Luka jahit yang tertutup obat dan darah sampai berkerak dan mengering. Sekarang tak meninggalkan jejaknya.
Sanji mengatur nafasnya yang masih terengah-engah, dia tidak tau apa yang terjadi karena dia hanya tau Luffy menjilat sana sini dan seperti melakukan permainan untuk membuatnya terangsang.
Luffy beranjak dari kasur menghalau mulut dengan lengannya. Suara decit dari keran air, disusul derasnya debit air meluncur keluar. Luffy meludah dan bunyi itu menggema sedikit terdengar.
Nafas Sanji stabil, dia mencoba bangkit untuk duduk. Sikutnya menjadi penopang tapi gerakan itu cukup terasa perih dibagian perutnya yang banyak dimainkan Luffy.
Setelah ia berhasil untuk setengah duduk ia melihat bukaan kancing yang mengekspos tubuhnya, sudah basah dengan liur dan tanda dari Luffy. Yang mengejutkan lukanya yang seharusnya ada sisa obat berwarna kuning dan kerak darahnya yang keunguan nampak hilang.
Itu dibersihkan dengan... Lidahnya..
Ugh.. Sanji hanya merasa.. Sedikit aneh
Luffy kembali, membawa baskom berisi air hangat dan handuk bersih.
"Kenapa kau bergerak kau seharusnya diam saja" Ucap Luffy mengeluh.
Dia duduk disamping, tangannya yang baru menyimpan apa yang dia bawa sekarang mendarat di pipi sanji, ada rasa dingin dari kulit yang baru saja terkena air. Memposisikan wajahnya agar pas dan mulut kami bertemu.
Sanji tau jadi dia mengikuti ritme, bibirnya terbuka menyambut sebagai hal yang menjadi sudah biasa. Lidah yang terasa dingin ada aroma mentol yang sepertinya berasal dari obat kumur.
Ciuman itu sangat ahli, yah sanji sudah merasakannya cukup sering apalagi beberapa waktu ini. Ada hasrat, napsu, ketidaksabaran dan kasih sayang.
Nafas yang panas dari Luffy sangat bergairah membelai wajah Sanji, setiap hidung mereka berhimpit ciuman semakin dalam dan Luffy seakan mengisapnya sampai habis.
Diakhir ciuman yang panas itu, Sanji yang terengah-engah kepayahan bernafas, Luffy menggoda tak mau meninggalkan saliva terbuang. Manik hitamnya lekat begitu dipenuhi napsu yang sangat liar hanya mereferensikan dirimu penuh didalamnya. Matanya benar-benar hanya melihat Sanji. Ada Sanji di pupil panas itu.
Pipi ini rasanya sudah terbakar, Sanji memeluk Luffy dan membenankan diri didada pria itu. Dia mencoba tenang karna saat ini rasanya wajahnya akan meledak dan dia tidak tau, tak mau Luffy melihatnya.
"Sayang posisimu ini akan membuat lukamu tak lurus" Meski mengeluh dia yang mengalah mencondongkan tubuh agar postur tubuh sanji tidak melengkung menjaga lukanya.
Lengannya mulai bekerja, membersihkan sisa liur dan daerah perut sanji yang terluka. Dengan handuk dan air hangat, dengan lembut itu menggosok kulit Sanji.
"Is!"
"Tahan yaa.." Ucap Luffy.
Dada Luffy sedikit merasa geli karna ada gerakan dari rambut yang sedang mengangguk menandakan ia setuju untuk menurut.
Menggemaskan..
Pelukan terlepas, dan Sanji lagi meringis pendapat oles obat pada lukanya. Tangan yang baru saja bersih harus lagi kotor dan ia mencuci tangan.
Setelah kembali, lutut itu membentuk cekung dikasur dan mendominasi didepan Sanji yang menanti(?) ya kenapa dia menantikan apa yang selanjutnya akan Luffy lakukan.
Mata Sanji nampak berbinar, sekarang Luffy didepannya yang memenuhi pupilnya yang jernih. Seperti anak kucing dia terpaku sambil melihat diam.
Sekali lagi Luffy hanya merasa Sanjinya begitu manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Face (Luffy x Sanji) - END
Fanfictionlanjutan dari side story jiji ----- pria simple ceria yang sanji kenal berubah kejam bagaimana nasib sanji selanjutnya? ----- pict dari pinterest character milik oda sensei jiji minjem character kalo ooc maaf yah. disaranin baca dulu di side stor...