Bab 82 - Seminar Hasil -

3 0 0
                                    

Persiapan yang matang sudah mulai kulakukan sejak beberapa hari sebelum seminar hasil dilaksanakan. Bukan tanpa alasan aku melakukan ini, tapi karena memang aku harus lulus pada seminar kali ini.

Ada banyak persiapan yang kulakukan, mulai dari belajar hingga tanya jawab pertanyaan yang mungkin akan keluar. Sebenarnya, seminar kali ini kurang lebih sama dengan seminar sebelumnya. Hanya saja babnya lebih banyak. Namun, tetap saja aku gugup.

Pagi-pagi sekali, aku sudah pergi ke kampus. Sebelum itu aku menjemput Rai, pacarku itu juga akan melakukan seminar hari ini. Sesampai di kampus, ternyata hanya ada beberapa orang yang datang.

Aku mencari tempat untukku dan Rai duduk. Tak lama kemudian, Dira datang. Hari ini yang seminar ada cukup banyak orang, dari teman-temanku hanya kami berlima yang seminar. Aku, Dira, Bora, kavin dan Rai.

Kami semua kemudian sibuk membaca beberapa materi yang mungkin akan dipertanyakan. Namun, tiba-tiba saja Ibu Moli menghubungiku.

"Assalamualaikum, Bu. Kenapa, Bu?" tanyaku pelan sembari menjauh dari tempat dudukku sebelumnya.

"Walaikumsalam, Dee, kamu udah di kampus?"

"Iya, Bu. Kenapa?"

"Bisa keuangan saya sebentar?"

"Bisa, Bu. Bentar ya."

Aku bergegas untuk pergi ke ruangan Ibu Moli. Entah apa yang ingin dosen pembimbingku itu sampaikan. Aku pun merasa cemas sekarang.

Sesampai di ruangan beliau, Ibu Moli memanggilku dan aku langsung duduk di kursi yang berada di hadapan beliau, posisinya sama seperti saat aku melakukan konsultasi.

"Kenapa ya, Bu?" tanyaku lagi karena sebelumnya beliau belum menjawab pertanyaanku sama sekali.

Aku dapat melihat wajah Ibu Moli yang terlihat begitu bingung dan aku cukup penasaran akan hal tersebut. "Hmm, begini, saya ada kegiatan di rektorat jam 9 nanti. Jadi, saya nggak bisa lama-lama buat jadi pembimbing. Kamu bisa cek nggak siapa aja yang dibimbing sama saya, tapi yang dosen satunya nggak ada."

"Bisa, Bu."

"Ya udah, kamu balik lagi ya ke sana. Biar saya cari dosen yang bisa jadi penguji kamu."

"Baik, Bu."

Aku kembali berlari menuju gedung seminar dan sampai di sana, aku segera memberikan pemberitahuan pada teman-teman yang mau melakukan seminar sama sepertiku.

"Maaf, teman-teman. Mau nanya, siapa ya di sini yang dosen pembimbingnya Ibu Moli?" tanyaku dengan sedikit berteriak.

Beberapa orang kemudian mengangkat tangannya. "Yang pembimbingnya Bu Moli, tapi pembimbing lainnya nggak bisa datang siapa ya?" tanyaku lagi dan beberapa orang yang mengangkat tangan tersebut langsung menurunkan tangannya.

Ternyata hanya satu orang yang sama sepertiku, mahasiswa bimbingan Ibu Moli. Namun, dosen satunya tidak bisa hadir.

"Ya udah, kamu. Kita seminar sekarang ya."

Semua peserta seminar yang hadir langsung menatap bingung ke arahku. Beberapa di antaranya melemparkanku dengan banyak pertanyaan. Bahkan kini, Dira juga ikut bertanya. Namun, tidak ada satupun yang ku jawab.

Tak lama kemudian, Ibu Moli datang dan aku bergegas pergi ke pintu di mana ruang seminar berada. "Gimana, sudah dapat?"

Aku mengangguk pelan, "sudah, Bu. Satu orang aja sih. Sama saya, jadi dua orang."

"Ya udah, kalau gitu. Yuk, masuk."

Ibu Moli masuk ke dalam ruangan terlebih dahulu. Diikuti oleh dua orang dosen lain yang akan menjadi penguji kami.

Mahasiswa lain yang juga ikut seminar denganku langsung ku ajak masuk. Karena dia terlihat begitu gugup. "Ayo, masuk."

"Mau kamu duluan atau aku duluan?" tanyaku pada mahasiswa tersebut. Mahasiswa pria yang terlihat gugup itu langsung menatapku dengan bingung.

"Terserah kamu aja."

"Ya udah, aku duluan ya."

Aku bergegas duduk diantara tiga dosen tersebut. Kuberi mereka map yang kubawa dan mulai membacakan skripsi yang kubuat. Setelah itu mereka mulai bertanya padaku beberapa pertanyaan dan syukurnya aku bisa menjawab semuanya.

"Bagus, semuanya aman. Ini lembar hasil seminar kamu ya."

Ibu Moli memberikan lembar hasil seminar dan aku akhirnya dapat bernafas lega. "Makasih, Pak, Bu."

Aku bersalaman dengan ketiga dosen tersebut dan langsung keluar dari ruangan seminar. Saat di luar, teman-temanku langsung bertepuk tangan tanpa alasan yang jelas sehingga membuatku sangat malu.

Aku bergegas pergi ke tempat dudukku sebelumnya dan mendekatkan diriku pada Rai, yang kini tengah tersenyum bangga ke arahku. "Gimana, Yang?"

"Aman dong."

Aku memperlihatkan lembar hasil seminarku tadi, di sana jelas terlihat bahwa aku tidak perlu melakukan perbaikan dan bisa melanjutkan ke pendadaran. Aku sendiri sangat terkejut karena mendapatkan hasil yang memuaskan ini. Tinggal satu tahap lagi untuk kulalui agar bisa lulus kuliah.

Tangan Rai kini mengusap kepalaku dengan lembut. "Selamat ya, Sayang."

Aku mengangguk pelan dan kemudian mengelus pipi pacarku itu. "Kamu juga harus semangat ya, aku yakin kamu bisa ngelewatinnya."

"Iya, Amin."

Kini, aku bingung harus melakukan apa karena aku sudah selesai seminar. Aku hanya asyik bermain ponsel dan menemani teman-temanku belajar. Namun, beberapa lama kemudian teman satu kelasku dulu datang.

"Dee, bisa minta bantuannya nggak?" tanya temanku itu yang kuingat dengan nama Alia.

Aku langsung berdiri dan mendekati Alia yang kini tengah berdiri di dekat tangga menuju lantai atas. "Iya, kenapa?"

"Ini, bentar lagi kan kotakan buat yang seminar datang. Kamu bisa tungguin nggak? Kamu udah seminar kan?"

Aku mengangguk pelan. "Iya, udah kok."

"Yaudah, nih uangnya ya."

Alia memberikan uang padaku dan aku menerimanya dengan senang hati. Lagi pula aku tidak melakukan apapun, aku juga tidak mau mengganggu teman-temanku yang tengah sibuk belajar.

Tak lama setelah Aila memberiku uang, sebuah mobil datang dan Aila yang sebelumnya sudah menjauh dariku, kembali berjalan mendekatiku. "Itu, mobilnya."

Aku mengangguk pelan dan menunggu mobil tersebut berhenti. Tak lama kemudian, mobil itu berhenti dan beberapa orang turun dari mobil tersebut. Mereka menurunkan beberapa plastik berisi kotakan yang akan dibagikan setelah seminar.

Aku membantu untuk mengangkat kotak-kotak tersebut. Namun, saat tengah sibuk tiba-tiba saja sebuah tangan ikut membantu dan saat aku melihat si pemiliknya, aku dapat tersenyum bahagia.

"Makasih, Yang," bisikku kepada Rai yang kini tengah membantu kami.

Ada cukup banyak kotakan yang Aila beli. Perempuan itu yang mengurus kotakan untuk seminar kali ini karena sebelumnya sewaktu seminar Proposal, kami tidak mendapat kotakan karena puasa.

"Udah semua ya, Pak?" tanyaku pada pria yang membawa kotakan tersebut.

"Sudah, Mbak."

"Ya udah, nih uangnya."

Aku memberikan semua uang yang diberikan oleh Aila kepadaku. Perempuan itu sudah masuk ke ruang seminar karena namanya telah dipanggil dan kini, aku yang harus menjaga semuanya.

Rai yang sebelumnya membantu juga kusuruh untuk kembali ke tempat duduknya untuk belajar. Aku tidak mau mengganggu pacarku itu.

"Makasih ya, Mbak."

"Iya, Mas, sama-sama."

***

Yeay. Part 82.

***

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang