18

244 21 2
                                    

"Sanji.."

"Hoeeee!"

"pus pus anak baik kenapa menangis, cup cup"

"Sanji!"

"HOEEEEEEE!"

"Ah.. Jangan menangis, jangan menangis"

"HOEEE!" "SANJI!!!!!!!!!!!!"

Sanji melirik.

"Wah kau......" Luffy tidak tau lagi, apa yang terjadi dengan lelaki ini.

~~~

Tangisan bayi Sanji dan Luffy menggema semakin keras seolah peka dengan kemalut orang tuanya. Tapi bagi orang dewasa disini, itu malah memperunyam masalah.

Luffy masih melongo dengan sikap acuh Sanji, namun dia memberi kesempatan apa pria itu akankah tetap diam begitu saja.

Dengan teriakan tangis yang memecah gendang telinga dan rasa gugup Nami yang sudah berada di ujung batasnya, dia menyerah dan mulai berbicara. "Anakmu Sanji dia Menangis" Luffy berbicara dengan satu kata disekat dengan kata lainnya. Pelan-pelan berharap Sanji mengerti.

Dia hati-hati mengendong bayinya dan mencoba menyerahkan pada Sanji.

"Anakmu bantu dia tenang"

"Sekarang dia anakku? kau menyebutnya anakku saat tidak sesuai dengan kondisi keinginanmu?"

"Yah Sanji Iyah... Aku bersalah.. Aku akan keluar tapi aku tidak tahan tangisan anakmu!" Luffy membalikan seolah apa yang Sanji katakan benar.

"Kalau begitu keluar! Kau sudah disana tadi kenapa kembali?!"

Nada Sanji tegas masih tenang tapi rautnya berubah drastis kejam menatap penuh benci. Membuat sedikit merinding bagaimana itu berubah sangat cepat dari ekspresi kosongnya.

"AKU KELUAR!" BRAK! Luffy tidak peduli lagi, ekspresi itu tidak bisa dia Terima.

Tapi tangisan bayi masih terdengar, Luffy menunggu di luar dengan cemas, telephone membuyarkan. Dirinya mengangkat dengan enggan.

Jelas pasti akan terdengar tangis bayi di sana, Luffy mendapat pertanyaan itu.

Akan menjadi berita besar jika dia memiliki anak, jelas karna dia bukan berasal dari keluarga biasa.

Sejak menerima panggilan dia kembali menghilang disibukan pekerjaan.

~~~

Nami memiliki perasaan campur aduk, dia menjadi lebih berhati-hati pada Sanji.

Hubungan baik antara dirinya yang bisa menjadi kaka sekaligus teman, runtuh dengan canggung. Sanji sendiri terlihat tidak peduli akan hal itu.

Nami mencoba mencari tau apa itu baby blues dan bagaimana perlu bersikap, dia sendiri bingung mengapa dokter tidak memberi tau tuannya, juga mengapa tuannya kembali bekerja tanpa mengatakan apapun.

Setidaknya tempatkan baby sister berpengalaman di sampingnya dan Sanji. Apa dia peduli pada anaknya? Menempatkan satu orang pelayan muda tidak berpengalaman. Sebenarnya apa yang dia pikirkan.

Nami juga kesal karna tuannya belum memberi nama anaknya.

Kesal pada tuannya dan ada rasa canggung juga takut pada pria yang ia rawat.

Fake Face (Luffy x Sanji) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang