Setelah nyaris satu minggu, akhirnya aku tau bahwa semua dosen tidak masuk karena memang sengaja untuk tidak masuk. Tujuannya adalah agar kami bisa lebih dekat dengan teman-teman di kelas, walau kelas tersebut hanya sampai satu semester dan untuk semester selanjutnya pasti akan ada yang berubah.
Sekarang adalah hari jum'at dan lagi-lagi dosen tidak masuk. Seharian pun kami hanya di kelas sembari menunggu waktu kelas berganti dan akhirnya pulang.
Hari ini, aku diantar pulang oleh Feni karena kami memiliki waktu pulang yang sama. Walau tadi pagi aku tetap diantar oleh ayahku karena aku turun turun pukul 7 dan Feni pukul 10.
Aku merogoh ponselku yang berada di dalam tas, Dira dan Bora sudah pulang duluan. Kini tinggal aku sendiri, mencari-cari dimana Feni berada.
Aku menelepon sahabatku itu dan kuletakkan ponselku di telinga. Tak lama kemudian, keempat teman priaku lewat. Mereka memang suka telat pulang, alasannya karena mereka asyik berbincang.
"Belum balik, Dee?" tanya Sam padaku.
Aku mengangguk pelan, "Iya nih, aku nunggu sahabatku dulu. Mau barengan," jelasku.
Ponselku itu masih berada di telinga karena Feni belum juga mengangkat teleponku. Entah kemana dia atau malah ada dosen di kelasnya.
"Ya sudah, kami balik dulu ya," pamit Deon sembari berjalan melewatiku.
Pria itu melambaikan tangannya begitu pula dengan Sam. Namun, tidak dengan Kelvin dan Rai. Kelvin sempat mengelus kepalaku yang berbalut jilbab dan Rai hanya melewatiku tanpa menyapaku. Pria itu bahkan tengah sibuk dengan ponselnya.
Ingin sekali aku merampas ponsel itu dan melemparnya jauh-jauh. Entah kenapa rasa kesalku pada alat elektronik satu itu begitu tinggi.
"Halo," ucap Feni setelah panggilan tersebut tersambung.
Aku cemberut kesal karena sahabatku itu lama mengangkat telepon, "Dimana?" tanyaku dengan suara manja.
"Aku di parkiran ini, kamu dimana?"
"Masih di depan kelas. Kirain kamu masih di kelas."
"Enggak, sini deh. Buruan."
"Oke, bentar."
Aku bergegas pergi ke parkiran depan, tempat biasa sahabatku itu memarkirkan motor. Tak lama kemudian, aku dapat melihat Feni yang tengah mengeluarkan motornya.
Aku berlari pelan menuju wanita itu dan membantunya untuk mengeluarkan motor, kutarik motornya dari belakang dan hal itu tentu membuatnya terkejut.
Feni menoleh ke belakang dan menemukanku yang tengah melempar senyuman kepadanya, "Astagfirullah, kirain siapa."
Aku tertawa kecil, "Hehe, maaf."
Kami akhirnya pergi dari fakultas kami dan menuju salah satu mal yang cukup dekat dengan kampus. Di sana kami segera pergi ke salah satu resto makanan siap saji karena jujur kami tengah lapar sekarang.
"Kamu mau makan apa?" tanya Feni sembari menatapku.
Aku yang tengah fokus membaca menu pun tak langsung menjawab pertanyaan sahabatku itu.
"Aku mau yang combo enam aja deh," jawabku dengan cepat.
Kini, kami tengah mengantri dan masih ada dua orang di depan kami.
"Ya udah, kalau gitu kamu cari tempat duduk aja. Biar aku yang pesen."
"Oke, ini ya atm aku."
Aku segera mencari tempat duduk yang kosong dan akhirnya ku dapati. Tepat si samping dinding kaca yang dapat membuat kami melihat ke luar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Manis Things (END)
Teen FictionNomor Peserta : 041 Tema yang diambil : Campus Universe Blurb : Siapa bilang kuliah itu mudah? Kuliah sangat menyita waktu dan juga perasaan. Nyaris seharian bahkan jika bisa bermalam di kampus, mungkin sebagian mahasiswa akan lakukan. Bergerak cepa...