Bab 76 - Temenin -

7 0 0
                                    

Memang agak susah untuk dilalui beberapa bulan belakangan ini, aku harus mengerjakan skripsi dan juga fokus pada kuliah yang tinggal satu semester ini. Walau hanya mata kuliah tambahan. Namun, semua itu menjadi syarat khusus kelulusan.

Saat berjalannya waktu, beberapa teman satu konsentrasiku ternyata memutuskan untuk berhenti. Sepertinya mereka sudah lelah dengan semua hal yang terjadi belakangan ini. Apalagi ditambah jika mereka memiliki mata kuliah yang perlu diulang.

Semakin hari, konsentrasi operasional semakin sedikit dan jika dihitung-hitung hanya ada tujuh orang yang bertahan dari 13 orang secara keseluruhan.

Semua itu bermula dari pembagian dosen pembimbing, mungkin mereka tidak mendapat dosen yang mereka inginkan. Padahal semua itu adalah urusan kampus.

Liburan semester kali ini terasa begitu berbeda. Karena kami harus mengisi KKN (Kuliah Kerja Nyata). Sayangnya tahun ini tidak ada KKN tematik dan hanya ada KKN regular yang berarti, aku dan teman-temanku tidak bisa satu tempat kkn karena pengisiannya harus berlomba-lomba.

Rencananya nanti punya Rai akan aku yang isikan karena dia tengah pulang kampung lagi. Karena ada urusan keluarga. Seperti sebelum-sebelumnya, pacarku itu selalu menghubungiku setiap saat.

Kini, grup yang kami bertujuh buat terlihat begitu ramai karena tengah malam nanti, kami akan berlomba-lomba untuk mengisi KKN dan pastinya kota kami sendiri menjadi tujuan paling banyak.

"Ini kok, nggak bisa kebuka ya websitenya?" tanyaku entah pada siapa.

Laptop Rai kini tengah di hadapanku karena pacarku itu menyuruhku untuk menggunakannya saja, belakangan ini laptopku sedikit bermasalah sehingga pacarku itu menyuruhku untuk menggunakan laptopnya saja.

Tepat pukul satu malam, website kampus akhirnya dapat terbuka. Aku langsung mengisi dataku dan memilih kota tempat tinggalku sebagai tempat KKNku nanti. Syukurnya setelah dua kali percobaan, aku bisa mendapat tempat KKN yang kuinginkan yaitu kotaku sendiri.

Setelah benar-benar selesai, aku langsung mengisi data milik Rai. Namun sayangnya, website kampus langsung gangguan.

Karena kesal, aku nyaris melempar laptop milik Rai dan pacarku itu hanya tertawa saat melihat wajah kesal ku.

Kini, kami tengah melakukan video call dan pacarku itu menemaniku malam ini.

"Nggak pa-pa, Yang. Coba lagi besok. Udah malem ini," ucap Rai padaku.

"Tapi, Yang, kalau nggak sekarang nanti kamu dapetnya kota lain."

Tentu aku ingin satu kota dengan pacarku, ya walaupun berbeda kelurahan. Setidaknya, Rai tidak jauh dariku. Namun, sepertinya kesempatan tidak berpihak padaku. Hingga pukul tiga subuh website kampusku tidak juga bisa terbuka.

"Ya udah, Yang. Tidur aja. Pasti kamu capek."

"Tapi, Yang...."

"Udah, tidur. Jangan sampe aku marah loh ya."

Aku hanya dapat menghela nafasku dan menyerah. Laptop milik Rai itu kemudian kumatikan dan kami melanjutkan video call sampai akhirnya kami ketiduran.

Berhari-hari kemudian, aku mencoba lagi dan lagi untuk mengisi KKN milik Rai. Namun, sampai sekarang aku masih belum bisa mengisi KKN buat pacarku itu.

Rai sepertinya sudah lelah mendengar semua keluh kesahku padahal itu adalah KKN untuknya, bukan untukku. "Kenapa sih, ini website!"

"Udah lah, Yang. Tunggu aja dulu."

Setelah tiga hari berlalu, akhirnya aku bisa mengisikan KKN untuk Rai. Namun, pacarku itu mendapatkan kota lain yang jaraknya cukup jauh.

Ingin rasanya aku menangis saat ini, tapi pacarku itu malah asyik menggodaku. "Nanti, aku mau cari selingkuhan, Yang."

Mataku melolot saat mendengar ucapan pacarku itu. "Awas aja ya, kalau kamu berani macam-macam!"

"Emang mau kamu apain?" tanya Rai dengan penuh penasaran.

"Aku buang kamu ke sungai!"

Rai tertawa geli saat mendengar ancamanku. Pacarku itu masih di kampung Halamannya. Rencananya dia akan pulang akhir bulan dan itu masih sangat lama.

"Kenapa sih, lama banget di sana, Yang?"

"Nggak lama kok, tinggal seminggu lagi."

"Iya sih, tapi tetep aja. Lama!"

"Sabar ya."

Hari-hari yang kulewati selama ini, kuhabiskan penuh dengan Feni. Akhirnya kami bisa bertemu dan berpergian kemana pun kami mau karena biasanya, Rai akan ikut dengan kami dan tentu kami tidak bisa leluasa kemana pun.

Seperti kini, aku tengah asyik menonton film bersama Feni. Sebenarnya aku sangat ingin menonton film sejak lama. Namun, Rai tidak mau untuk kuajak.

Setelah selesai menonton, kami memutuskan untuk makan disebuah tempat makan siap saji. Seperti biasanya, kami akan berbagi tugas, aku mencari tempat duduk dan Feni memesan makanan.

Tak lama kemudian, sahabatku itu datang dengan sebuah nampan yang berisi makanan dan minuman. "Nih," ucap Feni sembari menaruh nampan itu di meja yang aku pilih.

Kami makan dengan hikmat sembari asyik berbincang. Walau hanya perbincangan ringan. Namun, aku begitu amat menyukainya.

"Eh, kita foto dulu yuk," ajakku dan kami mengambil beberapa foto saat makan.

Aku sengaja mengirimkan foto-foto itu kepada Rai karena dia sedari tadi menghubungiku. Saat tengah sibuk dengan ponselku, tiba-tiba saja Feni mengeluarkan suaranya.

"Dee, kamu yakin sama hubungan kalian?" tanya Feni yang berhasil menyita semua perhatianku padanya.

Aku tersenyum kecil walau nyatanya hatiku bergetar hebat. "Hmm, kalau aku nggak yakin, aku nggak mungkin bisa bertahan sampai saat ini."

Memang benar bahwa hubungan beda agama terasa begitu amat menyakitkan. Entah bagaimana akhirnya. Namun, aku tetap ingin berusaha untuk tetap bertahan.

Nyaris sebulan berlalu dan Rai kini sudah kembali dari kampung Halamannya. Pria itu pulang dengan banyak oleh-oleh dan aku begitu menyukainya.

"Yang, itu dari Mama." Rai menunjuk sebuah tas yang berada di dekat koper miliknya.

Aku segera mengambil dan langsung membukanya. Ekspresi wajahku berubah bahagia karena ternyata ada oleh-oleh dari mama Rai.

Rai ikut duduk di sisiku saat aku tengah membuka oleh-oleh dari mamanya. Pria itu kemudian menggodaku karena barang yang diberikan mamanya.

"Cie, dapet oleh-oleh dari Mama mertua."

Aku segera menepuk pelan bahu pacarku itu karena ucapannya wajahku memerah. Tentu aku malu sekarang. Namun, begitu amat bahagia.

"Oh iya, besok jadi mau ketemu temen-teman KKNmu?" tanya Rai yang langsung membuatku terdiam.

Aku lupa bahwa besok harus bertemu dengan teman-teman KKNku. Aku segera mengambil ponselku dan mengecek grup KKN yang baru beberapa hari dibuat itu.

"Iya, Yang. Besok jam dugaan."

Rai mengangguk paham. "Ya udah, ntar aku temenin ya."

"Nggak usah, ntar kamu capek loh."

Rai langsung menatapku heran, mungkin dia bingung dengan penolakanku. "Jangan buat aku mikir macem-macem Loh, Yang."

Aku menghela nafas karena yakin bahwa pacarku kini tengah berpikir yang aneh-aneh. "Nggak gitu, Yang."

"Ya udah, besok aku temenin. Titik!"

***

Yeay, bab 76🥰

***

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang