Mobil milik salah satu temanku sudah terparkir manis di garasi sebuah rumah. Kami memutuskan untuk menyewa rumah di pinggir pantai agar bisa dengan leluasa pergi ke pantas setiap saat.
Aku keluar dari mobil dan langsung merenggangkan tubuhku. Perjalanan memakan waktu empat jam dan jujur, aku sangat lelah sekarang.
Tiba-tiba saja ponselku berbunyi, aku menghela nafasku karena tau siapa yang meneleponku.
Ku rogoh ponselku yang berada di dalam tas kecil milikku dan benar saja, nama Rai tertulis jelas di layar ponselku itu.
Aku menjauh dari mobil yang aku dan teman-temanku gunakan. Mencari tempat terbaik agar bisa leluasa berbicara dengan Rai.
"Halo," ucap ku saat panggilan tersebut ku angkat.
"Halo, udah sampe?" tanya Rai dengan cepat.
"Iya, barusan," jawabku sembari memperhatikan teman-temanku tengah mengeluarkan koper.
Feni melambaikan tangannya kepadaku dan aku langsung menyuruhnya untuk masuk terlebih dahulu. Ku tutup ponsel tersebut agar Rai tidak mendengar apa yang ku ucapkan.
"Duluan aja," teriakku pada Feni.
Feni langsung membuat lingkaran dengan jari telunjuk dan ibu jarinya sebagai jawaban dari ucapanku tadi.
Aku kembali berbincang dengan Rai, bahkan sampai berjam-jam. Pria itu menjadi banyak bicara selama beberapa hari ini. Banyak hal yang tidak penting terlontar dari mulutnya dan aku harus tetap mendengarkannya.
"Hm, ya udah. Aku masuk dulu ya ke rumah, dingin banget soalnya di luar," ucap ku memberi alasan agar panggilan tersebut berakhir.
Sudah cukup lama aku dan Rai berbincang, jujur aku sudah lelah. Ingin tidur karena selama perjalanan aku tidak bisa tidur. Jalanan yang kami lewati begitu menyeramkan. Tubuh kami sering terguncang. Tentu, aku tidak bisa tidur jika dalam kondisi seperti itu.
"Ya udah, nanti hubungi aku lagi ya, jangan macem-macem di sana. Cepet balik," ucap Rai dengan pelan.
Aku memutar bola mataku dengan malas, "baru juga sehari, Rai."
"Iya, tau. Ya udah, aku matiin ya. Bye."
Panggilan telepon tersebut kumatikan dengan kasar, mungkin karena efek kelelahan. Aku menjadi emosi sekarang.
Aku berjalan dengan gontai ke arah rumah. Aku masuk ke dalam rumah tersebut dan menghempaskan tubuhku ke atas sofa.
Feni yang baru saja lewat di hadapanku langsung ikut duduk tepat di sampingku. Sahabatku itu menatap wajahku yang kini terlihat kelelahan.
"Kamu capek ya?" tanyanya yang langsung kujawab dengan anggukkan.
"Ya udah, naik gih. Tidur di kamar kita."
Aku bergegas naik ke lantai dua rumah tersebut. Ku ingin tidur walau hanya sebentar karena nanti malam kami akan berpergian ke pantai.
***
Malam tiba, aku dan teman-temanku pergi ke pantai sesuai janji. Aku menggunakan celana panjang juga jaket yang cukup tebal. Angin malam ini begitu kencang sehingga kami menggunakan pakaian hangat agar tidak masuk angin.
Aku dan teman-temanku berfoto di depan Pantai. Bagusnya pantai ini adalah ketika malam ada banyak lampu yang menyala sehingga tidak membuat takut pengunjung. Di pinggir pantai juga banyak kios yang berjualan makanan hingga pakaian dan oleh-oleh.
Setelah selesai berfoto. Aku duduk di atas pasir ditemani oleh Feni. Teman-temanku yang lain kemudian meminjam bola voli dan memainkannya.
Yang pergi liburan kali ini ada enam orang, dua perempuan yaitu aku dan Feni. Empat laki-laki yaitu Zayn, Andi, Aufal dan Bara, mereka semua adalah tetanggaku juga teman sekolahku saat SD.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manis Things (END)
Novela JuvenilNomor Peserta : 041 Tema yang diambil : Campus Universe Blurb : Siapa bilang kuliah itu mudah? Kuliah sangat menyita waktu dan juga perasaan. Nyaris seharian bahkan jika bisa bermalam di kampus, mungkin sebagian mahasiswa akan lakukan. Bergerak cepa...