Bab 64 - Banjir -

3 0 0
                                    

Benar saja perkiraan Rai bahwa akan turun hujan karena setelah 10 menit perjalanan pulang, aku langsung kehujanan di tengah jalan. Aku kemudian berhenti di depan sebuah ruko kosong untuk menggunakan jas hujan dan setelahnya aku kembali mengendarai motorku karena takut akan terjebak banjir.

Beberapa hari belakangan ini ada banyak berita mengenai banjir, makanya aku takut terjebak banjir dan mungkin akan mengakibatkan motorku mati. Biasanya aku hanya menghabiskan waktu 20 sampai 30 menit perjalanan sampai ke rumah. Namun, untuk hari ini aku harus menghabiskan waktu nyaris satu jam karena aku mengendarai motor dengan sangat lamban.

Sesampai di rumah, aku langsung berlari ke kamar mandi karena bajuku ternyata kebasahan. Jas yang kugunakan sebelumnya sedikit robek yang menyebabkan baju yang kugunakan terkena air hujan. Aku langsung mandi untuk membersihkan tubuhku dan setelahnya aku langsung pergi ke kamar.

Karena sebelumnya aku belum masuk ke kamar dan langsung pergi ke kamar mandi. Kini aku menenteng tas kuliah aku sampai ke kamar, aku menaruh tas tersebut di atas kasur dan segera memasang pakaian karena sebelumnya aku hanya menggunakan handuk dari kamar mandi.

Saat tengah sibuk mengenakan pakaian, tiba-tiba saja ponselku berbunyi. Namun, tidak langsung kuangkat telepon tersebut dan memilih untuk menyelesaikan kegiatanku. Setelah selesai menggunakan pakaian, aku segera naik ke atas kasur dan mengecek ponselku.

Aku cukup terkejut karena mendapati banyak pesan juga panggilan tak terjawab dari Rai. Sepertinya pacarku itu tengah khawatir dan aku segera menghubungi balik Rai. Namun sayang, panggilan itu harus terhenti karena baterai ponselku habis. Aku memutuskan untuk mengisi daya ponselku dan tiba-tiba terlelap.

Keesokkan harinya, aku turun kuliah seperti biasanya satu jam sebelum waktu aku mengajar di kelas Barra, adik Rai. Cuaca pagi ini tidak terlalu panas sehingga aku bisa menjadi lega untuk pergi ke kampus. Di perjalanan, aku cukup kaget karena banyak ruas jalan yang tergenang banjir bekas hujan semalam. 

Aku mencari-cari jalan alternatif dan ternyata aku salah jalan, di hadapanku kini sudah ada banjir yang cukup tinggi. Namun, di depanku ada beberapa motor lain yang juga jalan bersamaku. Aku memberanikan diri untuk terus memacu motorku dengan kecepatan yang cukup rendah, tetapi sayang setelah motor di hadapanku mati motorku pun ikut mati.

Aku berusaha sekuat tenaga untuk menaikkan motorku ke tempat yang lebih tinggi dan ternyata seseorang kini membantuku. Seorang pria yang motornya juga bermasalah denganku. "Biar saya aja, Mbak, yang bantuin," ucapnya sembari mengambil alih motorku.

Pria itu membawa motorku ke sebelah sebuah motor yang mungkin adalah miliknya. Dia langsung menstandar duakan motorku dan langsung melakukan hal yang aku kurang pahami. Aku memperhatikan segala kegiatan yang pria itu lakukan dan setelahnya, dia berdiri tegak karena sebelumnya dia tengah berjongkok untuk membuka sesuatu.

"Tunggu aja ya, Mbak, sampai airnya keluar semua."

Aku mengangguk paham dan pria itu kemudian berjalan menjauh dariku, dia duduk di sebuah kursi panjang dan langsung memanggilku. "Sini, Mbak, duduk sini," ajaknya yang langsung kulakukan.

Aku duduk paling ujung sama seperti yang pria itu lakukan sehingga membuat kursi di tengah kami kosong. Ketika menunggu air dari dalam motorku keluar semua, tiba-tiba saja sebuah tangan berada di hadapanku.

Aku langsung melihat ke arah pemilik tangan tersebut. "Kenalin, Mbak, saya Fatur."

Dengan ragu aku menerima tangan Fatur, pria yang membantuku tadi. "Saya Deena, panggil aja Dee."

Setelah berkenalan, aku dan Fatur asyik berbincang banyak hal. Aku akhirnya tau bahwa pria itu juga kuliah di tempat yang sama denganku, walaupun beda fakultas. "Berarti entar iringan sama aku aja ya ke kampusnya, takutnya itu motor kamu mati lagi entar."

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang