Cahaya mentari yang lembut membuat wajah putih itu berkeringat, sejak awal pagi dimana matahari belum bangun dia sudah bersiap.
"Kau lelah?"
"Um" Angguk yang menerima pertanyaan.
"Aku akan buatkan sarapan"
"Istirahatlah kalian, Violet, Rebecca" Lanjutnya karna mereka hampir saja terlalu lama menunda sarapan.
Melepas sarung tangan karet yang dihiasi tanah bukti dirinya sudah bekerja, sambil membawa keranjang berisi sayur hasil panen.
Dapur tradisional itu mengepulkan asap, dan setelah waktu dihabiskan makanan siap. Sarapan dalam loyang yang dapat menampung seorang pemuda duduk disana. Itu tidak dibuat hanya untuk dua orang.
Setelah merasakan dulu rasa hangat, memberikan energi pada tubuh yang akan memulai aktivitas. Kotak-kotak tiba dan siap.
"Terimakasih" Ucap seorang pria dengan kursi rodanya. Dan petugas dengan seragam khas juga menerima kotak makannya.
"Terimakasih tuan Sanji dan nyonya Violet, anda sudah memberi kami bento sarapan. Suatu kehormatan bisa sering makan hidangan dari koki-koki hebat seperti kalian.. Pasti sangat merepotkan membuat sarapan untuk seluruh penghuni rumah sakit, kalian harus membeli bahan makanan"
"Anda berlebihan" Ucap pria yang dingin tapi hangat krj.
"Iya lagi pula ini dari hasil kebun keluarga kami yang panen berlimpah"
"Ouh benarkah"
"Ya betul" Bantu jawab wanita yang manis tapi memiliki getaran dewasa.
Cheff Riku, ayah dari violet dan kakek dari Rebecca sudah terbaring selama 2 tahun lebih dan belum mendatangkan tanda akan sembuh.
Keluarga ini terlalu tegar dibatas yang tidak bisa sanji pahami. Ini seperti seolah mereka sudah tau dan bersiap. Meski Sanji sudah hampir mengenal mereka lama bahkan menjadi bagian keluarga, waktu yang dihabiskan bersama lebih lama dari ia mengenal anak kandungnya yang menjadi satu-satunya keluarga.
Dia menjadi orang asing secara darah yang lebih khawatir dan sedikit berlebihan.
"Tenanglah jika aku pergipun keluarga ini masih memiliki kylos dia kuat dan juga pandai berkebun. Rebecca akan meneruskan restoranku. Jadi kau dan violet bisa memilih jalan kalian. Lakukanlah yang kau inginkan Sanji pergilah kemanapun kau inginkan tak peduli seberapa jauh itu."
"Ada tau saya lemah dengan perkataan ini"
"Kau bahkan lebih lemah dari cucuku.. Bagaimana bisa pria begitu rapuh sepertimu hahaha uhuk.. Hah~~ zeff begitu keras sebagai gurumukan? Tapi dia sangat lembut dan selalu mengkhawatirkan sifat lembutmu.. Ya aku sekarang mengerti ke khawatirannya.."
"Jangan berbicara yang tidak penting, dan minumlah ini.. Saya menambahkan herbal yang bisa menghangatkan badanmu" Pria itu dingin tapi lengannya sigap ketika orang tua itu batuk.
Dia bahkan sudah duduk disana hampir menandingi pasien yang berbaring.
Kehidupan Sanji setelah mengenal Ace dan lalu Luffy menghilangkan kehidupan sosialnya.
Sanji bahkan hampir tak pernah ingat mengabari beliau(zeff) atau sekedar menyapa sedekat saat ia masih menjadi murid. Dan pada pelariannya dengan putus asa hanya zeff yang bisa sanji pikirkan. Dan tidak bisa menjadi lebih buruk bahwa orang itu sudah tidak ada.
Benar apa yang dikatakan tuan Riku, bahkan ketika dia sudah tidak ada entah sebelum kematian atau dia adalah cenayang yang bisa memprediksi masa depan. Dia seolah tau Sanji akan mencarinya lagi meminta bantuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Face (Luffy x Sanji) - END
Fanfictionlanjutan dari side story jiji ----- pria simple ceria yang sanji kenal berubah kejam bagaimana nasib sanji selanjutnya? ----- pict dari pinterest character milik oda sensei jiji minjem character kalo ooc maaf yah. disaranin baca dulu di side stor...