Lagi-lagi aku dan Rai bertengkar walau hanya melalui panggilan telepon. Setelah dua hari kututupi sakit kakiku, akhirnya pacarku tau dan dia tentu marah besar. Berulang kali aku mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Namun, dia bersikeras untuk mendatangi rumahku.
"Rai, aku baik-baik aja kok," jelasku lagi.
"Aku nggak percaya, aku mau ketemu kamu sekarang."
"Rai, jangan keras kepala deh, aku nggak papa."
"Ya udah, kalau kamu nggak papa, kamu ke kos aku sekarang."
Aku menghela nafas setelah mendengar ucapan Rai. Ternyata suara nafasku terdengar oleh pria itu sehingga dia sengaja bertanya padaku.
"Kenapa suara nafas kamu gitu?"
"Nggak papa kok."
"Ya udah, kamu mau ke sini atau aku yang ke sana.".
"Oke. Aku yang ke sana."
Jujur, aku tidak bisa menolak apa yang Rai inginkan. Bisa gila, jika dia datang ke rumahku. Syukurnya, kakiku sudah lebih baik dari sebelumnya dan dapat kupastikan aku akan segera pergi ke kos pacarku itu.
Belum sempat aku pergi, tiba-tiba saja Feni datang dengan membawa sekotak makanan. Aku tau itu karena aku melihat logo tempat pisang keju yang aku sukai ada di kotak tersebut. Saat bertemu dengan Feni tubuhku tiba-tiba mematung.
"Loh, mau kemana?" tanya Feni sembari memperhatikanku dari atas hingga bawah.
Aku tersenyum canggung dan menjelaskan semuanya. Wajah Feni berubah kesal dan sahabatku itu kembali menghubungi Rai. Entah apa yang kedua orang itu bicarakan karena Feni memutuskan untuk berbicara di luar kamarku.
Cukup lama Feni berada di luar, aku penasaran apa yang mereka bicarakan dan setelah sahabat aku itu masuk kembali ke kamarku. Dia langsung melempar ponselku ke atas kasur.
Dengan pelan aku mengambil ponselku itu dan memperhatikan setiap detail alat elektronik tersebut. Setelah yakin bahwa ponselku itu baik-baik saja. Aku akhirnya dapat bernafas lega.
"Bangs*t ya pacar kamu itu," maki Feni sembari berkacak pinggang di hadapanku yang tengah duduk di atas kasur.
"Semaunya banget kalau ngomong," ucap Feni lagi.
Aku tidak berani membalas ucapan sahabatku itu karena tau jika aku melakukan hal tersebut. Feni akan lebih marah lagi.
Cukup lama wanita itu marah-marah dan aku setia mendengarkannya. Memang aku bodoh karena selalu mendengarkan ucapan Rai. Namun, aku tidak mungkin mengizinkan pria itu datang ke rumahku.
"Nggak capek apa kamu pacaran sama dia?" tanya Feni sembari duduk di sampingku.
Dengan cepat aku menggelengkan kepalaku dan hal itu membuat wajah Feni berubah masam.
"Gini nih, kalau orang lagi jatuh cinta," sindir Feni yang langsung membuatku tersenyum canggung.
Sebenarnya Feni datang hanya untuk menjengukku. Namun, suasana hatinya berhasil dihancurkan oleh Rai, pacarku.
Ketika sudah dalam keadaan stabil, Feni langsung mengajakku berbincang. "Gimana KRS kamu? Udah diisi?" tanya sahabatku itu tiba-tiba.
"Udah kok, Rai yang isiin."
Feni mengangguk paham sembari membuka kresek yang dia bawa sebelumnya. Benar saja di dalamnya ada pisang keju kesukaanku.
"Ayuk, makan," ajak Feni yang langsung kuikuti.
Pisang keju yang dia beli memiliki porsi yang banyak sehingga setelah kami memakan pisang tersebut hingga habis, kami kekenyangan.
"Jadi, kapan mau ke kampus?" tanya Feni yang langsung membuatku berhenti minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manis Things (END)
Fiksi RemajaNomor Peserta : 041 Tema yang diambil : Campus Universe Blurb : Siapa bilang kuliah itu mudah? Kuliah sangat menyita waktu dan juga perasaan. Nyaris seharian bahkan jika bisa bermalam di kampus, mungkin sebagian mahasiswa akan lakukan. Bergerak cepa...