Kotak Pandora - Memori Sanji ⚠️ Bulan Madu 1

85 7 2
                                        

Berada di ranjang empuk kamar milik bersama sekarang. Dokter mengusap perut yang sudah masuk masa stabil kehamilan.

"Bayinya sehat dan kandungannya kuat, sepertinya yang diresahkan tuan Luffy tidak perlu dirisaukan kalian bisa melakukannya"

"Anda yakin? Sampai sejauh mana itu" Tanya Sanji dia memerlukan batasan agar Luffy tidak berlebihan.

"Tidak perlu khawatir tuan Sanji, kandungannya benar-benar baik" Senyum Sang dokter dan..

Sanji menurut, melihat Luffy yang berekspresi ambigu. Sanji kira dia akan senang karena dokter mengatakan kandungannya baik, Yah lagipula ini bukan anaknya jadi dia acuh tak acuh karena disisi lain meski Luffy tak suka itu juga akan menjadi pewaris keluarganya setelah Miko.

Sanji mungkin seolah tidak lagi mencoba ikut campur meski sudah masuk menjadi anggota keluarga. Karena semua orang baik kakek buyutnya tuan Garp, Kakeknya tuan Dragon, Luffy sang ayah dan Hancock Ibunya tidak peduli lagi pada Miko untuk mencari pasangan.

Semua bertumpu pada anak yang bahkan belum lahir dan tidak mempersalahkan hal lainnya dan membebaskan Miko. Asal anak ini lahir Miko tidak masalah melakukan apapun yang dia inginkan.

Tapi kekhawatiran Sanji tidak bisa lepas. Satu sisi dia ingin anaknya menjadi pria yang menikah memiliki istri yang cantik yang bisa menemani hidup dan saling mengasihi. Keinginan wajar orang tua melihat anaknya hidup rukun bersama pasangan dan bahagia.

Kekhawatiran lain menggerogoti, membuatnya takut dan merasa berpikir jahat. Bahwa dengan napsu yang sama besar dengan Luffy ayahnya. Seberapa lama anak itu tahan. Sanji tidak bisa pura-pura selalu untuk tak menyadari pandangan lain yang membangkitkan rasa ngeri dan Sanji ketakutan hanya dengan kehadiran sang anak. Namun keraguan berasal dari dirinya yang apa dia terlalu berprasangka buruk pada sang anak.

Dengan segala bukti yang jelas, sepertinya hati nuraninya masih berharap bahwa semua kejadian itu mimpi. Sanji.. Jelas itu bukan mimpi karena kau jepas-jelas mengandung anak dari anak kandungmu sendiri.

Dia khawatir sebagai orang tua pada Miko anaknya yang tidak menikah tapi takut secara pribadi bahwa dia akan melakukannya lagi pada Sanji mengingat dia yang memiliki ketertarikan tidak bermoral pada papahnya sendiri.

"Ughh... Hiks" Sanji merasakan emosi yang campur aduk sehingga tidak bisa membendung air mata. ini kecewa, sedih, dan ketakutan yang menjadi satu. Dia gemetar karena jika Miko tidak menikah maka selamanya dia akan merasakan ketidaktenangan dalam hidup.

"Hey ada apa kenapa kau menangis dan kejang" Luffy yang sedari tadi di samping Sanji, khawatir.

"Ti.. Tidak... Hiks.. Ugh.. Hiks.." Sanji tidak ingin menangis tapi karena memikirkan Miko dia jadi merasakan emosi yang campur aduk.

"Baiklah jika kau tak ingin mengatakannya" Luffy membawa Sanji dalam pelukan.

Sanji merasa tenang akan pelukan itu tapi ingatan berputar tak mau pergi padahal Sanji mencoba menekannya. Dia ingin segera berhenti menangis.

Sanji memeluk Luffy erat dan menjadikan dia sandaran rasa kekhawatiran. Dia bergantung pada pria yang memenangkannya dengan baik dan membuat nyaman.

Tapi kejang dan tangisan ini tak berakhir.

Sanji tertidur akibat lelah dan akhirnya mengambil libur lagi diesok harinya. Untungnya tak ada kelas.

Hari sudah berganti..

Mencoba bangkit sambil memegang perutnya dan duduk meluruskan punggung.

Nami belum datang dan dia menjadi lemas akibat kemarin. "Maafkan aku nak.. Tidak ibu tidak ketakutan hanya sedikit hormon yang tidak stabil.. Mari melakukan hal yang menyenangkan hari ini.. Um" Sambil mengelus perutnya ia memberikan afirmasi baik.

Fake Face (Luffy x Sanji) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang