Bab 9 - PRA Ospek -

14 17 0
                                    

Setiap harinya, aku akan menjaga ibuku. Membantu beliau melakukan banyak hal. Untungnya ibuku sudah lebih baik sekarang, walau dia masih belum bisa berdiri cukup lama. Namun, setidaknya ibuku mendapat kemajuan yang cukup besar setelah melalui pengobatan berulang kali.

Ayah menjadi orang pertama yang selalu bisa diandalkan saat ini, rasanya aku ingin menangis saat melihat pria tua itu membantu ibu berobat.

Keluarga kami, bukanlah keluarga harmonis layaknya keluarga lain. Tiada percakapan berarti yang kami lakukan, semua hanya diam dan melakukan aktifitasnya masing-masing bahkan saat aku sakit. Tidak ada yang tau dan saat mereka sakit aku pun tidak tau.

Begitulah, keluarga kami dulu. Namun, entah ini sebuah keberuntungan atau bagaimana. Setelah ibuku sakit. Kami menjadi lebih dekat. Aku bahkan sering kali curhat dengan ibuku mengenai banyak hal.

Seperti sekarang, aku tengah mengurut betis ibuku sembari bercerita bahwa besok aku akan melakukan PRA Ospek khusus Fakultas.

"Jadi, besok jam berapa perginya?" tanya Ibu sembari melihatku yang tengah asyik mengurut kakinya.

Aku mengangkat wajahku, menatap balik ibuku. Kepalaku kemudian bekerja untuk mencari jawaban dari pertanyaan ibuku.

Aku lupa menanyakan pada Feni, besok akan berangkat jam berapa apalagi besok itu kami sudah dibagi dalam dua sesi. Feni mendapat sesi pertama dan aku mendapat sesi kedua sehingga besok kemungkinan aku harus menunggu wanita itu dan begitu juga sebaliknya.

"Nggak tau sih, Bu. Nanti deh aku tanyain sama Feni. Soalnya kami beda sesi," jawabku singkat sembari melanjutkan kegiatanku.

Ibu terdiam sembari menyuruhku berhenti mengurutnya.

"Kok beda sesi? Gara-gara kamu beda jurusan ya?"

Aky menggeleng cepat, "Enggak, Bu. Itu sesuai sama NIM belakang kita. Karena aku dapetnya genap. Jadi, dapet sesi kedua dan kalau Feni dia dapet sesi pertama."

Ibu mengangguk paham setelah mendengar penjelasanku. Sepertinya, Ekonom nanti akan diikuti oleh banyak orang karena kami harus dibagi menjadi dua sesi.

***

Keesokan harinya, Feni menjemputku pukul tujuh pagi. Kami memakai pakaian rapi, sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh pelaksana Ekonom tahun ini.

Aku menggunakan kemeja kotak-kotak dengan celana jeans berwarna hitam juga jilbab berwarna hitam.

Setelah sampai di FEB, Feni langsung masuk ke dalam barisan. Memang setelah kami datang tadi, dia dipanggil untuk langsung mendapat arahan dan aku hanya menunggu wanita itu di parkiran.

Aku memperhatikan segala kegiatannya sehingga nanti tidak bingung saat mendapat arahan juga. Setelah nyaris satu jam. Akhirnya, giliran sesi dua yaitu giliranku.

Aku bergegas pergi ke lapangan tempat Feni berdiri tadi. Walau sedikit panas. Namun, aku tetap semangat mendengar arahan dari kakak tingkat yang ada.

Setelahnya, kami dibawa ke lapangan lain yang berada di belakang FEB. Lapangan basket yang cukup luas. Di sana kami kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok dan aku masuk ke dalam kelompok ke 13.

Memang benar tebakanku bahwa acara nanti akan diikuti oleh banyak MABA. Buktinya untuk sesiku saja, kami memiliki 15 kelompok yang diisi oleh 10 orang lebih di dalamnya.

Di lapangan basket, kami kembali diberi arahan untuk membuat nama kelompok juga memilih apa yang ingin ditampilkan saat Ekonom nanti.

Kelompokku akhirnya berembuk dan memutuskan untuk memilih nama Wortel sebagai nama kelompok kami karena nama kelompok Ekonom nanti harus nama sayur atau buah.

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang