Bab 85 - Kelulusan -

39 1 0
                                    

Setelah drama yang cukup panjang, akhirnya aku akan mulai menutup perjalanan kuliahku. Lulus kuliah dengan predikat cumlaude akhirnya bisa kugapai. Jujur, aku tidak percaya semua ini bisa terjadi padaku. Bahkan beberapa minggu yang lalu aku juga mendapat tawaran untuk kerja disebuah perusahaan yang cukup besar. Tentu, aku tidak akan menolaknya dan aku hanya perlu menunggu kabar baik dari perusahaan tersebut.

Hari ini, tepat hari kamis, aku dan teman-temanku akan melaksanakan yudisium lalu dilanjutkan dengan gladi bersih untuk acara wisuda yang akan dilaksanakan pada hari sabtu. Aku benar-benar sangat bersemangat sekarang, bahkan aku sudah pergi ke kampus pukul tujuh pagi padahal acara yudisium akan berlangsung pukul delapan.

Sebelum masuk ke dalam ruangan, kami diajak berfoto yang hasilnya nanti bisa kami beli setelah selesai yudisium. Aku benar-benar sangat semangat hari ini bahkan aku meminta untuk dipotret beberapa kali sebagai kenang-kenangan.

"Satu kali lagi ya, Pak," ucapku dengan semangat pada fotografer tersebut. Syukurnya belum banyak mahasiswa yang datang sehingga beliau belum terlalu sibuk.

Setelah kurasa fotoku sudah banyak, aku memutuskan untuk berhenti dan melihat beberapa hasil foto tersebut. Semuanya benar-benar bagus dan aku sangat menunggu hasilnya nanti setelah dicetak. Namun, tak lama kemudian terdengar suara pengumuman untuk kami masuk ke dalam aula yang berada di lantai paling atas gedung dekanat. Tempat yang pernah kami gunakan untuk EKONOM sewaktu awal masuk kuliah.

Ruangan serbaguna itu terlihat begitu rapi dengan banyak kursi yang berjejer. Aku segera mencari tempat dudukku yang ternyata berdekatan dengan teman-temanku juga pacarku. Sembari menunggu kami menyempatkan diri untuk berfoto kembali agar foto tersebut dapat menjadi kenangan indah buat kami nantinya.

Setelah menunggu cukup lama akhirnya acara pun di mulai, kami semua dilarang untuk menggunakan ponsel dan aku terlihat khusyuk mengikuti semua acara yang ada, sampai akhirnya pengumuman mahasiswa terbaik pada yudisium kali ini.

"Deena Karina, masa studi tiga tahun lima bulan, IPK 3,71, predikat cumlaude."

Semua orang yang ada di ruangan tersebut bertepuk tangan dan hal itu benar-benar membuatku bangga akan diriku sendiri. Aku kemudian berjalan menuju ke depan untuk memberikan pidato singkat yang memang sudah ku siapkan.

"Assalamualaikum wr wb, selamat pagi menjelang siang teman-teman sekalian. Sebelumnya saya benar-benar berterima kasih pada dosen pembimbing saya, Ibu Moli dan Ibu Adel karena jika bukan karena mereka saya tidak akan bisa berdiri di atas sini."

Aku melanjutkan pidatoku dengan lancar dan tanpa hambatan. Aku benar-benar berterima kasih pada semua orang yang berkontribusi pada masa-masa kuliahku.

Setelah selesai, ternyata aku dan dua orang lain yang memiliki nilai tertinggi diberi sebuah bingkisan juga sebuah piala. Sebelum kembali ketempat duduk, kami diajak berfoto bersama. Tentu aku tidak akan menolaknya.

Sekembali dari depan, Rai segera menggenggam tanganku. Dia juga tersenyum kecil ke arahku. "Aku bangga banget sama kamu, Yang."

"Makasih."

Setelah acara yang cukup panjang, akhirnya acara tersebut selesai dengan tarian daerah dan juga lagu dangdut yang entah apa judulnya. Kami semua bersuka cita dalam acara hari ini dan tentu acara tersebut tidak akan terulang kembali.

Satu persatu mahasiswa keluar dari ruangan tersebut. Kami masih memiliki waktu dua jam sebelum melakukan gladi bersih, aku dan teman-temanku memutuskan untuk makan karena kami belum makan sedikitpun.

Ternyata gladi bersih yang kami lakukan adalah gladi bersih biasa agar nantinya saat wisuda, kami sudah tau alur jalan untuk ke panggung. Aku mendapatkan kursi paling depan dan semua teman-temanku berpencar. Aku sedikit sedih akan hal itu. Namun, apa boleh buat.

Pada hari sabtu, sejak subuh aku sudah mulai sibuk dengan makeup dan setelah semua selesai, aku segera pergi ke kampus untuk melakukan wisuda. Aku sengaja datang lebih pagi agar bisa masuk ke dalam parkiran gedung wisuda.

Menunggu sebentar hingga akhirnya acara dimulai, aku datang bersama dengan Feni dan juga kedua orang tuaku. Sayangnya kakakku tidak bisa hadir karena sedang ada kerjaan di luar kota.

Acara berlangsung dengan sangat hikmat, satu persatu mahasiswa maju ke panggung untuk dipindahkan tali topinya, tanda bahwa kami sudah benar-benar sah menjadi seorang sarjana.

Setelah acara selesai, satu persatu wisudawan keluar dari gedung. Namun, aku memutuskan untuk tidak keluar lebih dahulu karena ada sesuatu yang akan aku lakukan. Perlahan mataku melirik ke arah kedua orang tuaku yang duduk di tribun atas gedung.

Tak lama kemudian, aku berjalan menuju kedua orang tuaku. Namun di sisi lain, pacarku juga melakukan hal yang sama bahkan dia juga membawa serta kedua orang tuanya untuk menemui orang tuaku.

"Bu, Yah," sapaku saat sampai di hadapan mereka.

Kedua orang tuaku itu pun langsung berdiri dan memelukku dengan erat. "Selamat ya, Nak."

"Makasih, Bu, Yah."

Aku melirik sekilas ke arah Rai yang kini berdiri di sisiku. Jujur, aku sangat gugup sekarang karena aku mau memperkenalkan Rai kepada kedua orang tuaku.

Belum sempat aku berbicara, Rai tiba-tiba menyodorkan tangannya kehadapan kedua orang tuaku." Om, Tante, perkenalkan saya Rainer. Pacarnya Deena."

Aku bisa melihat bahwa kini wajah kedua orang tuaku sangat amat terkejut, aku juga merasakan hal yang sama karena sebelumnya kami merencanakan bahwa aku yang akan memperkenalkan pacarku itu pada kedua orang tuaku.

Kedua orang tuaku sepertinya enggan untuk menerima salaman dari Rai. Namun, tiba-tiba saja kedua orang tua Rai berjalan maju dan bertemu dengan kedua orang tuaku.

"Halo besan, saya Tela, ibunya Rai. Saya tau kok, pasti anda kaget sama hubungan kedua anak kita, tapi mereka benar-benar saling mencintai. Saya mau bertanggung jawab jika anak saya berlaku kasar pada Deena. Tolong, bisakan restui hubungan mereka?"

Aku benar-benar bingung pada posisiku sekarang, aku juga merasa bahwa kini mulutku tengah terkunci dan aku tidak bisa melakukan apapun. Aku bahkan sudah siap jika kedua orang tuaku mengamuk sekarang. Namun, di luar dari ekspektasiku ibuku malah tersenyum ke arah ibunya Rai.

"Kita memang nggak bisa berbuat apa-apa jika kedua anak kita saling mencintai. Saya akan tetap dukung, apapun yang mereka lakukan. Yang penting, hal tersebut positif dan baik untuk semua orang."

Diakhir kalimat yang ibuku keluarkan, tiba-tiba saja ibunya Rai menarik ibuku ke dalam pelukannya. Entah apa yang mereka saling bisikan. Namun, aku sayang terharu pada momen yang kulihat di depan mataku kini.

"Makasih ya, sudah mau nerima hubungan mereka."

Aku nyaris menangis sekarang, jika ibunya Rai tidak mengajakku untuk melakukan pemotretan disebuah studio foto. Keluargaku juga keluarga Rai akhirnya berfoto bersama sebagai kenang-kenangan dan setelahnya kami memutuskan untuk makan bersama.

Selama makan, aku sangat bahagia melihat interaksi antara keluarga Rai dan keluargaku. Ada banyak pembahasan yang mereka bicarakan, untungnya mereka sangat nyambung.

Inilah akhir dari perjalanan Kuliahku. Ada banyak hal yang terjadi terutama kesedihan dan kebahagiaan. Tidak dapat kupungkiri bahwa semua itu tidaklah mudah untuk dilewati. Namun, syukurnya aku bisa melewatinya hingga akhirnya lulus dengan gelar sarjana.

Sekian cerita kuliahku, akan kusambung nanti dengan cerita lain yang tentunya lebih menarik lagi.

Satu hal yang ingin kukatakan, tidak ada sesuatu hal yang buruk jika kita memikirkan hal yang baik.

***

Terima kasih untuk waktu tiga bulannya.

Kupersembahkan cerita kuliahku yang sangat panjang ini.

Semoga banyak yang suka.

***

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang