Liburan lima hari empat malam yang aku dan teman-teman aku lakukan pun akhirnya selesai. Kami memutuskan untuk pulang pada pukul empat sore nanti sehingga sampai di rumah kami sekitar pukul tujuh atau delapan malam jika sempat berhenti sejenak.
Walau hari ini kami harus pulang tapi kami masih menyempatkan waktu untuk pergi sekali lagi ke pantai. Rencananya kami akan berfoto bersama untuk dijadikan kenang-kenangan.
Sekarang masih pukul 10 pagi dan kami masih memiliki banyak waktu sehingga kami juga memutuskan untuk pergi ke pasar yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pantai, rencananya kami akan membeli beberapa oleh-oleh untuk dibawa pulang.
Rencananya kami akan membeli barang-barang kecil saja agar mudah untuk dibawa, lagi pula orang-orang rumah kami juga tidak meminta apapun yang penting adalah keselamatan kami sampai ke rumah.
Seperti biasanya aku akan berjalan berdampingan dengan Rai mengaitkan tanganku dengan tangan pacarku itu sembari memperhatikan sekeliling pasar.
Pasar itu memang biasa dijadikan tempat utama orang-orang sekitar untuk berbelanja sehingga Kami merasa bahwa semua tatapan kini tertuju pada kami dan beberapa diantara penjual juga menawarkan barang dagangannya pada kami. Kini aku bisa merasa menjadi seorang wisatawan.
Jujur aku menyukai tempat ini yang jauh dari kota dan bertemu juga berinteraksi dengan warga setempat. Mereka sangat ramah kepada kami dan wisatawan lainnya.
Selama perjalanan kurang lebih 10 menit aku masih belum membeli apapun. Sampai nyaris di penghujung pasar akhirnya aku menemukan sesuatu yang menarik bagiku yaitu sebuah rak rotan yang biasa digunakan untuk pajangan dengan cepat aku menarik pacarku untuk mengikutiku ke kios yang menjual segala macam
barang-barang rumah tangga yang terbuat dari rotan itu.Rai tidak menolak dan tetap mengikutiku dengan langkah kecilnya. Sedikit terseok. Namun, sangat lucu.
"Rai, itu lucu nggak?" tanyaku sembari menunjuk rak yang aku maksud.
Pacarku itu kemudian memperhatikan rak tersebut. Namun, dia tidak menjawab apa-apa setelahnya.
Aku yang kesal kemudian menampilkan wajah cemberut dan beberapa kali menepuk pundak Rai. "Itu lucu kan, itu lucu" ucapku sembari mengerucutkan bibir.
"Iya, lucu," jawab Rai singkat
Aku langsung meminta penjual tersebut untuk mengambilkan rak yang aku maksud dan langsung ingin membayarnya. Namun, ternyata tangan Rai mendahului tanganku.
Pria itu memberikan uang yang cukup banyak. "Ini Mas, uangnya,"
ucap Rai sembari menyodorkan uang sebesar Rp200.000 padahal rak yang aku ingin beli hanya berharga Rp65.000."Mas kebanyakan nih, harga raknya cuma 65 ribu kok," ucap penjual itu sembari mengembalikan uang Rp100.000 milik Rai dan sisanya lagi penjual itu langsung mengambilkan kembalian
Sembari menunggu penjual tersebut menyiapkan rak yang kubeli. Aku melempar tatapan penuh tanya ke arah Rai. Namun, pacarku itu malah tidak terlalu peduli dengan tatapanku dia malah memberikan aku uang 100.000 tadi dia pegang tadi.
Tatapanku beralih menatap uang itu. "Buat apa?"
"Terserah," jawab Rai singkat.
"Nggak usah, Aku punya uang sendiri," tolakku dengan melukis wajah kesal. Aku membuang muka agar tidak menatap wajah Rai.
Setelah barang yang aku beli sudah berada di tanganku. Aku segera berbalik badan dan pergi meninggalkan Rai. Beberapa menit kemudian, Rai sudah berada di sampingku. Dia memang memiliki langkah yang panjang. Tentu dia bisa mengejarku.
Pria itu segera merangkul tubuhku agar tidak bersenggolan dengan pelanggan lain karena dia tau aku tidak suka bersentuhan dengan orang lain.
Pasar itu ternyata semakin ramai padahal sudah nyaris waktunya tutup. Aku juga bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manis Things (END)
Teen FictionNomor Peserta : 041 Tema yang diambil : Campus Universe Blurb : Siapa bilang kuliah itu mudah? Kuliah sangat menyita waktu dan juga perasaan. Nyaris seharian bahkan jika bisa bermalam di kampus, mungkin sebagian mahasiswa akan lakukan. Bergerak cepa...