Bab 14 - BEM -

13 11 0
                                    

Setelah menyelesaikan Ekonom, aku pikir, aku bisa tenang sembari menunggu hari senin. Hari dimana aku turun kuliah untuk pertama kali. Tapi ternyata, sebuah pesan masuk ke ponselku mengabarkan bahwa lusa akan ada acara yang diselenggarakan oleh BEM. Acara yang sudah jauh-jauh hari kudaftar.

BEM FEB'15

Hallo semua, jangan lupa ya hari sabtu kita ada acara Dare to be. Acaranya mulai pukul 10 dan berlokasi di lantai tiga gedung dekanat.

Ditunggu kedatangannya!.

Tanpa sadar, aku sudah menghembuskan nafasku dengan kasar setelah membaca pesan itu. Sungguh, aku lupa sudah mendaftarnya sehingga aku pun menghubungi Feni untuk memberitahunya.

Wanita itu tidak ambil pusing dan mengiakan ucapanku untuk ikut hadir dalam acara tersebut. Lagi pula, kami memiliki waktu luang sehingga tidak ada yang perlu untuk dikhawatirkan.

Sabtu pagi, tepatnya pukul sembilan. Feni sudah berada di rumahku, wanita itu sudah jelas tau, jika kita punya jadwal pukul 10. Kita harus pergi pukul 9.

Pakaian yang aku gunakan hanyalah sebuah kemeja dengan celana jeans. Kegiatan kali ini begitu menarik menurutku karena ada banyak games yang akan dilakukan.

Aku memasuki lantai 3 yang ku pakai untuk ospek kemarin dan dan sudah ada banyak orang di dalam sana. Kami kemudian dibagi dalam beberapa kelompok. Sayangnya aku tidak bersama dengan Feni. Sahabatku itu mendapat kelompok 5 dan aku mendapat kelompok 1.

Acara dimulai dengan pembukaan oleh ketua BEM, ketua BEM kami saat ini adalah Kak Firza. Kakak tingkat tampan yang ternyata nyaris lulus. Namun tetap, memimpin acara ini.

Aku terpukau dengan pembawaannya karena dia sangat murah senyum juga cara bicaranya yang begitu sopan.

Setelahnya kami digabung sesuai kelompok masing-masing. Aku kemudian bertemu dengan teman-teman sekelompokku.

Ada 3 laki-laki dan 4 perempuan termasuk aku.

"Hai semua," sapaku dengan ramah.

"Hai juga," jawab mereka serempak.

"Kenalin ya, nama aku Deena."

"Nama aku Fara." ucap seseorang wanita cantik yang sepertinya campuran. Wajahnya benar-benar cantik dan aku mengakuinya.

"Kalau aku, Caca."

Wanita di samping Fara pun ikut memperkenalkan diri.

"Aku Faiz," ucap pria di hadapanku.

"Kalau aku Resky."

"Aku Imam."

"Aku Illa."

Semua sudah memperkenalkan diri, akhirnya aku mengenal mereka satu persatu. Namun, aku kurang yakin akan mengingat nama mereka.

Sepertinya biasa, saat pertama pasti akan begini. Kaku dan aneh. Namun, aku memakluminya.

Saat acara benar-benar dimulai. Seseorang pria pun naik ke atas panggung dan ternyata pria itu adalah mahasiswa dari universitas ibukota.

"Hallo semua, adik-adik. Kita mulai ya, acaranya," ucap pria itu dengan semangat.

Acara kemudian semakin meriah saat mahasiswa dari universitas lain itu berbicara. Dia sungguh aktif dengan mengajak peserta untul ikut dalam pembahasannya.

Bahkan pria itu mendatangi kami masing-masing untuk bertanya langsung.

Pembahasannya pun cukup dimengerti dan hal itu lagi-lagi membuatku terpukau.

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang