Bab 8 - Pembuatan KTM -

22 17 0
                                    

Menjelang sore, aku dan Feni sudah selesai mencari barang-barang untuk PAMB, Eh sebenarnya namanya EKONOM. Ternyata aku salah, PAMB adalah ospek kampus. Tapi, untuk EKONOM adalah ospek fakultas khusus FEB.

Kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada hari senin depan. Sebenarnya aku memiliki banyak waktu. Namun, jika aku bisa mencarinya sekarang. Kenapa tidak?

Aku dan Feni sampai di sebuah tempat makan bakso kesukaanku juga Feni. Tempat itu adalah tempat biasa kami makan saat SMA bahkan penjualnya sudah sangat mengenalku juga Feni.

"Loh, dari mana, Dee?" tanya ibu penjual bakso.

Aku tersenyum sebelum menjawab, "Dari beli peralatan ospek, Bu."

Iya, aku mengatakan ospek karena kata itu lebih familiar di telinga daripada PAMB. Lagi pula, aku malas menjelaskannya sehingga aku menjawab ospek saja.

"Wah, nggak kerasa ya. Sudah mau kuliah kamu."

"Iya, Bu."

"Oh iya, ini baksonya yang kaya biasa?" tanya Ibu penjual bakso dan langsung ku jawab dengan anggukan.

"Ya sudah, duduk aja. Nanti Ibu anterin. Kamu juga Fen?"

"Iya, Bu."

Aku dan Feni mengambil tempat duduk di ujung meja, tempat bakso itu menggunakan meja panjang sebagai tempat makannya. Mau tak mau kita harus berbagi tempat dengan yang lain. Tapi, aku tidak masalah dengan itu.

Tak lama kemudian bakso pesananku dan juga Feni datang. Seperti biasanya, aku memesan bakso tanpa sayur dan juga daun sop. Karena aku membencinya. Daun segar yang aromanya bikin pusing menurutku. Khusus Feni, wanita itu hanya mau mie kuning. Tanpa mie putih di baksonya.

Sungguh menyusahkan bukan pilihan kami hehe.

Disela kegiatan kami makan, ada sebuah info yang masuk ke dalam Ponselku. Aku membuka pesan tersebut, pesan di grup informasi MABA.

Aku membaca dengan saksama pemberitahuan yang ada, ternyata lusa kami harus membuat KTM alias Kartu Tanda Mahasiswa dan persyaratan membuatnya hanyalah kertas registrasi ulang.

"Nih, lusa kita bisa bikin KTM, Fen," ucapku pada Feni. Wanita itu berhenti makan dan mendengarkan menunggu aku menjelaskan apa yang aku katakan tadi.

Aku mengalihkan pandanganku dari ponsel ke Feni. Wanita itu menatapku tanpa mengucapkan apapun.

"Kenapa?"

"Ya terus, apa lagi infonya."

"Oh, kita datang aja ntar lusa, bawa kertas registrasi ulang kita. Tapi, terakhir hari jum'at kok. Nggak usah buru-buru. Kalau kamu...."

"Lusa aja langsung," potong Feni dengan cepat.

"Kamu nggak sibuk?"

Feni menggeleng, "Aku nggak sibuk takutnya kamu yang sibuk. Apalagi Ibu kamu masih dalam perawatan."

Aku terdiam sembari mencerna ucapan Feni. Iya juga ya.

***

Dua hari kemudian, Feni menjemputku untuk membuat KTM. Wanita itu seperti ojek sekarang ini, karena harus mengantar dan jemputku. Aku sedikit kasihan padanya. Namun, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Aku keluar dari rumahku dan langsung menggunakan sepatu yang akan ku pakai nanti.

"Udah bawa kertas registrasi ulang kan?" tanyaku memastikan.

"Udah kok," jawab Feni singkat.

Aku pun mengangguk-anggukan kepalaku sembari berjalan ke arah motor Feni.

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang