Bab 35 - Semalam Bersama -

15 9 0
                                    

Sebuah suara panggilan telepon terdengar dari ponselku. Aku yang sebelumnya tengah membantu Rai berganti baju, langsung mengangkat panggilan dari kurir pengantar makanan itu.

"Hallo, iya, Pak. Saya turun ya, Pak. Makasih."

Aku segera keluar dari kamar kost Rai dan pergi menuju parkiran dimana kurir tersebut berada. Aku sebelumnya memesan makanan untuk aku dan Rai makan. Pria itu jelas belum makan sehingga aku perlu memaksanya untuk makan.

Kini, sudah nyaris pukul enam dan aku masih di kamar kost milik Rai sejak dua jam yang lalu.

Aku menyiapkan makanan yang ku beli sebelumnya. Rai sudah berganti baju dengan kemampuannya sendiri dan aku langsung memaksanya untuk makan.

"Ayo makan, Rai," ajakku sembari mendorong piring berisikan nasi goreng itu.

Rai menatap piring dan wajahku secara bergantian. "Kenapa? Nggak lapar?" tanyaku dengan kesal.

Wajah Rai cemberut dan membuatku menghela nafas. "Kalo kamu nggak makan, gimana mau sembuh. Aku juga bentar lagi pulang nih abis kamu makan."

Iya, aku mau pulang setelah ini. Aku ingin memastikan pria itu makan terlebih dahulu sebelum akhirnya meninggalkan pria itu di kostnya.

"Kamu mau ninggalin aku?" tanya Rai dengan dahi mengkerut.

"Yaiyalah, masa aku nginep di sini ... ."

"Nginep aja," ucap Rai dengan santai.

"Rai, jangan gila dong."

"Dee, aku baru aja loh kecelakaan. Masa mau kamu tinggalin, buat jalan aja susah."

Aku menghela nafasku dengan pelan, aku sadar bahwa agak susah meninggalkan Rai yang baru saja habis kecelakaan itu. Saat naik ke lantai dua kostnya pun, aku harus memapah pria itu.

"Kamu beneran mau ninggalin aku?" tanya Rai lagi.

"Bentar deh, aku kabarin orang rumah dulu."

Aku segera menghubungi ibuku untuk meminta izin. Sebenarnya aku kurang yakin akan diizinkan karena sebelumnya aku belum pernah menginap di rumah temanku bahkan Feni sekalipun.

"Hallo, Bu."

"Iya, Nak. Kenapa? Kok belum pulang?"

Aku terdiam sembari melirik Rai yang juga menatapku. "Hmm, Bu. Aku boleh nggak nginep di rumah temen aku yang kecelakaan tadi."

"Loh, gimana keadaan dia? Udah di rumahnya?"

"Iya, Bu. Dia udah balik ke kostnya. Ini aku lagi di kostnya. Tapi, kakinya luka, Bu. Dapet dua jahitan terus tangannya juga keseleo. Jadi, aku mau nemenin dia di sini. Bermalam malam ini," jelasku dengan sedikit gugup.

Agak lama Ibu balas ucapanku. Aku tentu takut mendengar jawaban beliau. "Ya sudah, nggak papa. Tapi, kamu ada baju ganti kan di sana? Atau perlu Ibu kirimin baju ke sana?"

Aku menggeleng pelan, padahal ibuku jelas tak dapat melihat. "Nggak usah, Bu. Aku pinjem baju temen aku aja."

"Ya udah kalau gitu, salamin ke temen kamu ya. Semoga cepet sembuh."

"Iya, Bu. Nanti aku sampaikan."

Aku melempar pelan ponselku ke atas kasur Rai. Kini, Rai tengah duduk di atas kasur dan aku duduk di lantai.

"Gimana?" tanya Rai dengan penasaran.

"Dibolehin," jawabku singkat.

Entah kenapa Rai tiba-tiba tersenyum.

"Kamu kenapa?" tanyaku pelan dengan wajah bingung.

Rai menggeleng pelan, "Nggak papa kok."

Dengan perlahan, Rai mulai makan. Aku pun melakukan hal yang sama. Namun, aku juga tengah sibuk bermain ponsel.

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang