Bab 38 - Pacar Posesif -

7 2 0
                                    

Benar saja, Rai tidak menghubungiku selama liburan kemarin. Aku bersyukur karena Feni bisa membuat pacarku itu sadar. Iya, pacar. Aku sudah mengakui bahwa Rai itu pacarku. Ya walaupun agak susah bagi kami untuk memberitahu pada orang banyak tentang hubungan kami. Namun, aku bersyukur bisa memiliki pria itu.

Tepat hari senin, kami pulang kembali ke rumah masing-masing. Aku yang baru saja sampai rumah langsung merebahkan tubuhku di atas kasur. Perlahan mataku mulai menutup karena kelelahan. Perjalanan pulang cukup lama karena macet dibeberapa ruas jalan.

Sekarang masih pukul delapan malam. Namun, aku benar-benar ngantuk. Belum sempat aku masuk ke dalam alam mimpi, tiba-tiba saja ponselku berbunyi. Dengan malas aku mengangkat telepon tersebut tanpa mengetahui siapa yang menelepon.

Aku yang tengah tidur menyamping itupun langsung menaruh ponselku di atas telinga tanpa memegangnya lagi.

"Hallo," sapaku dengan suara serak.

"Lagi tidur ya?" tanya Rai dengan pelan.

Aku bergumam sebagai balasan dari pertanyaan pacarku itu. Mataku terasa berat dan sudah tak sanggup lagi membalas ucapannya dengan kata-kata.

"Aku video call boleh? Aku kangen liat muka kamu."

Aku kembali bergumam sebagai jawaban. Untuk mengeluarkan suara aja aku malas apalagi jika harus berdebat dengan pacarku itu.

"Muka kamu mana?" tanya Rai dengan penuh penasaran. Sepertinya pacarku itu sudah mengganti mode panggilan kami menjadi video call sehingga pria itu bertanya.

Aku menjauhkan ponselku dan kemudian membuka mataku perlahan. Tidak terbuka lebar, karena kantukku begitu kuat. Ku letakkan ponsel itu agak cukup jauh dariku agar wajahku terlihat.

Setelahnya aku pun tertidur pulas dan tak tau apa yang Rai katakan lagi. Aku juga tidak tau kapan pacarku itu mematikan panggilan kami.

***

Pagi harinya, aku terkejut karena melihat ada banyak pesan dari Rai. Pesan-pesan itu dikirimkan tadi malam dan baru ku baca pagi ini.

Aku mengikat rambut panjangku dan langsung mandi setelah membalas semua pesan yang pacarku kirimkan. Jika tidak, Rai akan memarahiku lagi.

Aku bergegas turun dari lantai dua rumahku. Mandi dan juga sarapan. Selain itu aku langsung mencuci semua pakaian yang ku gunakan selama liburan kemarin.

Cukup lama aku menyelesaikan semuanya, bahkan hingga pukul satu siang. Aku baru bisa kembali ke lantai dua rumahku.

Aku bergegas masuk ke kamarku dan terkejutnya aku saat melihat banyak pesan yang dikirimkan Rai kepadaku. Ada juga beberapa panggilan tak terjawab dari pacarku itu.

Tanpa pikir panjang, aku segera menghubungi Rai. Beberapa kali aku menghubungi pria itu. Namun, tak kunjung di jawab. Aku akhirnya memutuskan untuk mengirimi pria itu pesan agar nanti jika Rai memegang ponselnya. Dia akan menghubungiku kembali.

Aku sebenarnya lupa kalau aku memiliki pacar yang posesif. Ditinggal sebentar saja tidak bisa. Apalagi tadi aku meninggalkannya hingga berjam-jam.

Sembari menunggu balasan dari Rai. Aku kemudian membersihkan kamarku dan mengembalikan koper yang ku gunakan ke atas lemari.

Tiba-tiba saja ponselku berbunyi dan aku segera mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo," sapaku setelah mengangkat panggilan dari Rai.

Rai bergumam sepertinya pria itu sedang kesal padaku.

Aku menghela nafas sebelum mengeluarkan kata-kataku lagi. "Rai, sorry ya. Tadi aku banyak kerjaan. Jadinya baru megang hape sekarang."

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang