Bab 29 - Tanpa Disangka -

13 12 0
                                    

Hujan tak henti-hentinya membasahi bumi bahkan turun semakin deras sekarang. Aku menatap ke arah langit yang sepertinya tidak akan memberi ampun pada kami yang masih setia di kampus.

Sudah nyaris 30 menit kami terdiam melihat hujan yang terus turun. Hanya beberapa di antara kami yang memutuskan untuk segera pulang, kecuali aku dan teman-temanku.

"Ini kayanya kalau kita balik, kebanjiran deh."

Dira mengangguk pelan, "tapi kalau nggak pulang sekarang, keburu malem."

"Iya juga ya, ya sudah lah. Kita pakai jas ujan aja," saran Bora.

Akhirnya kami bertiga melangkah untuk turun ke lantai dasar. Kami sebelumnya masuk di ruang 10 yang berada di lantai tiga.

"Mau balik sekarang?" tanya Deon.

Aku mengangguk pelan, "kalau nggak pulang sekarang. Keburu malem. Terus juga ntar banjirnya lebih tinggi. Malah nggak bisa lewat."

"Ya udah, hati-hati."

Kami bertiga berlari menuju parkiran setelah turun ke lantai dasar gedung belajar. Aku sekarang akhirnya menyesal sudah memarkirkan motorku cukup jauh dari gedung belajar.

Aku menghela nafasku setelah sampai tepat di parkiran, "besok-besok parkir di belakang aja lah. Jauh banget soalnya ini."

"Iya, mana hujan lagi."

"Ya udah, aku ambil jas ujan dulu ya, Dir."

Aku kemudian memberikan tasku pada Dira dan berlari ke motorku untuk mengambil jas hujan yang ada di jok. Begitupula dengan Bora, wanita itu juga melakukan hal yang sama sepertiku.

Setelah dapat. Aku segera kembali ke dekat Dira dan langsung menggunakan jas hujan yang ku bawa. "Dir, nanti masuk ke dalam jas hujan ya."

Aku menggunakan jas hujan ponco, sehingga Dira bisa ikut berlindung di dalam jas hujan nanti.

Dira mengangguk paham, "iya, Dee."

"Ya udah, yuk."

Aku dan Dira langsung pergi ke motorku. Kami naik ke atas motor dan langsung pergi keluar kampus.

Ternyata memang benar bahwa sudah banjir di jalanan menuju rumah Dira, walau begitu motor masih bisa lewat hanya saja harus berhati-hati.

Biasanya kami hanya menghabiskan waktu 10 menit untuk sampai ke rumah Dira tetapi sekarang kami menghabiskan waktu nyaris 20 menit alias dua kali lipatnya.

Aku segera membawa motorku untuk masuk ke dalam pekarangan rumah Dira, "akhirnya sampai juga."

Dira turun dari motorku dan aku langsung memperbaiki jas hujanku dengan menduduki sedikit bagian jas hujanku agar tidak terbang.

"Dir, Dee balik dulu ya."

"Eh, nggak mau nunggu hujannya reda dulu?" tawar Dira.

Aku menggeleng pelan, "nggak deh, ntar malah kemalaman. Besok kan kita turun kuliah pagi lagi."

Dira mengangguk, "ya udah, hati-hati ya, Dee."

Aku langsung pergi dari pekarangan rumah Dira menuju rumahku yang cukup jauh. Seperti yang aku jelaskan sebelumnya bahwa perjalanan dari kampus ke rumahku adalah 30 menit. Namun, sekarang sepertinya akan berubah menjadi satu jam.

Benar saja, tak jauh dari wilayah rumah Dira. Ada banjir yang cukup tinggi. Banjir tersebut berhasil membuat jalanan tak terlihat bahkan kakiku sudah kebasahan krena banjir tersebut. Namun, aku tetap menjalankan motorku.

Entah kenapa saat ini perasaanku campur aduk. Tanpa terasa air mataku keluar. Aku menangis dengan cukup keras. Untungnya suara hujan yang ada berhasil membuat suaraku tidak terdengar.

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang