"Eunghh.. Ahhh Luffy.." Rengkuh Sanji, wajahnya kacau untuk mempertahankan emosi dingin. Sekarang ia merasa panas dan meraut merasa resah.
Lidah Luffy menggeliat didadanya, membasahi disana sini dan memutar dipunting. Sanji sudah menahan kepalanya yang terus bergerak gesekan rambut dan kulit didadanya membuat geli dan aneh..
"Aghh.. Hah.. Luffy.. Hentikan.. Heu" Tapi tentu saja pria itu tidak mendengarkan dan terus mencumbu menikmati tubuhnya dengan merangsang disana sini.
Wajahnya penuh gairah ujung matanya merah dengan napsu yang meluap. Sanji melihat itu dan hanya bisa terengah-engah.
Luffy membuka kancing piaya lagi yang memperlihatkan perut Sanji yang terbalut perban. Dengan mata predator yang tidak berpaling menatapnya dengan gairah dan rasa lapar. Sangat intens tatapan itu berhasil menyihir, manik hitam yang selalu bisa membuat Sanji tidak berdaya.
Lidah itu menjilat bibirnya sendiri, seolah antusias dengan sesuatu yang lezat. Giginya mencapit ujung perban dan dia membuka rekatan seperti anak yang mengigit ujung kemansan snack.
Sanji resah.. Itu terlalu berlebihan untuknya dia menutup mulut dengan tangan dan mencoba mengalihkan diri tapi sulit mempertahankan blush alami merah yang sekarang ada dipipinya.
"Heung hah.. Hah.. Luffy!" Tubuhnya ditarik dalam dekapan dan sekarang sanji merasa geli dileher dan ujung telinga.
"Ahh...heut.."
Kecap kecupan Luffy mendarat dan terasa panas disana sini, nafas Luffy berderu terdengar jelas ditelinganya. "Euhh.. Cup.. Hah~~.. San.. Jihhh"
Setiap gerakannya membuat dirinya terlarut. Mata Luffy melihat wajahnya yang sudah kacau dengan ransangan. Sanji hanya bisa berpangku karna setiap sentuhan terasa aneh dan dia menyalurkan frustasi mengacak rambut Luffy.
Lidah Luffy menluncur dari ujung klavikula mulus melewati adam applenya, Sanji gemetar ketika itu sampai pada ujung dagu dan lanjut menjilati bibirnya.
"Heung...hahhh~" Nafas Luffy sensual terasa. Dan kedua mulut mereka terbuka alami saling bertukar saliva memainkan lidah.
Badan sanji mendarat kembali dikasur dan dia sudah dibuat berantakan oleh Luffy. Dari atas tubuh itu terekspos dibalik kaos tipis yang dikenakan ototnya mencuat seolah berkata Hallo. Sanji menahan diri saat melihat itu di depannya.
Tangan Luffy memegang sesuatu itu panjang dan berwarna putih, sanji menutup matanya dan gemetar. Melindungi diri dengan tangannya, lalu Luffy menghalau, menyimpan tangan Sanji di samping dan menahannya agar tidak bergerak lebih.
Matanya berubah hangat, tapi Sanji masih gemetaran. Dia takut itu benda yang mampu mencambuknya. Lalu Luffy akan menyakitinya. Manik Luffy menangkapnya menatap perintah untuk diperhatikan. Apa yang dipegang itu Sanji lihat dan meluncur dengan anggun kebawah. Itu bukan sesuatu yang kaku, yang ia kira akan diam bukan padanya. Benda itu melainkan perbannya sendiri.
"Eughh.. Ah.. ah.. ahh Luffy.. Heuu... Ahhh"
Lidah Luffy menggeliat disana, di tempat yang terasa perih dan sakit. Lidah yang bergerak elastis itu merasakan tekstur yang tidak rata, terasa kering dan bersimpul.
"Hen.. Tikann.. Heuuu.. Hiks.. Luffy.. Hiks"
Tapi pria itu tidak mendengar, menjilati obat berwarna coklat yang bercampur darah kering dengan sisa-sisa serat perban yang masih menempel. Terasa pahit, amis sesuatu yang menyengat tak seharusnya kau rasakan.
Sanji menangis merasakan perih dan tentu tidak nyaman. "Hahhh.. Ahh.. Luf... Heu.. Fy.. Hentikan" Setiap lidah itu menyentuh pada luka itu jelas perih tapi Luffy bersikap lembut ada bagian gatal dari ujung-ujung lukanya saat bibir itu mengecup, lidah bergerak dan gigi Luffy terkena kulit anehnya sangat nyaman. Bagian gatal itu terasa mendapatkan treatmentnya.
"Ahh.. Tolong eungh~~~" Sanji merengkuh dia merasa dia akan gila. Itu sakit perih tapi nyaman dan enak.
~~~
Kembali kesebelumnya, saat makan Malam.
Luffy terdiam, tidak seperti dirinya dan menghembus nafas berat. Maksudnya ada banyak hal yang perlu diselesaikan jadi ini soal itu atau soal mana.
"Sanji~~ eung Aku...." Dia malah merengek seperti anak kecil. Membuat wajah terkejut dari tiga orang lain di sana beserta pelayan melihat bagaimana wajah lain sang tuan rumah yang tidak pernah nampak. Tapi Luffy bahkan tidak memperbaiki dirinya yang terlihat seperti anjing kecil yang bingung. Mengandalkan Sanji sebagai sandaran.
"Bagaimana soal publik dahulu.. Kau akan melakukan apa?" Tanya Sanji ramah, menghalau tangan yang sedang memegang sendok yang dipakai menyuapinya sup. Sambil memberi usap pada pipi pria itu.
"Seberapa banyak kau tau.. Kau baru sembuh dan tidak perlu banyak berpikir.. Aku tidak mau kau sakit lagi" Jawab tak berdaya Luffy.
"Tapi bukankah semuanya perlu diselesaikan dengan cepat?"
"Yah" Tanpa ragu jawab Luffy. Dia nampak mulai siap memberikan isi kepalanya. "Aku akan melakukan konferensi pers tentu saja memperlihatkan dirimu yang sudah sehat dan baik-baik saja.. Menjelaskan pada mereka bahwa.. Aku tidak menindasmu dan memaksamu juga.. bahwa sebenarnya keluarga ini sudah utuh kembali"
"Uhuk!" Hancock terbatuk. "Maaf"
Luffy memasang wajah kesal lebih kepada jengkel karna ia tau diri.
"Bagaimana menurutmu Hancock?" Tanya Sanji.
"Ekhm.. Yah.. Aku tidak masalah, selama kau tidak masalah Sanji. Luffy yang menggali lubangnya sendiri karna membawa masalah ini pada publik jadi dia yang harus menyelesaikannya.. Jika kau bertanya padaku sebagai bagian dari keluarga d cara Luffy terbaik.. Ya.. Pendapatku akan berbeda jika aku menanggalkan posisi ini.. Ekhnm"
"Lalu Miko.. Untuk rumormu apa yang akan kau lakukan?"
"Aku tidak akan melepaskan kepemilikanku atas patenmu dan aku tidak peduli soal publik"
"Anak itu keras kepala Sanji.. Dia sulit diyakinkan meski keluarganya sendiri buruk dimata semua orang" Jelas Hancock.
Sanji mengangguk setuju dengan apa yang baru Hancock katakan.
"Papah jika aku boleh bicara.."
"Bicara saja Hanny" Ucap Sanji.
"Aku tau ini...mungkin... kau akan merasa keberatan. Tapi jika yang menjelaskan segalanya itu ayah. Pendapat publik tidak akan berubah dengan mudah.. Jadi kau tau maksudku..."
"Ya.. Dia paham dengan baik" Setuju Hancock yang dibalas tatap harapan Luffy.
"Aku tau, aku menunggu kau berani mengatakan itu padaku.. Tapi entah mengapa sekarang kau terlihat sungkan tidak seperti kau biasanya Luffy" Ucap Sanji.
"Jadi kau mau melakukannya?!" Tanya Luffy girang dan Sanji tersenyum sebagai jawaban.
~~~
Kerlap kerlip camera yang memancarkan flash. Meja tempat panggung utama siap untuk lima orang dan didepan mereka dipenuhi para wartawan yang siap dengan pertanyaan. Ada perwakilan Asosiasi chef dan Koki juga wakil pelajar duduk bersama menunggu.
Masuklah mereka yang menjadi atensi utama hari ini, memakai nada baju serupa biru langit yang cerah. Sanji berada dalam kursi roda dan semua orang melihat ia begitu kurus namun tetap menawan.
Luffy menyapa semua orang, dan membuka pers untuk bertanya soal topik yang membuat sebagian publik bertanya-tanya.
"Kasus polemik keluarga anda sebelumnya mencuri perhatian publik, dan semua tau bahwa hasil akhir dari kasus itu Pengadilan memutuskan bahwa tuan Sanji akan mengganti rugi sebagai tuntutan anda tuan Luffy.. Tapi apa yang terjadi saat ini berbeda dari yang seharusnya.. bisa anda jelaskan?" Lontaran pertanyaan pertama yang dimulai dengan penuh kehati-hatian dan canggung. Ya tetap saja yang berada di depan saat ini adalah termasuk keluarga yang berpengaruh.
Luffy memasang wibawanya dan mendekatkan mikrofon pada mulut. Mengawali semua dengan meminta maaf. "Saya telah membawa masalah saya terlalu berlebihan... Jadi untuk itu saya meminta maaf"
Tbc.
https://teer.id/@jusmine91
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Face (Luffy x Sanji) - END
Fanfictionlanjutan dari side story jiji ----- pria simple ceria yang sanji kenal berubah kejam bagaimana nasib sanji selanjutnya? ----- pict dari pinterest character milik oda sensei jiji minjem character kalo ooc maaf yah. disaranin baca dulu di side stor...