Bab 21 - Ujian-

15 11 0
                                        

Seperti ujian-ujian lainnya saat SMA, di kuliah pun ternyata ada ujian juga. Seperti UTS (Ujian Tengah Semester) dan US (Ujian Semester). Sebenarnya hal tersebut tidak terlalu membuat aku terkejut. Namun, ternyata saat kuliah ujiannya pun menjadi beragam.

Ketika mendapat dosen yang baik, kami tidak mendapat ujian tetapi kami hanya diberi Tugas. Tugasnya pun beragam, ada yang harus dikerjakan di kelas secara langsung dan ada yang boleh dibawa pulang.

Namun, ketika harus ujian. Kami benar-benar ujian, bahkan ada pengawas yang menjaga kami sehingga kami tidak menyontek.

Untuk penilaian pun beragam, ada dosen yang menghitung nilai juga kehadirannya sama. 50:50. Namun, ada juga yang berat sebelah. Tujuannya pun beragam, ada yang ingin mahasiswanya dapat turun kuliah terus tetapi ada juga yang lebih peduli terhadap nilai akhir mahasiswanya.

Seperti kini, aku sudah siap dengan ujian semesterku. Kursi-kursi yang ada dibuat merenggang agar ada pembatas antara satu orang dengan orang lain.

Pengawas kali ini adalah salah satu pegawai TU (Tata Usaha) yang pernah kutemui di gedung dekanat saat diminta bantuan oleh Sam untuk mengambil absen.

Pegawai wanita tersebut terlihat begitu menakutkan karena dia jarang sekali tersenyum bahkan tatapan tajamnya begitu mengintimidasi kami semua yang tengah gugup.

"Tasnya bawa ke depan semua! Yang ada di meja, hanya pulpen dan KRS!" perintah Ibu yang belum ku ketahui namanya itu.

Aku bergegas pergi ke depan untuk menaruh tasku dan kembali ke kursiku lagi. Aku membawa dua pulpen, takutnya nanti yang satu bermasalah.

Aku menunggu semua teman-temanku menaruh tasnya. Namun, tiba-tiba saja seseorang mengatakan bahwa dia lupa membawa KRS.

"Maaf, Bu. Saya lupa bawa KRS," ucap mahasiswa itu yang ku kenal dengan nama Ardi.

Aku cukup mengenal semua teman-teman sekelasku. Walaupun, tidak semuanya dekat denganku karena menurutku aku perlu untuk mengingat nama mereka agar mereka juga bisa mengenal namaku.

"Kok bisa kamu lupa bawa KRS!" bentak pengawas ujianku.

Aku terkejut dan kemudian melirik ke arah Dira dan Bora yang duduk dekat denganku.

Ardi tidak menjawab dan masih menundukkan kepalanya. Sepertinya, dia tengah merasa takut. Aku yang melihat saja ikut merasa takut padahal bukan aku yang berbuat.

"Sekarang, kamu keluar! Silahkan ikut ujian susulan!"

Pengawas tersebut menunjuk ke arah pintu keluar dan Ardi berjalan dengan lemas ke arah yang disuruh. Aku cukup kasian pada pria itu. Namun, apa yang dia lakukan juga salah apalagi ujian ini adalah ujian terakhir kami pada semester satu.

"Ada yang lupa bawa KRS lagi? Kalau ada, silahkan keluar. Tolong, sadar sendiri!"

Pengawas tersebut berteriak cukup kencang sehingga suaranya memenuhi ruangan. Aku terdiam sembari memperhatikan KRS ku yang nyaris bertanda tangan semua, kecuali matakuliah kali ini.

Seperti biasanya, setelah ujian pengawas akan menandatangani KRS kami sebagai bukti bahwa kami sudah ujian dan jika hasil ujian kami hilang dapat dicari.

Syukurnya, tidak ada lagi mahasiswa yang lupa membawa KRS sehingga ujian pun dimulai. Pengawas tadi kemudian berjalan menuju barisan pertama dan membagikan kertas yang akan digunakan untuk mengisi jawaban.

"Bagikan ke belakang," ucap pengawas tersebut kepada Rai yang berada tepat di depanku.

Rai mengambil satu kertas dan sisanya dia berikan kepadaku tanpa melihat ke arahku. Aku menatap kesal punggung pria dingin di hadapanku, ingin sekali ku pukul kepalanya dari belakang.

Entah kapan perlakuan dinginnya bisa mencair.

Tak lama kemudian, lembar ujian dibagikan. Aku mulai membaca dengan saksama lembar tersebut, soalnya hanya beberapa. Namun, semua soal beranak.

Aku hanya dapat menghembuskan nafasku dengan kasar. Namun, perhatianku kemudian teralihkan oleh pengumuman yang diberikan oleh pengawas.

"Soalnya cuman lima, dan waktu yang kalian dapat satu jam. Silahkan kerjakan!"

Aku bergegas untuk membaca lagi pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya belum selesai ku baca.

Iya, lima pertanyaan tapi anaknya banyak, ocehku di dalam hati.

Namun, sebanyak apapun aku mengoceh. Aku tetap mengerjakan ujian tersebut dengan baik.

Tak lama kemudian, pengawas tersebut sampai di sampingku. Wanita itu kemudian mengambil KRS ku dan dia tanda tangani.

Aku tersenyum ke arah wanita itu. Namun, dia malah menatapku dengan tatapan aneh. Aku hanya ingin bersikap ramah tetapi, sepertinya wanita itu tidak menyukainya.

Setelah 30 menit, pengawas tersebut kembali memberi pemberitahuan. "Sudah 30 menit ya, yang sudah, silahkan bawa ke sini kertasnya."

Aku menampilkan wajah kesalku setelah mendengar ucapan pengawas tersebut, Hei, ini baru 30 menit. Ya kali, udah selesai, ocehku lagi di dalam hati.

Wanita itu sekarang tengah duduk di meja dosen sembari memperhatikan kami yang tengah mengerjakan ujian. Aku sudah tidak sempat untuk peduli pada yang lain karena soal yang diujikan kali ini cukup rumit karena kami perlu menjelaskan di setiap soalnya.

Setelah 20 menit berlalu, aku selesai dengan semua soal yang diujikan. Aku kembali membaca semua jawabanku dan kemudian beranjak dari tempat dudukku.

Seperti biasanya, aku tidak bisa menunggu dan jika sudah selesai, aku akan bergegas untuk mengumpulkan jawabanku karena biasanya jika terlambat sebentar saja mengumpulkan jawaban. Jawaban kami itu tidak akan diterima.

Aku berjalan dengan pelan menuju ke meja dosen dimana pengawas berada.

"Sudah?" tanya pengawas padaku.

Aku mengangguk pelan sembari tersenyum canggung.

"Bagus, simpan sini kertasnya."

Aku melakukan apa yang disuruh oleh pengawas tersebut. Ku bedakan tempat kertas soal dan kertas jawaban.

"Silahkan keluar."

"Baik, Bu. Makasih."

Aku bergegas mencari tasku dan keluar dari ruangan. Kemudian, di depan kelas aku menunggu teman-temanku yang lain selesai sembari membuka kembali buku catatanku.

Nyaris semua jawaban ada di catatanku, untung aku sudah belajar semalam sehingga sepertinya aku bisa lulus pada ujian kali ini.

Setelah nyaris 10 menit, teman-temanku akhirnya keluar. Bora dan Dira kemudian menemuiku yang tengah menunggu di depan kelas.

"Gimana?" tanyaku dengan cepat.

"Ihh, Dira bingung tau. Kenapa nomor tiga soalnya gitu?" tanya Dira dengan kesal.

Kami kemudian mendiskusikan soal-soal yang tadi keluar dan kini kami tinggal menunggu nilai keluar semuanya. Nilai-nilai tersebut akan muncul di web resmi kampus.

Sekarang, semuanya serba instan. Namun, nanti nilai-nilai tersebut bisa kami ambil di ruang jurusan ketika sudah ada jadwalnya.

Aku tau semua itu dari kakak tingkat yang mengajariku matakuliah khusus Agama Islam. Beliau banyak memberitahukan kami mengenai kehidupan kampus.

Tentu hal itu sangat menarik karena kami masih MABA dan benar-benar buta mengenai hal-hal tersebut.

Pakaian kami pun jelas masih sama, putih hitam untuk semester ini dan juga semester depan. Walau begitu, kami bisa menggunakan baju bebas di hari jum'at.

***

Ujian datang hihi.

Gimana nih guys, kalian udah UTS belum?

Dee udah dongg hihi.

***

Jangan lupa tinggalin jejak kalian ya.

***

Makasih.

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang