Bab 77 - Persiapan KKN -

6 0 0
                                    

Seperti janji Rai kemarin, dia akan menemaniku hari ini untuk bertemu dengan teman-teman KKN-ku padahal dia sendiri belum bertemu dengan teman-teman KKN-nya. Entah kapan mereka akan bertemu.

Setelah sholat dzuhur, aku pergi ke kosnya untuk menjemput pacarku itu. Sebenarnya, setiap kali aku melakukan ini. Pasti ada banyak tatapan aneh yang mengarah kepadaku. Namun, kos Rai lebih dekat dengan kampus dan aku nanti akan bertemu teman-teman KKN-ku di kampus.

Pacarku itu ternyata masih tidur saat aku datang ke kamarnya, memang kami belum aktif kuliah dan masih dalam liburan semester. Nanti setelah masuk, kami tidak masuk kuliah melainkan langsung menjalani KKN yang akan berlangsung selama dua bulan.

"Yang, bangun," ucapku pada Rai sembari mengguncang tubuh pacarku itu.

Tak lama kemudian, Rai bangun dengan wajah yang terlihat masih mengantuk. "Masih ngantuk kah? Ya udah, tidur aja. Aku ke kampusnya sendirian aja."

"Eh, jangan!"

Rai langsung bangun dari tidurnya dan menahan kepergianku. Padahal semua itu hanyalah ancaman tak berarti.

"Ya udah, mandi gih, udah mau jam dua tuh."

Aku menunjuk jam dinding yang ada di kamar pacarku itu dan Rai ikut menatapnya. Pacarku itu kemudian bergegas masuk ke dalam kamar mandi dan bersiap untuk pergi menemaniku.

Saat sampai di kampus, aku dan Rai segera pergi ke taman dekat perpustakaan. Di sanalah, aku dan teman-teman KKN-ku berjanji akan bertemu.

Sampai di sana, aku langsung bertemu dengan dua orang perempuan yang ku yakini adalah teman KKN-ku. "Hai, KKN Kel. Baqa kan?" tanyaku yang langsung mereka ia-kan.

Aku segera memperkenalkan diriku pada mereka. "Oh iya, kenalin, aku Deena Karina."

Kami bertiga memutuskan untuk berbincang sembari menunggu teman-teman KKN yang lain. Di sisiku, Rai terlihat sibuk bermain game. Sebenarnya dia tidak peduli pada pertemuan ini. Apalagi, yang datang baru perempuan. Jika ada pria, baru deh dia akan menampilkan taringnya.

Tak lama kemudian, beberapa teman KKN ku kembali datang dan kami memutuskan untuk membahas mengenai KKN kami nantinya. Ada banyak hal yang perlu kami urus, salah satunya adalah posko.

"Jadi, kalau bisa sih, minggu ini kita udah ke sana buat cek tempat," saran salah satu teman KKN-ku yang bernama Izah.

"Iya, lebih cepet lebih baik."

Kami kemudian sibuk menghubungi beberapa teman yang belum datang dan setelah semuanya datang. Kami mulai merencanakan tentang banyak hal. Untungnya tempat KKN yang kami dapat tidak terlalu jauh dari kampus, sehingga kami bisa bergerak lebih dahulu.

"Yang mau ke sana siapa?" tanyaku pelan sembari memperhatikan teman-temanku yang lain. Sayangnya, tidak ada jawaban dari mereka dan aku bisa memaklumi itu semua, mungkin mereka tengah malu untuk berbicara.

"Ya udah, gini aja. Kita bagi tugas, ada yang ke sana buat cek lokasi sama posko. Terus, ada yang ngurus Program kerja dan yang terakhir ada yang ngurus masalah perlengkapan selama KKN."

Mereka menyetujui semua yang ku sampaikan dan aku bersyukur karena masukkanku dapat mereka terima. Sebenarnya aku tidak mau menjadi orang yang keras kepala di kelompok KKN ini. Namun, tidak ada satupun dari anggota KKN ku yang bisa mengutarakan pendapatnya.

Pembagian tugas pun sudah mulai merata. Aku mendapatkan tugas untuk mengurus perlengkapan selama KKN. Selain itu, aku juga bertugas untuk mengatur keuangan.

Di sisi lain, Rai akhirnya akan bertemu dengan teman-teman KKN-nya dan aku harus menemani pacarku itu. Sebenarnya, aku malas menemaninya. Namun, tentu Rai akan marah.

Sedari pagi, Rai menghubungiku dan menanyakan keberadaanku. Rencananya dia akan bertemu dengan teman-teman KKN-nya pukul 10 nanti, tapi sekarang masih pukul delapan dan dia terus menghubungiku tanpa henti.

"Iya, Yang. Jam sembilan nanti aku ke sana," ucapku pelan sembari menahan emosi. Kini, aku tengah mengangkat teleponnya padahal aku sendiri tengah sibuk dengan pekerjaan rumah.

"Beneran loh ya, jangan sampai telat."

"Iya, Yang."

Telepon itu langsung ku matikan secara cepat. Aku malas bertengkar dengan Rai karena pasti aku tidak akan menang. Jujur, aku agak takut bertemu dengan teman-teman KKN pacarku itu karena sebelumnya Rai terlihat kesal saat bertemu dengan teman-teman KKN-ku.

Iya, anggota KKN-ku ternyata kebanyakan cowok dan dia tidak menyukai hal itu. Padahal, kami hanya akan melakukan tugas kuliah. Namun, rasa cemburu pacarku ternyata lebih besar.

Aku sampai di kos Rai sebelum pukul 10. Jalanan sangat macet dan hal itu penyebab dari keterlambatanku kini.

Setelah sampai, aku cukup terkejut karena pacarku itu sudah siap dengan pakaian rapinya. "Tumben banget sudah rapi gini," ucapku pelan sembari memberikan tatapan tajam padanya.

Tentu aku bisa mencurigai pacarku, apalagi sekarang ini dia mau menemui teman-teman KKN-nya.

"Lah, aku rapi salah, aku berantakan salah."

Rai terlihat jengkel dengan ucapanku dan aku juga sebenarnya malas bertengkar dengannya. "Ya udah, yuk, buruan."

Kami pun bergegas ke sebuah kafe di dekat kampus. Rai dan teman-teman KKN-nya berjanji untuk bertemu di sana. Setelah sampai, ternyata nyaris semua anggota KKN pacarku itu sudah datang.

Aku dan Rai ikut bergabung duduk di dekat mereka. Ternyata teman-teman KKN Rai begitu asyik, aku juga ikut berbincang dengan mereka bahkan lebih banyak aku yang berbicara dibanding dengan pacarku.

Sama seperti kelompokku sebelumnya, kelompok KKN Rai juga asyik berdiskusi mengenai KKN yang akan mereka laksanakan karena tempatnya cukup jauh mereka juga harus mendiskusikan mengenai transportasi.

Setelah semua pembahasan selesai, akhirnya kami bisa pulang ke rumah masing-masing. Namun, Aku masih harus pergi ke kos Rai karena motorku masih ada di sana.

Sebelum pulang, pacarku itu mengajakku untuk bercerita. "Yang, minggu depan kita udah mulai sibuk KKN loh."

"Iya, emang kenapa?"

Rai kemudian memperbaiki duduknya agar bisa berhadapan denganku. Kini kami duduk di atas kasur seperti sebelum-sebelumnya.

"Aku bakal kangen sama kamu." Wajah Rai kini terlihat sedih karena nanti kami harus berpisah lagi.

Tanganku kemudian terangkat untuk mengelus pipi tirus mulik pacarku itu. "Kan masih bisa video call, Yang."

Rai mengangguk pelan sembari menegakkan tubuhnya. "Tapi, tetep aja beda."

Kami berdua akhirnya terdiam dengan pikiran kami masing-masing. Namun, tak lama kemudian Rai mengeluarkan suaranya lagi.

"Kamu jangan macem-macem ya, apalagi sama si Alwi itu!"

Dahiku mengkerut saat mendengar nama Alwi, Alwi adalah anggota KKN-ku dan pria itu baru sekali bertemu denganku. Bisa-bisanya Rai cemburu padanya.

"Yang, dia temen KKN-ku loh."

"Iya, tau. Tapi kan, kamu bakal ketemu dia terus nanti."

Aku tertawa kecil saat melihat wajah masam milik pacarku itu. Segera kutangkup kedua pipi milik pacarku. "Ih, cemburu nih ye."

***

Yeay, part 77

***

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang