Bab 67 - Super Sibuk -

3 0 0
                                    

Setelah konsultasi terakhir, aku menjadi super sibuk. Setiap pulang kuliah aku selalu menyempatkan diri untuk pergi ke perpustakaan mencari bahan untuk skripsi bayanganku. Syukurnya, Rai mau menemaniku walaupun dia hanya asyik bermain game dan aku malah sibuk mencatat beberapa poin penting yang ada.

Hari ini, aku pulang lebih awal karena dosen yang mengajar tidak turun. Aku langsung mengajak Rai untuk pergi ke perpustakaan fakultas. Di dalam perpustakaan itu ada sebuah peraturan untuk tidak boleh berisik. Namun, hari ini ada banyak pengunjung baru yang tidak tau akan peraturan tersebut.

Entah sudah beberapa kali penjaga perpustakaan menegur beberapa mahasiswa yang berisik sebelumnya. Aku juga melirik ke arah mereka beberapa kali. Cari masalah banget sih mereka, ucapku di dalam hati dan setelahnya, mereka kembali ditegur dengan cukup keras.

"Kalau mau berbincang di luar saja!" tegas penjaga perpustakaan tersebut dan mahasiswa yang ditegur langsung keluar.

Syukurlah jika mereka menyadari bahwa apa yang mereka lakukan salah dan memutuskan untuk pergi. Lagi pula, kami yang tengah fokus merasa terganggu oleh mereka.

Kali ini aku membawa laptopku untuk menulis beberapa materi yang mau kumasukkan ke dalam skripsi bayanganku. Rai yang kuajak ikut, langsung kusuruh untuk mengetik beberapa materi itu. Ya walaupun awalnya menolak, pacarku itu akhirnya melakukan apa yang aku suruh dengan embel-embel aku harus menginap di kosnya malam ini.

Iya, aku harus menginap malam ini di kos Rai karena kamar kos pacarku itu sudah sangat berantakan. Aku juga sudah izin pada orang tuaku untuk menginap, tapi izinnya menginap di rumah Feni.

Ngomong-ngomong soal Feni, sahabatku itu harus mengulang salah satu mata kuliah yang menyebabkan dia sedikit keteteran dan kamu menjadi jarang bertemu. Memang benar kata orang bahwa jurusan akuntansi itu sangat sulit, buktinya Feni yang pintar begitu saja bisa mendapatkan nilai D dan harus mengulang.

Setelah cukup banyak mendapat materi, aku dan Rai keluar dari perpustakaan. Sebelum keluar, kami mengambil tas yang kami titipkan di loker dan memasang sepatu yang sebelumnya kami buka.

Jika bisa dibilang, perpustakaan fakultas kami lebih baik daripada perpustakaan kampus. Mungkin karena tempatnya yang kecil sehingga dapat ditata dengan baik.

Setelah keluar dari perpustakaan, suasana hati Rai terlihat kurang baik. Aku kemudian mendekatkan diriku padanya dan kuletakkan tanganku di pinggangnya. "Kenapa?" tanyaku dengan suara manja.

"Nggak pa-pa, cuman capek aja."

"Ya udah, yuk, balik."

Rai mengangguk cepat dan kami memutuskan untuk langsung pulang ke kos pacarku itu. Sebenarnya tadi kami ingin makan dulu. Namun, Rai sudah terlampau letih dan kami memutuskan untuk memesan makanan via online saja.

Sesampai di kamar kos Rai, pacarku itu langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti bajunya. Aku langsung menarik Rai dengan sekuat tenaga. "Rai, ganti baju dulu. Bau tau!"

Rai membuka matanya yang tadi tertutup dan bergegas untuk mengganti bajunya. Setelah sudah berganti baju, Rai kembali menidurkan tubuhnya di atas kasur.

Di sisi lain, aku bergegas untuk mengganti pakaianku dengan pakaian milik Rai karena aku tidak membawa baju ganti. Setelah berganti pakaian, aku langsung membersihkan kamar kos pacarku itu.

Mulai dari menyapu lantai dan mencuci piring-piring yang ada di dalam wastafel. Beberapa pakaian kotor Rai juga langsung kumasukkan ke dalam mesin cuci agar tidak menumpuk. Syukurnya di kamar kos pacarku itu ada mesin cuci sehingga aku tidak perlu kecapekan mengurus itu semua.

Saat ini aku tidak mau membuang-buang waktu karena aku memang sangat jarang menginap di kamar Rai. Kali ini aku memang harus menginap karena beberapa minggu lalu dia mendapatkan banyak tugas dari dosennya yang berbeda denganku.

Kali ini aku cukup bersyukur karena mata kuliah khusus konsentrasiku, aku tidak mendapat banyak tugas dan juga walaupun ada, aku langsung mengerjakan. Tidak seperti Rai yang selalu menumpuk semua tugasnya.

Setelah semua pekerjaanku selesai, aku naik ke atas kasur Rai dan tidur di samping pacarku itu. Tidak, aku tidak benar-benar tidur melainkan aku tengah asik bermain game sembari menunggu pakaian Rai selesai dicuci oleh mesin cuci.

Saat tengah asyik bermain game, tiba-tiba saja tangan Rai bergerak dan memelukku dari samping. "Dee, udah jam berapa?" tanya Rai dengan mata yang masih tertutup.

Aku tertawa saat melihat wajah Rai saat ini karena sangat lucu. "Jam enam kurang," jawabku dan pacarku itu langsung membuka matanya secara perlahan.

"Capek banget aku," ucap Rai sembari bangun dari tidurnya.

"Ya udah, tidur aja lagi."

Rai menggeleng pelan. "Nggak mau, mumpung kamu di sini. Masa aku tinggal tidur."

Aku menatap malas ke arah pacarku itu yang baru saja bangun. Namun, bisa-bisanya dia malah menggodaku. "Ya udah, kalau gitu makan dulu. Tuh udah datang makannya. Aku juga udah makan."

Tadi saat menunggu Rai bangun, aku memutuskan untuk makan karena sangat lapar. Makanan itu juga aku pesan menggunakan ponsel Rai dan pacarku itu yang membayarnya hehe. Rai menatap sekilas makanan yang sudah aku hidangkan di atas meja. Namun, sepertinya dia kurang tertarik.

"Kenapa? Nggak laper?" tebakku yang langsung dibalas dengan anggukan.

"Rai!"

"Iya, iya, nanti aku makan."

"Sekarang, Rai! Ini udah jam berapa loh!"

"Ya udah, siapin."

Aku mendengus kesal saat mendengar ucapan pacarku itu. Namun, walaupun kesal. Aku tetap melakukan apa yang pacarku mau. Jika tidak, Rai tidak akan memakan, makanan yang aku pesan tadi.

Perlahan aku menyuapi Rai yang kini sibuk bermain game. Aku baru menyadari bahwa kini aku seperti babysitter yang menjaga anak berumur 20 tahun.

Gini ya rasanya punya anak, ucapku di dalam hati sembari terus menyuapi Rai hingga makanannya habis.

Setelah selesai, aku langsung mengambil laptop di tasku dan segera mengerjakan skripsi bayangan yang harus segera kuselesaikan dalam beberapa hari ini. Laptop itu kutaruh di atas kasur dan aku duduk di lantai.

Ketika asik mengerjakan skripsi, tiba-tiba Rai datang dari kamar mandi. Pacarku itu segera duduk tepat di sampingku dan meletakkan dahunya di bahuku. "Banyak ya masih?" tanya Rai yang membuatku langsung menoleh ke arahnya.

"Enggak kok, kenapa?"

"Mau ngajak jalan," jawab Rai singkat yang membuatku sedikit bingung. Pacarku itu sangat jarang mengajakku pergi apalagi saat aku menginap di kosnya.

"Sekarang? Tumben banget?"

Aku kembali fokus pada kegiatanku untuk mengedit bab pertama di skripsi bayanganku. Saat mengetik, tiba-tiba saja tangan Rai menarik tanganku. "Iya, kalau kamu mau sih. Emang nggak capek ngerjain skripsi mulu?"

Aku tersenyum kecil dan mengubah dudukku untuk bisa berhadapan dengan Rai. Tangan kami saling berpegangan dan aku menatap mata Rai yang kini terlihat menggemaskan. Aku yakin dia sangat bosan sekarang, sehingga ingin mengajakku untuk jalan-jalan.

"Ya udah, selesai aku ngerjain skripsi. Kita jalan," jawabku singkat yang langsung bisa mengubah ekspresi wajah Rai menjadi lebih bahagia.

"Oke."

***

Yeay, update hihi.

Entah kenapa alur ceritanya makin nggak jelas hahaha.

Maaf ya.

***

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang