Kecup bahagia mendarat dikening Sanji dari Luffy. Tapi Sanji tidak merespon, dan Luffy yang senang akan bayinya tidak repot memperdulikan hal itu.
~~~
Nami masih menelpon, sejak di perjalanan menuju rumah sakit sampai lahirnya sang bayi dengan Sanji yang tak sadarkan diri setelah tantrum.
Dia tidak melewatkan kesempatan untuk terus menelepon sang tuan, puluhan bahkan ribuan panggilan sudah ia lakukan tapi tuannya tidak juga mengangkat.
Kobi? Jangan tanya, bahkan supir dan orang-orang disamping Luffy yang nami tau, sudah ia hubungi tapi tak ada satupun yang mengangkat.
Luffy melihat ponsel dengan spam telpon yang mengganggu dari satu orang.
"NAMI! KAU--" panggilan itu dia anggat dengan jengkel merasa pelayannya begitu tidak sopan.
"TUAN LUFFY, ANDA DIMANA TUAN SANJI SUDAH MELAHIRKAN!" itu pertama kalinya dia menerima nada suara tinggi dari seonggok pelayan yang ia pekerjakan.
Begitu tidak sopan dan arogan, siapa dia berani melakukan itu. Tapi kata-kata yang muncul membuatnya merasa lebih buruk dari hanya sekedar penghinaan dari pelayannya.
Dia melewatkan kelahiran pertama benihnya, kelahiran orang yang dia cintai.
"Tuan Luffy! Tuan Luffy! ANDA DISANA!" itu bernada makian yang tidak coba ditutupi oleh nami.
Luffy tidak bisa marah, dia sangat buruk.
Panggilan terputus dengan kutukan nami pada pria itu yang sudah pasti tidak ia dengar.
30 menit setelah panggilan, pria itu datang dengan keringat dan nafas terpental. Nampak dari rautnya bahwa ia buru-buru untuk sampai kemari.
"Dimana. Dimana Sanji!" Lantangnya keras.
"Dia diruangan ini" Nami menunjukan dengan acuh dia bahkan tidak memberi salam dan bernada ketus.
Luffy masuk melihat Sanji yang tertidur, mendekat dengan enggan.
Huh~~~~ duduk membuang dirinya di kursi, Luffy sejenak tidak sanggup melihat sosok Sanji.
Mengusap wajahnya menghilangkan kegugupan, lalu berani menatap wajah yang paling ia suka. Itu sangat buruk, pucat dengan garis mata merah, kerutan senyumnya menghilang, wajah yang tidak terlihat bahagia.
Luffy tidak bisa menjelaskan perasaan seolah dia buruk karna tidak menemani sanji di akhir kehamilan.
Namun, anehnya wajah itu sangat bersinar. Ini bukan versi terbaik dari Sanji tapi anehnya dia merasa lega dan bangga bersamaan saat melihatnya.
"Kau sudah berusaha" Luffy menyentuh rambut Sanji, tersenyum bodoh bangga pada Sanjinya.
Dia menunjukan ketidak sabaran nanti saat Sanji sadar dia ingin memperlihatkan bahwa ia pria yang paling bahagia di dunia ini.
~~~
Nami tidak repot tersenyum melihat wajah bodoh tuannya yang kegirangan pada kelahiran anak pertamanya. Menggendong dengan canggung, nami sejenak lupa sosok intimidasi tuannya karna saat ini dia menjadi manusiawi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Face (Luffy x Sanji) - END
Fanfictionlanjutan dari side story jiji ----- pria simple ceria yang sanji kenal berubah kejam bagaimana nasib sanji selanjutnya? ----- pict dari pinterest character milik oda sensei jiji minjem character kalo ooc maaf yah. disaranin baca dulu di side stor...