Pagi ini kepalaku dibuat pusing setelah dosen memberi tugas pribadi yang harus selesai dalam 30 menit, tugasnya adalah mencari sebuah artikel dan setelahnya kami harus menjelaskannya di depan. Tentu hal tersebut begitu berat, apalagi waktu yang diberikan cukup singkat.
Artikel yang aku ambil mengenai penggunaan rokok, setelah selesai menulis artikel tersebut di buku. Aku kemudian kembali mencari-cari artikel yang serupa dan aku mencoba untuk memahami pembahasannya yang cukup ringan. Namun, tidak membuatku lega.
Dosen pria di depan kelas kemudian berdiri dari duduknya, dosen tersebut bernama Pak Ilham. Yang aku tau bahwa beliau adalah salah satu dosen terlama di fakultasku. Jelas saja Pak Ilham terlihat cukup tua, rambutnya pun sudah penuh berwarna putih.
"Ayo, siapa yang berani ke depan dan menjelaskan artikelnya?" tanya Pak Ilham yang membuat kami semua saling bertatapan satu sama lain.
Teman-teman priaku yang tepat duduk di barisan pertama kemudian menoleh ke arahku. Semuanya, empat-empatnya. Mereka sepertinya tengah mengerjaiku dan benar saja, mereka langsung meneriakkan namaku secara bersamaan.
"Deena Karina, Pak. Dia sudah siap."
Aku memaksa senyum di wajahku dan menahan tanganku untuk memukul mereka semua, Pak Ilham yang sebelumnya melihat ke baris yang lain kemudian memindahkan pandangannya kepadaku. Dosen tersebut juga berjalan mendekat ke arahku. Tentu aku sangat gugup sekarang.
"Silahkan, Deena," ucap Pak Ilham sembari kembali ke kursinya.
Dosen tersebut kemudian mengambil pena dan menungguku maju ke depan. Aku berdiri dengan pelan dan berjalan ke depan. Di tanganku sudah ada buku yang berisikan tentang artikel yang ku ambil.
Aku mengambil nafas dengan panjang dan tiba-tiba saja Pak Ilham mengintruksiku untuk mulai menjelaskan artikel yang ku ambil. Aku menatap lama dosen tua itu, kemudian mengalihkan pandanganku ke teman-teman sekelasku.
"Assalamualaikum dan selamat pagi, saya Deena Karina akan menjelaskan tentang penggunaan rokok di kalangan remaja ... ."
Aku cukup lega setelah menjelaskan artikel yang ku ambil, bahkan setelah selesai aku mendapat banyak tepuk tangan dari teman-teman sekelasku. Senyum kecil ku lukis di wajahku, aku tidak menyangka akan dapat menjelaskan dengan baik. Tidak ada perasaan gugup saat menjelaskan artikel tersebut dan aku pun tidak tau bagaimana bisa aku melakukannya.
"Terima kasih, Deena. Silahkan duduk." Pak Ilham kemudian bangkit lagi dari duduknya dan berdiri tepat di tengah antara dua kelompok tempat duduk. "Saya beri Deena nilai 95 karena penjelasannya yang sangat baik juga kemampuannya memahami artikel yang dia pilih."
Setelah selesai dengan kelas tersebut, aku menjadi lebih terkenal di kelas. Mungkin mereka cukup takjub dengan gaya presentasiku yang baik. Sebenarnya ku dapati semua ini karena lingkungan keluargaku yang memang cukup tegas. Untuk berbicara saja kami tidak boleh berbicara yang tidak jelas.
Di sekolah pun begitu, aku sering kali menjadi ketua kelompok jika ada tugas presentasi bahkan aku juga yang harus menjawab ketika ada yang bertanya. Tapi, aku menyukai kegiatan itu semua karena dari sana aku bisa belajar banyak hal.
Hari-hari setelahnya pun sama, beberapa dosen memintaku untuk presentasi duluan agar memberi contoh bagi mahasiswa lain tentang bagaimana melakukan presentasi yang baik dan benar.
Jujur, aku bangga dengan diriku sendiri. Namun, siapa yang sangka. Jika semua itu malah membuatku dibenci oleh seseorang di kelas.
Pada awalnya, aku tidak tau. Karena aku bukan tipe orang yang suka mencari tau. Sebuah postingan di facebook tiba-tiba saja menyindirku. Postingan dari salah satu teman sekelasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manis Things (END)
Teen FictionNomor Peserta : 041 Tema yang diambil : Campus Universe Blurb : Siapa bilang kuliah itu mudah? Kuliah sangat menyita waktu dan juga perasaan. Nyaris seharian bahkan jika bisa bermalam di kampus, mungkin sebagian mahasiswa akan lakukan. Bergerak cepa...