Bab 32 - Akhir Semester Dua -

10 10 0
                                    

Tidak ada hal yang manis selain selesainya satu semester lagi bagiku. Entah kenapa aku merasa bahwa semester dua ini lebih berat dan mungkin nanti di semester tiga bahkan lebih berat.

Sekarang, aku dan teman-temanku baru saja keluar dari kelas setelah ujian terakhir kami selesai.

"Akhirnya," ucapku dengan semangat sembari merenggangkan badanku yang kaku.

Dira langsung mendekat ke arahku dan membawaku untuk berjalan lebih dulu. Temanku itu sepertinya ingin menyampaikan sesuatu padaku sehingga dia memperhatikan sekitarnya.

"Hmm, Dee. Aku ... Nerima Deon."

Aku yang mendengar penjelasan Dira langsung melotot kaget, "beneran?" tanyaku memastikan.

Dira kemudian mengangguk pelan, wajahnya bersemu malu setelah mengungkapkan kebenaran atas apa yang selama ini dia bingungkan.

"Cie, selamat ya."

"Iya, makasih ya. Hmm."

Dira menggumam diakhir pembicaraannya. Hal itu tentu membuatku bertanya-tanya. Apalagi yang tengah dia bingungkan.

Tanganku terulur untuk mengelus pundak Dira dengan pelan, "kenapa, Dir? Ada yang kamu kamu bicarain lagi?"

Dira mengangkat wajahnya dengan pelan, sebelumnya wanita itu menundukkan kepalanya entah karena apa.

"Hmm, Deon bilang, dia mau traktir kita."

Alisku bertaut bingung, "traktir?"

Dira mengangguk pelan dan akhirnya aku memahami maksudnya, "oh, maksudnya traktiran karena kalian sudah pacaran ya."

Aku tersenyum kecil sembari menggoda Dira yang sekarang wajahnya kembali bersemu. "Oke deh, bentar. Aku kasih tau Bora ya, yang cowok-cowok udah dikasih tau kan?"

Dira mengangguk pelan dan kemudian aku mengejar Bora yang sudah naik ke atas motornya. Wanita itu sudah mau pulang dan aku tentu harus menahannya.

"Eh, jangan balik dulu."

Bora yang sebelumnya mau memasang helm mengurungkan niatnya. "kenapa?"

"Kita makan-makan dulu yuk. Kan abis ini kita nggak bakal ketemu selama sebulan," ucapku dengan nada sedih.

"Boleh deh," jawab Bora singkat dengan ragu.

Aku tertawa kecil, "santai, ditraktir kok. Sama yang baru aja resmi pacaran."

Bora menatapku dengan tatapan bingung, "hah, pacaran siapa?"

"Tuh, Dira sama Deon."

Bora langsung turun dari motornya dan memeluk tubu Dira dengan erat. "Beneran? Selamat ya."

"Makasih."

Aku kemudian menerawang dimana teman-teman priaku berada, mereka masih sibuk berbincang sehingga akhirnya aku memutuskan untuk menemui mereka.

Aku berjalan cepat menuju mereka dan langsung membuat pembicaraan mereka terputus, "ayo, buruan!"

Deon memasang wajah kesalnya, "bawel banget sih nih cewek!"

"Biarin," jawabku sembari menjulurkan lidah.

Aku kembali berlari ke arah motorku dan kemudian menjalankan motor tersebut. Jangan lupakan bahwa Dira masih ikut bersamaku dan bukan bersama pacarnya.

"Kita mau makan dimana?" tanyaku pada Dira.

"Dira, nggak tau juga. Kita ikutin cowok-cowoknya aja dari belakang."

"Oke."

Aku akhirnya mengambil barisan di belakang teman-teman priaku, karena ternyata Dira juga tidak tau akan makan dimana. Oh iya, Bora juga ada di belakangku. Wanita itu juga tidak tau mau kemana.

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang