Bab 44 - Setelah Berpisah -

5 2 0
                                    

Tak banyak yang berubah saat aku dan Rai memutuskan untuk berpisah. Namun, pria itu kembali ke dirinya dulu. Dingin dan tak terjamah oleh siapapun. Dia menjadi pendengar yang baik, tetapi tak ada satupun kata yang keluar dari bibir tipisnya itu.

Memang, masih ada rasa yang tertinggal dan entah kapan akan berakhir. Setiap melihatnya detak jantungku berpacu sehingga aku tidak berani menatap lama mata sayunya itu.

Iya, sepertinya Rai memiliki malam yang panjang sehingga wajahnya terlihat tidak sesegar hari-hari biasanya.

Aku melirik sekilas wajah pria itu, ada warna kehitaman di bawah matanya. Jujur, aku ingin sekali bertanya padanya. Namun, aku begitu malu. Memang setelah hubungan kami berakhir, aku merasa bahwa aku tidak boleh terlalu dekat dengan pria itu. Kutahan semampuku agar tidak terlalu mempedulikan Rai lagi.

Kini, kami berada di kantin setelah selesai dengan mata kuliah kami pagi ini. Aku duduk tepat di depan kavin, walaupun sesekali kulirik Rai yang duduk cukup jauh dariku.

Setelah nyaris satu jam, kami memutuskan untuk masuk ke dalam kelas. Menunggu dosen selanjutnya datang.

Seorang pria tua masuk ke dalam kelas kami dan langsung memulai materi yang akan beliau sampaikan.

Materi yang dibawakan memang terlalu berat sehingga membuat beberapa teman sekelasku menguap. Apalagi kami baru saja selesai makan dan kini rasa kantuk mulai menyerang.

Ada banyak tulisan yang beliau salin di papan tulis. Kami pun menulis kembali apa yang dosen tersebut tulis.

Ketika sedang asik menulis, mataku tiba-tiba tertarik pada Rai yang terlihat menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi. Dia terlihat tidak menulis apapun dan hal itu membuatku bingung.

Sebuah map tiba-tiba saja berada di depanku. Map yang berisikan lembar absen mata kuliah tersebut. Dengan cepat aku mencari namaku dan menandatanganinya. Namun, belum sempat selesai.

Bapak Dwi tiba-tiba saja memukul papan tulis, hal itu membuatku tersentak kaget.

"Saya tidak mau melihat mahasiswa saya tidur di kelas. Sekarang kalian yang tidur, keluar dari kelas saya!" bentak Pak Dwi dengan suara yang nyaring.

Beberapa teman sekelasku kemudian terlihat berjalan menuju pintu kelas dan menghilang begitu saja. Saat aku tengah sibuk memperhatikan orang-orang tersebut, Rai berdiri dan ikut keluar.

Dahiku mengkerut bingung, kenapa Rai ikut keluar ya? tanyaku di dalam hati.

"Rai tadi ketiduran," jelas Dira tiba-tiba tanpa menoleh ke arahku.

Aku memperhatikan wajah fokus temanku itu. Sebenarnya aku ingin sekali bertanya lebih lanjut. Mungkin Dira mengetahui hal lain yang tidak kuketahui tentang Rai. Tapi, ku urungkan niatku dan kembali fokus pada penjelasan Pak Dwi.

***

Jam pulang kuliah pun datang, aku segera memasukkan buku-bukuku ke dalam tas. Namun, tiba-tiba saja ponselku bergetar pertanda bahwa ada pesan baru yang masuk di sana.

Ku selesaikan dulu kegiatanku dan selanjutnya kubuka ponselku itu. Aku sedikit terkejut karena mendapati pesan yang dikirimkan Rai padaku.

 Aku sedikit terkejut karena mendapati pesan yang dikirimkan Rai padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang