan merangkul tubuhku. "Ketemu lagi," ucapnya pelan dan orang itu ialah Bowo.

Pria itu kemudian membawaku masuk ke dalam kelas dan membuat ngajakku untuk duduk di belakang. "Ihh, aku mau duduk sama temen-temen aku," ocehku sembari berusaha melarikan diri. Namun sayang, Bowo menahan tubuhku.

Tak lama kemudian, Rai berdiri dari kursinya dan berjalan ke arahku juga Bowo. "Lepasin," ucapnya pelan dengan nada datar.

Jelas terlihat bahwa kini pacarku itu tengah marah karena matanya menatap tajam ke arah Bowo. Bowo yang terkenal nakal pun langsung berdiri berhadapan dengan Rai.

Jujur, aku takut melihat mereka berdua saling menatap tajam seperti ini. Apalagi, tubuh Rai jauh lebih kecil dari Bowo.

"Kenapa, lo pacarnya?" tanya Bowo dengan wajah menantang.

Aku kemudian berdiri di antara kedua pria itu dan menarik pacarku untuk pergi. "Udah, yuk, ke depan."

Sebenarnya Rai ingin membalas ucapan Bowo. Namun, aku cepat-cepat menutup mulutnya agar tidak berbicara tentang hubungan kami.

Tidak seperti biasanya, kini Rai duduk di sisiku. Aku mengaitkan tanyaku ke tangan pacarku itu sembari beberapa kali mengelus tangannya. "Udah, nggak usah diladenin si Bowo. Dia cuman becanda kok."

"Kamu bela dia?"

"Bukan gitu, tapi beneran deh, dia cuman becanda," jelasku lagi yang langsung membuat Rai melepaskan kaitan tangan kami.

Aku menghela nafas karena tidak bisa membuat pacarku itu paham mengenai situasi saat ini. Dia terlalu pencemburuan dan aku benar-benar membenci hal tersebut.

Tepat pukul 11, dosen yang mengajar pun datang dan sebenarnya sekarang bukan jam beliau masuk. Beliau masuk di hari lain. Namun, beliau meminta untuk kami mengisi absen yang kurang karena beliau akan pergi keluar kota akhir semester nanti. Yang berarti semuanya akan maju, ujian akhir pun akan dilaksanakan akhir bulan ini.

Kalau bisa dibilang, sebulan ini kami harus menyelesaikan delapan kali pertemuan. Pertemuan minimal untuk satu semester.

"Siang semuanya, kita mulai perkuliahan kita hari ini ya," ucap dosen bernama Irma, Ibu Irma.

Beliau mengajar dengan sangat asik dan mudah untuk di pahami. Aku benar-benar menyukai beliau dan juga Ibu Irma tidak pelit untuk memberi nilai, ya walaupun nilai yang beliau beri tidak terlalu besar. Namun, setidaknya kita tidak perlu mengulang lagi dan lagi.

Satu jam berlalu dengan sangat cepat dan jujur ada banyak sekali materi yang Ibu Irma bahas kali ini. Untuk waktu yang cukup singkat itu, beliau bisa memanfaatkannya dengan baik dan membuatku cukup takjub.

"Udah selesai ya materinya, kita lanjut hari kamis nanti. Selamat siang."

Ibu Irma keluar dari kelas kami dengan cepat karena tau kami mau istirahat dan hari kamis nanti kami akan belajar lagi dengan beliau. Walau sering masuk, kami tidak merasa bosan membosankan karena seperti yang kujelaskan tadi penjelasan beliau sangat menarik dan mudah dipahami.

Setelah selesai membereskan meja, aku juga teman-temanku pergi ke kantin. Aku sangat lapar saat ini karena sebelumnya kepalaku diminta banyak berpikir saat belajar tadi.

Sesampai di kantin, ternyata semua meja penuh dan seseorang melambaikan tangannya ke arahku. Aku tau orang itu adalah adik tingkat yang aku ajari dan aku pun berjalan ke arah dia.

"Hai, hai, lagi pada makan ya?" tanyaku basa basi.

"Iya nih, Mbak. Yuk, makan bareng," ajak adik tingkatku itu.

"Duh, gimana ya, saya sama temen-temen saya tuh. Kayanya nggak muat di sini," jelasku sembari melihat ke arah teman-temanku yang kini tengah berdiri.

"Oh gitu, yaudah, Mbak, nanti habis kami makan, Mbak duduk di sini aja."

Aku terkejut dengan bahagia. "Beneran nih?"

Adik tingkat yang kukenal dengan nama Imma itu kemudian mengangguk pelan. "Iya Mbak, tapi tunggu kami selesai makan dulu ya. Bentar aja kok."

"Eh, nggak usah cepet-cepet makannya. Santai aja," ucapku saat mereka makan dengan cepat.

"Nggak kok, Mbak. Kami mau ke Sekre soalnya."

"Oh gitu, yaudah kalau gitu saya duduk sini boleh?" ucapku sembari menatap sisi kursi panjang yang kosong tersebut.

Mereka langsung bergeser untuk memberiku tempat duduk. "Silakan, Mbak."

Aku kemudian mengirim pesan di grup untuk memberitahu teman-temanku agar mau menunggu sebentar sampai adik-adik tingkat kami ini selesai makan.

Tak lama kemudian, mereka selesai makan dan menyuruhku untuk memanggil teman-temanku. Mereka benar-benar baik karena sampai saat ini belum ada kursi kosong. "Ih, makasih ya," ucapku untuk ke sekian kalinya.

Kemudian aku memanggil teman-temanku untuk datang dan kami bisa makan di kantin tersebut. Memang, aku cukup bingung dengan kantin fakultas kami yang sangat kecil ini karena jumlah mahasiswa yang ada sangat banyak dan tentu tidak sebanding dengan tempat tersebut.

***

Yeay, bab 60.

Semangaat hihi.

***

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang