8

494 42 17
                                    

Kandungan sanji sekarang berusia 6 bulan hanya 3 bulan lagi sampai menunggu calon anaknya lahir.

Sanji dihadapkan situasi sulit, dia sudah terjebak bagaikan berjalan di es tipis.

Semakin besar kandungannya semakin cepat ia akan menikah dengan luffy. Sanji tidak menginginkannya.

Tapi ia bahkan tidak sanggup menggugurkan kandungan itu. Sanji malah berpikir itu adalah kehidupan baru jika kandungan itu bermasalah dan calon anaknya gagal melihat dunia. Sanji tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

tapi ia juga tidak sanggup menjadi seorang ibu. Ia merasa belum baik dan bukan orang yang sanggup mengajarkan kehidupan.

Ia ingin mati, tapi jika ia mati dan anaknya hidup bersama dengan luffy, sanji hanya bisa membayangkan penderitaan. Itulah kenapa dari awal ia tidak ingin hamil tapi semua sudah terlanjur.

Sanji stress, ia sering muntah dan mual tapi meski begitu ia memaksakan makanan masuk demi anaknya. Ia sulit tidur, ia gelisah dan sering sesak nafas. Pusing kepala adalah rutinitasnya.

Sudah 3 hari kondisinya semakin parah, meski makan banyak ia kehilangan berat badan. Dan ancaman menghantam kandungannya.

"Sanji, bayimu saat ini lemah.. Luffy maaf harus aku katakan ini, tapi bisa saja tidak akan ada harapan"

Luffy mengepal, dia berasumsi ini pasti sengaja ulah sanji yang ingin membunuh calon anak mereka.

"Heuu hiks hiks, tidak TIDAK!!! TIDAKKKKKKK BAYIKU, BAYIKU TIDAK BOLEH MATI heuuuuuh dokter tolong selamatkan dia heu selamat kan bayiku heu ahhh ah ah"

"Sanji kau kenapa" Teriak panik Luffy, langsung mendekap istrinya itu.

Sanji melihat sosok Luffy dengan dalam.

"Luffy, aku takut.. Tolong, tolong selamatkan anak ini.. Selamatkan aku tol" Tangan sanji tiba-tiba terkulai lemas.

"Oyy sanji kau kenapa" Luffy menggoyangkan tubuh yang tak menjawab itu.

"Kau bisa melihatnya sendiri, sanji sudah masuk tahap depresi. Orang hamil biasa menghadapi stress, apalagi kudengar ia tidak ingin hamil ini akan berakibat buruk jika ia sengaja membunuh bayi kalian. Apa dia makan dengan baik? Bagaimana kesehariannya" Tanya dokter

"Nami!" Panggil Luffy, membuat pelayan itu tersentak kaget. Nami ragu menceritakan kondisi sanji tapi akhirnya ia membuka mulutnya.

"Maafkan aku tuan aku ragu memberitahu ini, tuan sanji sebenarnya sering muntah.. Tapi setiap kali ia muntah ia akan makan lagi, tuan sanji minum dengan cukup. Ia membaca buku dan terkadang mengelus perutnya. Tapi disatu kondisi ia sering sesak, terkadang dilanda serangan panik. Dia muntah tapi lalu akan makan lagi segera dan berbaring menahan agar tidak muntah."

"Obat?"

Nami menggeleng "selama sakit ia tidak meminta obat, dia juga sering mengeluh sakit kepala.. Bahkan sering sampai menangis karna sakitnya.. Tapi ia hanya meminta untuk dielus perutnya dan tak meminta obat"

Luffy menatap sanji dalam.

"Gejalanya menunjukkan stress bahkan di tahap depresi berat. Tapi itu cara ia menahan semua.. Kurasa dia tidak dengan sengaja ingin menghilang nyawa anak kalian. Luffy orang hamil akan sangat sensitif, dan sekarang obat sulit untuk membantu. Karna orang hamil sensitif dan tidak bisa sembarangan diberi obat. Rawatlah dia lebih baik. Itu jika kau ingin keduanya selamat" Ucap dokter kandungan.

Luffy mengganti Caesar karna merasa dokter itu tak becus.

.
.

Pagi ini sanji terbangun dengan Luffy disebelahnya. Kecupan dibibir dan kedua kelopak mata ia dapat dari Luffy. Wajah pria manis itu memberi senyum sumringah. Luffy memberinya air minum. Dan beranjak pergi entah kemana, sanji tidak peduli.

Fake Face (Luffy x Sanji) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang