45.S2

71 8 1
                                    

Pagi yang sedikit berembun berangin dingin tapi juga cerah tanpa awan. Masih ada sisa basah hujan kemarin, lalu menghangat kemudian.

"Ugh.. Hik hik hik" Sanji cengukan dan membuatnya bangun tapi matanya yang berat menolak terbuka.

Luffy bangun sigap, memanggil Nami membawakan air minum hangat. Luffy mengangkat sanji pelan dan membantunya minum lalu mengusap dadanya dan tak lama cengukannya hilang.

"Apa kau bayi?" Luffy tiba-tiba merasa gemas, tak cocok dengan tempramennya yang biasa. Seolah hari kemarin adalah ilusi.

Nami sendiri kaget mendapati tuannya tidur disini. Walau ia tau hari ini akan datang, tapi ia tak kira secepat ini.

Sanji membuka matanya mendapatkan wajah berseri Luffy. Dan refleks kembali menutup mata.

Wajah itu menyatu dengan udara gelap dan Sanji hanya tidak ingin melihatnya. Ia mengeratkan tangan dan mulai menunjukkan gelagat tak nyaman.

"A.. Ada yang perlu saya siapkan?" Kikuk Nami mengalihkan perhatian.

"Handuk panas, dan beberapa jel"

"Tuan...? ??"

"Kau tau pelumas" Dingin Luffy dan tubuh yang ia topang menegang mendengarnya.

~~~

Sanji merasa tubuhnya dibawa jatuh, kepalanya kembali ditopang bantal dan punggungnya merasakan empuknya kasur.

Glup! Sanji menelan ludah.

Tangannya ditahan masing-masing disamping. Luffy..

"Sanji..." Panggilan itu berdesir terdengar pilu.

"Aku memikirkan semalaman.. Saat kau menangis tak berhenti sampai lelah dan pingsan.. Pernahkan kau mengenang bagaimana kita bertemu dan bagaimana kita menjadi bersama.."

Tangan Luffy mengendurkan pegangan, melingkar pada kepala dan leher Sanji memeluknya dari atas.

Berbicara tepat disebelah daun telinga.

"Aku selalu mengenangnya.. Sanji.. Tidak semua yang telah kita lewati adalah hal buruk.. Kau mungkin tidak mencintaiku, tapi kurasa kau tidak bisa juga tak menyanyangiku.. Aku Luffy.. Ayah anakmu, pria yang selalu memikirkanmu benar? .. Ya aku yang menyukaimu lebih dulu. Tapi semua yang terjadi sampai saat ini juga atas izinmu.."

Kau bukan orang yang banyak bicara.. Dia bermain dengan kata-kata..

Luffy pergi, punggungnya menekuk menunjukkan perasaan murung yang dibawa. Sanji mengerti tapi juga menerka..

Pria itu masih bermain dengan perasaan yang tak cocok ia lakukan.

Handuk dan jel datang tapi tidak disentuh.

~~~

Sanji tidak tau lagi, ia yang sakit harus lagi mengalami deman. Dan lebih banyak lagi tertidur dalam kesehariannya menjadi manusia pajangan.

Semua orang sangat ramai, blur matanya menangkap mereka yang tengah mengobrol dengan pemandangan berbeda dari kamarnya. Tubuhnya sedang dibawa seperti melayang dan bersandar pada tubuh seseorang. Telinga mendengar tapi entah apa yang mereka katakan..

Lalu ia kembali terlelap menahan gejolak tubuh didalamnya yang sedang berperang.

Sanji bangun.. Dalam baut selimut, kelopaknya terbuka berat, mata sayunya mencoba menangkap.. Siapa..

Fake Face (Luffy x Sanji) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang