Bab 33 - Prepare -

12 11 0
                                    

Liburan pun tiba, tidak seperti semester satu kemarin. Nilai-nilai ujian yang seharusnya keluar cepat, ternyata harus keluar lebih lama dan membuat aku galau parah. Namun, aku tetap tidak menyia-nyiakan waktu libur panjangku.

Aku dan Feni juga beberapa teman dekatku selama SMA memutuskan untuk pergi keluar kota. Ya walaupun hanya untuk beberapa hari. Namun, setidaknya kami dapat liburan.

Rencananya kami akan pergi ke luar kota minggu depan dan aku mulai mempersiapkan segala hal mulai saat ini.

Aku dan Feni pergi berbelanja barang-barang yang perlu kami bawa juga beberapa baju yang sesuai untuk kami gunakan selama di pantai. Iya, kami akan pergi ke sebuah tempat yang jaraknya sangat dekat dengan pantai. Mungkin setiap hari kami akan pergi ke pantai selama seminggu tersebut.

Satu persatu toko di dalam mal terbesar di kotaku mulai ku masuki, selagi masih ada waktu aku bisa memilih barang yang sesuai dengan kebutuhanku.

Dua tas besar kini tengah ku tenteng, Begitupula dengan Feni. Biasanya sahabatku itu tidak berbelanja cukup banyak.

"Kita mau kemana lagi nih?" tanyaku pada Feni. Sahabatku itu tidak langsung menjawab. Namun, matanya kemudian menatap beberapa toko yang belum kami datangin.

"Kita makan dulu deh, laper nih," jawabnya sembari mengusap perutnya.

Sedari pagi kami belum makan, mungkin sekitar pukul 11 kami sudah ada di mal dan kini sudah nyaris pukul tiga siang.

"Ya udah deh, aku juga belum sarapan tadi pagi."

Aku dan Feni berjalan menuju ke sebuah restoran siap saji. Aku menunggu di meja dan Feni memesan makanan untuk kami berdua. Sahabatku itu jelas masih ingat apa yang aku suka sehingga aku tidak perlu memberitahukannya lagi dan aku tidak mudah berubah dalam hal selera.

Aku yang tengah asik bermain ponsel sembari menunggu Feni selesai memesan makanan, agaknya terkejut karena postingan dari Rai di sosial medianya yaitu instagram.

Sebuah quotes galau jelas terpampang di Instagram story-nya. Dahiku mengkerut penuh penasaran. Namun, belum sempat aku mengirimi pria itu pesan. Tiba-tiba Feni datang.

Hmm, sebenarnya aku belum menceritakan apapun pada sahabatku itu tentang kedekatanku dengan Rai. Aku juga takut Feni akan marah karena dia tau bahwa Rai berbeda agama dengan kami.

"Nah ini makanannya," ucap Feni sembari menaruh baki yang penuh dengan makanan di atas meja.

Aku tersenyum simpul, untungnya Feni tidak melihat hal tersebut. Sudah pasti sahabatku itu akan bertanya kenapa senyumanku berbeda.

Kami asik makan sembari bercerita, banyak hal menarik selama semester dua ini. Memang kami bersahabat. Namun, karena sibuk dengan jurusan masing-masing. Kami sangat jarang untuk bertemu.

Entah sebanyak apa cerita yang kami berdua keluarkan. Dari versi aku sebagai mahasiswa jurusan manajemen dan versi Feni sebagai mahasiswa jurusan akuntansi.

Gelak tawa tak dapat terelakan dari kami berdua hingga membuat beberapa orang yang duduk di dekat kami, menatap heran. Aku dan Feni terbiasa dengan tatapan tersebut sehingga kami tidak terlalu peduli akan hal tersebut selagi kami masih berada di batas normal.

Kami tidak selalu tertawa, hanya disaat-saat tertentu.

Kali ini, akulah yang mengendarai motor dan Feni akan ku antar langsung pulang ke rumahnya.

Setelah makan tadi, kami memutuskan untuk langsung pulang karena sudah kelelahan juga kekenyangan hehe.

Lagipula masih ada waktu enam hari sebelum kami pergi ke luar kota sehingga kami tidak perlu buru-buru.

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang