Nyatanya skripsi yang kubuat selesai lebih cepat dari bayanganku sebelumnya. Kini, aku bergegas menemui Pak Aryo untuk berkonsultasi. Untuk kali ini aku pergi sendiri karena Rai masih ada kelas, tapi sebelumnya aku sudah menghubungi pacarku itu agar dia tidak khawatir.
Agak lama aku menunggu kedatangan Pak Aryo siang ini, sebenarnya aku datang lebih dahulu sebelum jam yang kami janjikan karena jujur, aku sangat gugup sekarang menunggu kedatangan dosen operasionalku itu.
Sembari menunggu kedatangan Pak Aryo, aku membaca ulang skripsi yang kubuat agar aku bisa lebih paham mengenai materi yang kuambil. Tidak sampai 10 menit, Pak Aryo datang dan melintas di hadapanku. Saat aku menyadari kedatangan beliau, aku langsung menutup skripsiku dan berdiri.
"Siang, Pak," sapaku yang langsung membuat Pak Aryo menoleh.
"Eh, sudah datang. Lama nggak nunggunya?"
Aku menggeleng pelan. "Enggak kok, Pak. Barusan aja saya datang."
"Ya udah, yuk, silahkan masuk."
Pak Aryo masuk ke dalam ruang dosen dan aku mengikuti beliau dari belakang. Aku duduk tepat di hadapan beliau seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya.
"Jadi, gimana? Udah selesai?" tanya Pak Aryo membuka pembicaraan.
"Udah, Pak, ini skripsi yang saya buat," ucapku pelan sembari menyodorkan skripsi yang kubuat. Hanya berisi tumpukan kertas karena memang belum ada penjilid-an, beliau juga bilang untuk mengurus itu nanti karena tentu masih banyak yang perlu direvisi.
Pak Aryo menerima skripsi yang kubuat dengan senang hati dan langsung membaca selembar demi selembar tumpukkan kertas itu. Tidak banyak yang kubuat, hanya sekitar 20 lembar. Isinya pun hanya materi-materi yang kudapat dari internet juga buku di perpustakaan.
Tidak butuh waktu lama, Pak Aryo sudah selesai membaca semua lembar skripsi yang kubuat. Beliau kembali menaruh tumpukkan kertas itu di atas meja.
"Baik, sudah saya baca, untuk isinya sih, nggak masalah, tapi untuk latar belakang masalah kayanya harus kita urus secepatnya. Mungkin awal semester depan ya. Sekarang, untuk skripsi yang kamu buat sampai di sini aja," jelas Pak Aryo yang berhasil membuat mataku berbinar.
"Aman nih, Pak?" tanyaku memastikan.
"Iya, aman kok, tapi ini tolong kamu beli map yang seperti map presensi kelas biar enggak berantakan."
Aku menatap tumpukkan kertas di hadapanku dan mulai menyadari bahwa akan lebih susah jika tidak dirapikan seperti itu. Ini baru bab satu hingga bab tiga, bagaimana nanti jika sampai bab lima.
"Baik, Pak. Nanti saya beli. Makasih ya, Pak sebelumnya," ucapku sembari menyalami Pak Aryo.
"Iya, sama-sama."
Aku pikir pembahasan kami hanya sampai di situ. Namun, tiba-tiba Pak Aryo kembali mengeluarkan suaranya.
"Oh, iya. Kamu sama Rai, ada hubungan apa?"
Aku terdiam sesaat setelah mendengar pertanyaan Pak Aryo. Jujur, kini aku bingung harus menjawab apa. Beliau tentu tau kami sangat dekat.
"Pacaran ya?" tebak Pak Aryo yang membuatku mengangguk tanpa sadar.
"Dia ambil konsentrasi apa?" tanya Pak Aryo lagi.
"Keuangan, Pak."
Setelah mendengar jawaban dariku, beliau langsung menganggukkan kepalanya. Saat ini aku bingung dan penasaran dengan apa yang beliau pikiran.
"Coba deh, suruh dia datangin Pak Ilham. Tau Pak Ilham kan?"
Aku kembali mengorek ingatanku tentang nama yang disampaikan oleh Pak Aryo dan setelah cukup lama berpikir, aku ingat bahwa Pak Ilham adalah dosen keuanganku dulu waktu semester tiga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Manis Things (END)
JugendliteraturNomor Peserta : 041 Tema yang diambil : Campus Universe Blurb : Siapa bilang kuliah itu mudah? Kuliah sangat menyita waktu dan juga perasaan. Nyaris seharian bahkan jika bisa bermalam di kampus, mungkin sebagian mahasiswa akan lakukan. Bergerak cepa...