Bab 12 - Ekonom Pt. 1 -

12 13 0
                                    

Tanpa terasa, acara Ekonom pun datang. Kali ini, aku tidak datang pagi-pagi buta. Namun, aku datang pukul 12 siang lewat sedikit. Karena aku mendapat sesi ke dua untuk Ekonom. Maka, aku tidak ikut dengan Feni. Aku diantar oleh Ayahku.

Feni mendapat jadwal dari pukul delapan dan seharusnya dia sudah selesai. Namun, saat aku sampai di FEB. Ternyata acara baru saja selesai, bahkan mereka baru saja keluar dari barisan mereka masing-masing.

Aku tentu penasaran dengan apa yang mereka lakukan sebelumnya, karena tentu itu yang akan ku lakukan nanti.

Sembari menunggu acara sesi ke dua dimulai. Aku menunggu di parkiran. Aku pikir, hanya aku yang sudah datang. Ternyata ada beberapa orang lagi yang sudah datang dan kami diajak masuk oleh kakak-kakak tingkat yang mengurus Ekonom.

Kami dibawa ke lapangan dan kemudian diperiksa perlengkapan kami. Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan Ospek kali ini, bahkan terkesan biasa saja.

Aku di suruh menggunakan pakaian yang sama dengan sewaktu PAMB. Namun, ada sedikit tambahan yaitu aku harus menggunakan dasi dan juga papan nama yang ku buat sehari sebelumnya.

Papan nama dengan ukuran 15cm dan juga memiliki siku 6 adalah syarat khususnya. Untuk bahan, tidak ada persyaratan, harus menggunakan apa. Namun aku, menggunakan kardus agar lebih kokoh.

Tapi, selain itu aku juga harus menggunakan pita kuning di jilbabku. Berbeda pula dengan MABA lain yang tidak menggunakan jilbab. Pita tersebut harus mereka pakai di rambut mereka, diikat sebanyak 8 ikatan.

Hmm, haruskah aku bersyukur karena aku menggunakan jilbab?

Setelah mengecek perlengkapan, tas aku pun dicek dan ternyata kami tidak boleh membawa makanan. Nyatanya, roti yang ku bawa pun disita dan akan dikembalikan setelah selesai Ekonom.

"Ini nggak boleh ya, Dik. Nanti kalian dapet makanan kok."

Kakak tingkat itu kemudian membawa rotiku ke depan. Ada sebuah meja di sana dan di atasnya ada banyak barang sitaan.

"Selebihnya aman."

Kakak tingkat itu kemudian beralih ke MABA yang lain karena tasku sudah dia cek. Hanya rotiku yang di sita, selebihnya tidak.

Semakin lama, semakin banyak MABA yang hadir. Kini, lapangan itu pun terlihat begitu sesak. Kami diminta untuk berdiri sesuai dengan kelompok.

Kakak tingkat lain kemudian berbicara di megafon dan membuka acara Ekonom sesi ke dua. Aku tentu sangat semangat dengan acara kali ini.

"Adik-adik, sudah hapal lagu yang kita kirim belum?" tanya Kakak tingkat yang berbicara menggunakan megafon.

Semua MABA yang ada kemudian menjawab. Namun, karena jawaban kami berbeda satu sama lain. Maka, terjadi keributan tiba-tiba.

Aku tersenyum geli karena melihat hal itu. Kakak tingkat tersebut akhirnya menyuruh kami diam dan benar saja, kami menuruti omongannya.

Beberapa MABA dibawa maju ke depan untuk bernyanyi. Ternyata dari lima orang yang maju, hanya dua orang yang mampu bernyanyi.

Aku sebenarnya hapal. Namun, aku cukup malu untuk maju. Sepertinya, mereka yang tidak hapal. Hanya disuruh maju tiba-tiba. Tentu mereka tidak ada persiapan sama sekali.

Setelah kegiatan nyanyi-nyanyi tersebut. Kami dibawa untuk memutari semua bangunan FEB sesuai dengan kelompok. Karena kelompokku cukup jauh, jadi aku menunggu agak lama.

"Dik, kalau ada yang sakit. Bilang ya, jangan dipaksa," teriak salah satu kakak tingkat yang ada.

Memang benar bahwa cuaca hari ini sangat mengerikan dan dapat membuat orang pingsan karena panas yang menyengat. Aku bahkan berulang kali mengipas wajahku dengan tangan. Entah bagaimana kulitku setelah ini.

Tak lama kemudian, kelompok aku dipanggil. Aku sangat semangat untuk berjalan memutari FEB sehingga aku memutuskan untuk berdiri paling depan.

"Oke, adik-adik. Nama saya Aliya, panggil Kak Iya aja ya. Nah, kakak yang bakal bawa kalian muter-muter."

Kak Iya tersenyum lebar saat menjelaskan nama dan juga tugasnya. Wanita cantik itu kemudian berjalan mendahului kelompokku.

"Yuk, kita mulai."

Bangunan pertama yang kelompokku datangi adalah Gedung Dekanat. Gedung dimana aku melakukan Validasi UKT. Tentu, aku tau gedung itu.

"Nah, ini adalah gedung dekanat ya, kalian sudah pernah ke sini kan?"

"Sudah kak," jawab kami serempak.

"Bagus, kalian sudah tau belum di sini ada ruangan apa aja?"

"Belum kak."

"Nah, Kakak jelasin ya, di sini ada banyak banget ruangan. Ada ruang Dekan satu sampai empat yang tempatnya ada di lantai dua. Terus, ada juga ruang jurusan yang berada di lantai satu. Sesuai yang kalian tau, di sini ada empat jurusan. Maka, ada empat ruang jurusan. Terus, juga ada ruang TU alias ruang Tata Usaha dan yang terakhir di lantai tiga ada ruang serbaguna yang cukup luas. Ruangan itu biasa digunakan untuk berbagai acara juga yudisium."

Wah, ternyata gedung dekanat punya banyak fungsi ya. Kalau di sekolahku dulu, setiap tempat beda-beda. Soalnya, sekolahku dulu hanya ada satu lantai.

"Yuk, kita ke tempat lain."

Kak Iya kembali berjalan dan kami mengikutinya dari belakang. Setelah sampai di tempat yang sepertinya kantin. Wanita itu berhenti.

"Nah, ini kantin kita. Khusus FEB, rame banget kan. Kalian bisa belanja di sini. Tapi ya gitu, kursinya enggak banyak."

Aku memperhatikan kantin itu, memang benar bahwa kantin tersebut sangat ramai. Namun untuk kursinya, sangat sedikit. Aku jadi bingung nanti istirahatnya seperti apa.

"Udah ya penjelasan tentang kantin. Kita langsung ke gedung belajar, yuk."

Kak iya kembali berjalan menuju gedung berlantai tiga. Wanita itu kemudian berdiri tepat di sebuah pintu bertuliskan R.1.

"Nah, adik-adik. Ini adalah ruang 1. Jadi, sesuai dengan KRS kalian. Itu kan ada keterangan ruangnya, ini saya jelasin sekarang. Di sini Ruang 1, di sebelah sana ruang dua, di sananya lagi ruang tiga dan yang terakhir ruang empat. Begitu juga sama yang di lantai dua. Tapi, alurnya enggak seperti ular tangga ya. Tepat di atas Ruang satu ini, ada ruang lima dan di atas ruang lima ada ruang 11."

Aku cukup kaget saat mendengar penjelasan Kak Iya. Sepertinya aku harus benar-benar mengingat tata letak ruangan tersebut. Takut-takut jika nanti aku harus buru-buru masuk kelas dan lupa kelasku di mana.

"Sebelum lanjut, Kak Iya jelasin ya. Harusnya di setiap lantai itu ada toiletnya. Tapi, khusus untuk lantai satu toiletnya ada di belakang gedung. Jadi, kalau kalian kebelet. Aman deh. Dari lantai tiga, enggak perlu lari ke lantai satu hehe."

Kak Iya tertawa kecil diakhir penjelasannya. Sepertinya dia tau bahwa kini, kami tengah tegang padahal kami tidak melakukan apapun. Kami juga sebenarnya tidak diharuskan untuk diam. Namun, kami diam.

Beginilah jika belum saling mengenal, tiada ucapan yang bisa kami saling sampaikan. Aku yang biasanya cerewet pun, akhirnya terdiam tanpa berani mengeluarkan sepatah kata pun jika tidak disuruh atau ditanya.

***

Demi sih, fakultasnya Dee luas banget ya kayanya. Sekarang baru sampai di gedung pertama. Masih ada dua gedung lagi loh.

Semangat yuk buat yang ngikutin cerita ini hihi.

***

Jangan lupa tinggalin jejaknya.

***

Makasih.

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang