Sudah satu bulan terlewati dan kehidupanku sebagai seorang Mahasiswa semakin menarik juga berwarna. Aku mendapat banyak teman juga dapat menjalani setiap matakuliah dengan baik. Sebelumnya, kami hanya bertujuh tetapi setelah itu bertambah dua orang wanita lain dalam lingkaran pertemanan kami.
Mereka adalah July dan juga Risa, entah bagaimana tiba-tiba saja kami menjadi akrab dan sering kali bersama. Kedua wanita itu juga sangat asyik ketika diajak mengobrol. Bersama mereka kita tidak akan kehabisan topik pembicaraan.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, Dosen perempuan di depan kini berpamitan untuk keluar. Beliau tentu telah selesai membahas materi yang dia bawakan. Aku kemudian menutup bukuku dan kemudian menatap melas ke arah Dira yang tepat duduk di sampingku.
Dira tersenyum kecil sembari memasukkan bukunya ke dalam tas. "Kenapa?" tanya Dira.
Jujur, aku tengah lapar sekarang tetapi jika aku ke kantin sekarang, aku mungkin tidak mendapatkan kursi seperti sebelum-sebelumnya. Pergantian kelas pun lebih cepat, jika harus menunggu. Waktuku akan habis untuk menunggu saja.
"Laper, tapi kalau ke kantin, pasti nggak dapet tempat duduk," jelasku dengan lemas.
Tiba-tiba saja wajah July muncul dari belakang tubuh Dira. "Makan di luar aja yuk, aku tau tempat makan yang cepet penanganannya."
Mataku berbinar setelah mendengar penjelasan July. Tidak akanku sia-siakan kesempatan ini karena matakuliah selanjutnya cukup berat sehingga jika ku paksakan tidak makan. Mungkin penyakit magku akan kambuh.
Aku memiliki penyakit mag sejak SMP. Namun, penyakit tersebut bertambah parah saat aku kelas tiga SMA. Mungkin penyebabnya karena aku banyak pikiran dan juga kelelahan sehingga kadang lupa makan.
"Boleh, tapi aku sama Dira nggak bisa bawa motor," jelasku dengan wajah sedih.
Disaat yang lain asyik berpergian, aku malah bertahan di kampus, ya karena aku tidak bisa naik motor. Gagallah sudah keinginanku untuk makan siang sekarang, padahal aku benar-benar sangat lapar.
July mengibas-ngibaskan tangannya di hadapanku. "Nggak usah khawatir, kan aku sama Risa bawa motor. Jadi, kamu sama Dira bisa naik motor sama kami terus Bora bisa ngikutin kita dari belakang."
Ada perasaan bahagia di benakku kini, aku tidak menyangka bahwa ternyata masih ada orang yang begitu baik denganku padahal kami baru berteman beberapa hari belakangan ini.
Sejak saat itu kami menjadi sangat dekat. Kemana pun pergi, kami selalu berlima. Teman-teman priaku lebih suka menghabiskan waktu mereka sendiri tetapi saat di kelas kami masih tetap berkomunikasi apalagi Sam adalah ketua kelas sehingga kami sering berbincang.
Pagi-pagi Ayah mengantarku ke kampus karena aku memiliki jadwal pagi. Di parkiran menuju gedung belajar, aku bertemu dengan Bora. Wanita itu terlihat bingung dan kemudian aku mendekatinya.
"Kenapa, Ra?" tanyaku sesaat setelah berdiri tepat di sampingnya.
Bora menatap ke arahku dan kemudian menunjuk jok motornya, "Ini loh, jok motor aku enggak bisa kebuka."
Aku mencoba membuka jok tersebut dengan menggunakan kunci motor Bora dan benar saja jok itu tidak bisa terbuka. "Kayanya macet deh ini kuncinya," jelasku karena aku merasa seperti ada yang menyangkut sehingga jok tersebut tidak dapat terbuka.
Bora kemudian menggaruk dahinya dengan pelan, "Terus, gimana ya?"
Aku cukup kasian pada Bora dan memutuskan untuk mencoba lagi. Jok tersebut ku tekan cukup kuat dan tiba-tiba saja terbuka. Jujur, aku kaget. Namun juga, bersyukur. Kasian Bora, jika jok tersebut tidak bisa dibuka. Dia tidak akan bisa mengisi bensin nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manis Things (END)
Ficção AdolescenteNomor Peserta : 041 Tema yang diambil : Campus Universe Blurb : Siapa bilang kuliah itu mudah? Kuliah sangat menyita waktu dan juga perasaan. Nyaris seharian bahkan jika bisa bermalam di kampus, mungkin sebagian mahasiswa akan lakukan. Bergerak cepa...