Bab 45 - Kembali -

5 2 0
                                    

Lagi-lagi aku meruntuki diriku karena kembali jatuh pada pria tinggi berkulit putih tersebut. Kemarin, kami memutuskan untuk kembali bersama. Namun dengan syarat, hanya kami yang tau tentang hubungan ini dan Rai menyetujuinya.

Kemarin juga, aku memutuskan untuk menginap di rumah Rai karena takut tubuh panas pria itu kembali datang. Ya walaupun di sisi lain, aku harus membohongi ibuku lagi dengan beralasan bahwa aku sedang mengerjakan tugas kelompok di rumah temanku dan tidak bisa pulang.

Maafkan aku ibu.

Sekarang sudah pukul delapan pagi, Rai sudah selesai mandi dan aku menunggu pria itu keluar kamar mandi karena kami akan pergi mencari sarapan.

Rai keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Pria itu mengusap rambutnya dengan handuk kecil yang dia punya.

"Ayuk, buruan," ucapku setelah berdiri.

Tadi, saat aku menunggu Rai. Aku duduk di atas kasurnya sembari memainkan ponselku.

"Iya, bentar," jawab Rai singkat sembari mengambil ponsel dan juga dompetnya.

Ponsel dan dompet itu kemudian dia berikan padaku. Rai sudah menggunakan pakaian lengkap saat keluar dari kamar mandi, hanya saja rambutnya masih sedikit basah.

Rai melempar handuknya itu ke atas kasur dan kemudian berjalan keluar kamar. Aku menghela nafasku saat melihat kelakuan pacarku itu.

Ku ambil handuk tersebut dan langsungku jemur di balkon kamarnya. Dari atas, aku melihat pria itu sudah berada di dekat motorku dan wajahnya terlihat bingung saat tidak mendapatiku di belakang tubuhnya.

Aku segera keluar dari kamar pria itu. Namun, sebelumnya aku mengunci kamar tersebut agar tidak ada maling yang masuk.

Saat turun, Rai memperhatikanku yang tengah berjalan santai ke arahnya. "Lama banget sih."

"Kamu yang lama banget."

***

Kami berdua menyusuri jalanan yang sudah cukup ramai itu untuk mencari sarapan. Aku melihat kanan dan kiri jalan untuk mendapat tempat makan yang enak. Rencananya kami mau makan langsung di tempat tersebut dan tidak membawanya ke kos Rai.

"Dee," panggil Rai tiba-tiba yang langsung membuatku mendekatkan wajah ke arahnya.

"Kenapa?" tanyaku sembari memunculkan wajah di sisi kiri pria itu.

"Mau makan apa?" tanya Rai pelan.

"Apa aja deh, laper nih," jawabku. Lalu Rai menarik tanganku untuk melingkar di perutnya.

Satu tangannya kemudian mengusap punggung tanganku dan hal itu berhasil membuatku bersemu. Jujur, ini adalah kali pertama aku diperlakukan sebaik ini oleh seseorang dan orangnya adalah pacarku sendiri.

Ketika asik mencari tempat makan, tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku segera melepaskan tanganku dari perut Rai dan merogoh tas yang ku gunakan.

Setelah ku dapati ponsel itu, aku cukup terkejut karena melihat nama Feni tertulis di layar ponselku.

Tanpa berpikir panjang aku mengangkat panggilan tersebut. "Halo, kenapa Fen?"

"Kamu dimana?" tanya Feni yang berhasil membuatku bungkam.

"Kamu sama Rai? Bukannya udah putus?"

"Fen," panggilku dengan pelan. Sebelumnya aku memang sudah bilang pada Feni bahwa aku putus dengan Rai.

"Dee, kamu kok gini sih, jadi bener kamu sama Rai?"

"Iya," jawabku singkat.

"Kalau kamu sama Rai, kasih tau aku dong, jadi aku nggak bingung kalau Ibu kamu nelepon."

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang