Bab 75 - Seminar Proposal -

4 0 0
                                    

Setelah membaca jurnal yang diberikan Ibu Moli kemarin, aku semakin tertarik pada materi yang mungkin akan aku gunakan sebagai bahan skripsiku kelak. Sebenarnya materi tersebut tidak terlalu jauh dari materi skripsiku sebelumnya, hanya saja materi ini adalah materi baru yang belum banyak diteliti.

Hari ini, rencananya aku akan menemui Pak Aryo untuk berkonsultasi pada beliau. Sebenarnya aku juga bingung harus memulai dari mana lagi dan aku perlu meminta pendapat dosenku tersebut.

Seperti biasanya, aku akan menemui Pak Aryo saat jam istirahat. Aku bahkan meninggalkan keinginanku untuk pergi ke kantin dan lebih mementingkan konsultasiku kali ini.

Setelah sampai di ruangan Pak Aryo, aku segera masuk dan mulai berkonsultasi pada beliau. Aku juga menceritakan semua pembicaraanku dengan Ibu Moli dan beliau mendengarkanku dengan saksama.

"Tuh kan, Ibu Moli baik."

Aku mangangguk pelan, meng-ia-kan ucapan Pak Aryo karena sebelumnya banyak mahasiswa yang takut pada Ibu Moli padahal sebenarnya beliau sangat baik.

"Ya sudah, kamu ikutin aja apa yang beliau mau. Kamu sesuaikan dengan skripsi kamu, selanjutnya kamu tinggal konsultasi lagi dengan beliau."

"Baik, Pak."

Aku bergegas keluar dari ruangan Pak Aryo dan pergi ke kantin. Sesampai di kantin, mataku tidak bisa berhenti menatap jurnal yang kini tengah ku baca. Nanti setelah pulang ke rumah, aku harus mulai mengerjakan skripsiku lagi.

Karena terlalu asyik membaca, aku tidak menyadari bahwa kini Rai tengah merangkulku. Aku kemudian menoleh ke arah pacarku itu dan dia langsung membuat wajah masam.

Tanganku terangkat untuk mengelus pipi pacarku itu. "Kenapa sih?" tanyaku pelan. Namun, Rai langsung menggelengkan kepalanya. Dia juga pasti tau aku tengah sibuk dan tidak mau diganggu.

Sesampai di rumah, aku langsung membuka laptopku dan mulai mengerjakan skripsiku. Aku sadar bahwa jika aku bisa menyelesaikan skripsi tersebut dengan cepat, aku bisa lebih cepat melakukan konsultasi lagi dengan Ibu Moli.

Berhari-hari aku mengerjakan skripsi tersebut dan setelah selesai, aku langsung membawa skripsi itu kepada Ibu Moli. Saat mau menemui beliau, ternyata beliau tidak ada di ruangannya dan aku hanya perlu menaruh skripsiku di atas mejanya. Beliau bilang, aku bisa mengambilnya lagi dalam tiga hari ke depan, yang artinya skripsiku nanti akan dicek oleh beliau.

Selain skripsi, aku juga melampirkan kertas konsultasi di dalam berkas tersebut yang nantinya akan di isi oleh Ibu Moli.

Setelah tiga hari berlalu, aku langsung pergi ke ruangan Ibu Moli. Di meja beliau sudah ada beberapa map yang sama seperti punyaku. Cukup lama aku mencari map milikku karena harus kubuka satu persatu dan setelah menemukannya, aku segera keluar dan kembali menemui teman-temanku seperti biasanya.

Saat sampai di tempat teman-temanku duduk, aku langsung menaruh map yang kubawa sebelumnya dengan sedikit keras. Hal itu membuat teman-temanku terkejut.

"Kenapa sih, Yang?" tanya Rai dengan wajah bingung.

Aku langsung duduk di sisi pacarku itu dan memeluknya dari samping. "Banyak banget revisianku."

Mataku sudah ingin menangis saat ini karena hampir setiap lembar skripsi yang kubuat, perlu diperbaiki. "Ya udah sih, Yang. Nanti aku bantuin."

"Beneran ya, awas aja kalau engga!" ancamku yang langsung membuat wajah Rai berubah masam.

Aku akhirnya memutuskan untuk menginap di kos Rai dalam beberapa hari ke depan karena pacarku itu mau membantuku untuk memperbaiki skripsiku. Syukurnya Rai belum sampai tahap yang sama sepertiku, sehingga beban yang dia miliki lebih rendah dariku.

Setiap pulang kuliah, pacarku itu akan membantuku untuk memperbaiki skripsi yang kubuat dan hari-hari berikutnya menjadi sangat sibuk untuk kami lalui, tapi aku bersyukur karena pacarku itu mau membantuku dan nanti aku juga harus membantu dia.

Setelah beberapa kali konsultasi, aku akhirnya mendapatkan Acc dari Ibu Moli. Namun untuk Ibu Adel, aku harus menunggu beliau kembali ke kampus. Seharusnya, aku bisa ikut Seminar Proposal pada bulan ini, tetapi akhirnya aku menahan keinginan tersebut. Lagipula, teman-temanku juga baru bisa ikut bulan depan.

Mereka perlu melakukan konsultasi lagi karena ada batas minimal yang perlu mereka penuhi. Setiap konsultasi, aku terus menemani mereka, terutama Rai, aku harus menemani pacarku itu karena jika tidak, dia tidak akan melakukan apa-apa.

Saat waktunya Seminar Proposal, aku begitu merasa gugup. Jauh sebelum waktu yang ditentukan, aku sudah datang dengan bawaanku yang cukup banyak. Kali ini, jadwal Seminar yang kami ambil bertepatan dengan bulan ramadhan dan yang seharusnya ada makanan, akhirnya ditiadakan. Nantinya dosen yang menguji akan diberi bingkisan saja.

Khusus untuk dosen yang mengujiku, bingkisan tersebut akan dibawa oleh Feni, sahabatku.

Sesampai di kampus, sudah ada beberapa teman-teman seangkatanku yang datang. Seperti seminar-seminar lainnya, seminar kali ini juga diikuti oleh beberapa mahasiswa lain.

Kemarin, aku sempat melihat selembaran yang berisikan nama-nama mahasiswa yang akan seminar dan memang ada banyak yang ikut, mungkin sekitar 20 orang.

Karena tidak ada tempat duduk, kami memutuskan untuk duduk di dekat parkiran. Rai yang kini tengah duduk di sisiku, tiba-tiba saja memegang pipiku. "Kok, muka kamu pucet sih, Yang?"

Aku terkejut dengan ucapan Rai dan segera mencari cermin di tasku. Setelah melihat pantulan wajahku, aku tersenyum kecil ke arah pacarku itu. "Enggak pucet kok, Yang. Ini efek lipstik aku, kemarin aku salah beli warna lipstik."

Rai mengangguk paham dan mengelus kepalaku perlahan. Tak lama kemudian namaku dipanggil, aku bergegas masuk ke dalam ruangan seminar dan mulai ujian.

Ada beberapa pertanyaan yang diberikan oleh dosen pengujiku saat itu, untungnya semua pertanyaan tersebut dapat kujawab dengan baik dan aku bisa melanjutkan skripsiku lagi nanti. Hanya saja, aku perlu menambahkan beberapa daftar pustaka lagi.

"Terima kasih, Bu, Pak."

Aku bergegas keluar dari ruangan seminar setelah dinyatakan lulus oleh dosen penguji. Setelah itu, aku segera fotokopi lembar hasil seminar aku tadi untukku berikan pada dosen pembimbingku.

Aku tidak langsung pulang, melainkan menunggu teman-temanku selesai ujian juga. Lagipula, pacarku juga belum selesai ujian karena aku menginap di rumah dia beberapa hari ini.

Agak lama, aku menunggu mereka semua selesai dan setelah nyaris lima jam. Akhirnya kami semua selesai ujian, sebelum pulang kami menyempatkan diri untuk berfoto bersama.

Setelah ini, aku bisa sedikit bernafas lega karena ada banyak waktu untuk sampai ke seminar hasil. Apalagi, kami akan menghadapi kkn dua bulan lagi.

Sesampai di kamar kos Rai, pria itu langsung memeluk tubuhku dengan erat. Hal itu memang sangat susah kami lakukan jika di luar karena ada banyak tatapan aneh yang mengarah ke kami.

"Akhirnya selesai juga, Yang."

***

Yeay, bab 75.

Semangat.

***

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang