Bab 83 - Pendadaran -

5 0 0
                                    

Kini aku menjelma sebagai pengantar kotakan bagi dosen-dosen juga mahasiswa yang tengah melakukan ujian seminar, tapi aku malah senang karena setidaknya aku memiliki kesibukan sekarang.

Entah sudah berapa kali aku masuk ke dalam ruang seminar untuk mengantarkan kotakan dan tidak dapat kuhitung lagi beberapa dosen meminta untuk di antar ke ruangannya.

Kakiku pasti sudah sangat letih. Namun, aku sangat bersemangat sekarang sembari menunggu teman-temanku selesai ujian.

"Yang, kalau capek duduk dulu bentar," saran Rai saat aku tengah mengambil beberapa kotakan lagi.

Aku tersenyum ke arahnya, aku tau dia sangat khawatir padaku. Namun, masih ada banyak kotakan yang belum kuantar. Aku tidak bisa meninggalkan mereka semua.

"Iya, Sayang. Aku nggak capek kok."

Aku dapat melihat bahwa kini Rai tengah menghela nafasnya. Pacarku itu tidak bisa membantu karena dia belum dipanggil untuk ujian seminar.

Setelah nyaris selesai, tiba-tiba saja Rai di panggil. Aku segera memberi dia semangat agar seminarnya berjalan lancar. "Semangat, Yang!"

Rai tersenyum ke arahku sebelum masuk ke ruang seminar, sayangnya aku tidak bisa kembali masuk karena sudah tidak ada kotakan yang perlu kuantar masuk. Hanya ada kotakan untuk mahasiswa yang tertinggal dan kini aku bisa duduk dengan santai kembali.

Di sisiku kini, ada Dira yang masih sibuk belajar dan aku hanya mampu mengelus punggungnya dengan pelan. "Jangan gugup, Dir. Kalau gugup, semua materi yang kamu pelajari bisa hilang."

Bukan tanpa alasan aku memberitahunya hal tersebut karena tadi saat aku ujian, semua materi yang kupelajari hilang begitu saja. Namun, syukurnya aku masih bisa menjawab semuanya dengan baik.

Aku menunggu Rai cukup lama bahkan hingga Dira juga masuk ke dalam ruang seminar. Namun, pria itu belum jua keluar. Aku menjadi cemas, takut pacarku itu tidak bisa menjawab atau malah bertengkar dengan dosen pengujinya.

Selang beberapa menit setelah mataku fokus pada pintu ruang seminar, aku dapat melihat pacarku itu keluar dari sana. Wajahnya terlihat penuh dengan tekanan dan aku menjadi sangat cemas.

Aku terus memperhatikan pacarku itu hingga dia duduk tepat di sampingku. "Gimana, Yang?" bisikku pelan dan dia hanya mampu tersenyum kecil.

Jelas, aku melihat bahwa senyum tersebut bukanlah senyuman yang tulis. Aku segera menggenggam tangannya untuk memberi dia kekuatan. "Nggak pa-pa, Yang, abis ini kita baikin ya."

Aku paham bahwa dia pasti mendapatkan tugas untuk memperbaiki skripsinya dan aku harus membantu dia nanti. Walau sebenarnya aku tidak terlalu paham mengenai skripsinya. Namun, setidaknya aku bisa membantu yang lain.

Tanganku terus mengelus lengan pacarku itu dan ikut membaca keterangan di hasil seminarnya tadi. Ternyata ada data yang salah dan mungkin dosen pembimbingnya tidak mengecek ulang. Biasanya dosen seperti itu apalagi jika konsultasi yang kami lakukan itu terakhir.

Satu persatu temanku selesai ujian dan hari itu kami tutup dengan berfoto bersama. Siapa yang sangka bahwa kami akan ujian bersama dan nanti kami juga akan pendadaran bersama jika memungkinkan.

Kini, selesai sudah tugasku untuk membagikan kotakan untuk teman-teman yang tengah seminar dan setelahnya aku juga Rai pulang ke kos pacarku itu.

Semalam aku menginap di kamar kos Rai dan mungkin malam ini aku juga menginap karena waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Badanku sangat letih dan aku tidak mungkin mengendarai motor sekarang. Lagipula besok aku libur dan bisa langsung pulang jika badanku sudah lebih baik.

Manis Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang